Chapter 04 - Funeral Moment

629 Words
Happy Reading Bunny Setelah menyelesaikan sarapan paginya Ana keluar dari palace dengan membawa sebuket bunga dan tanpa menunggu waktu lagi segera naik kedalam limousine putih yang akan mengantarkanya menuju tempat kedua di dunia yang sering ia kunjungi setelah perpustakaan, Moskow Funeral.     Setelah berkendara hampir seperempat jam, limo yang dikendarai Ana tiba dilokasi pemakaman. " Tunggulah disini saja." titah Ana pada supir pribadi keluarganya. "Si mylady."jawab pria dengan setelan jas hitam sambil membukakan pintu belakang untuk ana. Keadaan pemakman saat Ana tiba tidak begitu padat mengingat hari ini bukanlah akhir pekan, namun yang cukup menyita perhatianya adalah kehadiran sekelompok pria dengan setelan jas lengkap dengan topi dan kacamata sunglassnya."siapa mereka?" batin Ana setelah mengetahui bahwa mereka mengelilingi sebuah makam yang dilihat dari bentuknya belum lama dibangun, tidak ingin ambil pusing, Ana segera berlalu dan melanjutkan berjalan menuju sebuah makam dengan bangunan paling mewah diantara yang lainya dan setelah sampai, satu buket bungan mawar ungu ana letakan tepat dibawah batu nisan yang bertuliskan nama Ekaterina Romanov. Seperti yang biasa dilakukan seseorang jika berkunjung kemakam Ana tidak lupa memanjatkan doa agar roh kudus senantiasa menjaga ibunya disurga,ia sangat ingin berlama-lama disana tapi seketika hilang menguapa setelah ia ingat bahwa harus segera pergi menuju panti asuhan. Namun gerakanya bangkit tertahan setelah indra penglihatanya tanpa sengaja menangkap manik mata hitam sedalam samudra milik seseorang disebrang tempatnya berdiri dan seketika itu semestapun berhenti berputar, detik berjalan terasa sangat lama. Entah mengapa semua warna luntur dan berganti menjadi abu-abu.          Ana seperti mengenal mata itu,seperti ada sesuatu yang membawanya pada sebuah jurang dalam yang tak bertepi,ia sadar jika pada akhirnya akan terjatuh,tapi bukannya berjalan menjauh,Ana malah semakin mendekat,bahkan tak sungkan untuk berlari...sebelum akhirnya terperosok dan terluka. Kontak mata tersebut baru terputus setelah pria tersebut mengalihkan tatapanya dan berjalan pergi dari area sekitar makam menuju pintu keluar dengan diikuti beberapa pria besar yang ternyata membawa senjata laras panjang. Dasar aneh ,batin Ana dalam hati dan berlalu pergi setelah menatap puas gundukan tanah dihadapanya. Didalam limo berwarna putih gading Ana sedang asik menikmati pemandangan kota Moskow yang diselimuti salju musim dingin, namun seketika ia teringat akan sesuatu. "Sam apa kau tahu siapa orang-orang berpakaian hitam dipemakaman tadi?" tanyanya pada seseorang yang sedang fokus mengendarai mobil tersebut membelah jalanan padat disekitar kawasan kaltso(jalan lingkar) berbentuk cincin dimana didalamnya terdapat kompleks Benteng Kremlin yang bersatu dengan Kantor Pusat pemerintahan Rusia, jantung kota Moskow. "Apa yang anda maksut kartel mafia terbesar dan paling ditakuti abad ini mylady, apa sesuatu telah terjadi?" "Tidak, hanya saja aneh mereka berada disekitar pemakaman." Tawa keraspun terdengar dari mulut Sam." makam tersebut tempat umum dan di Rusia tidak ada larangan bagi anggota mafia untuk berkunjung kesana mylady." jelasnya. "Aku tahu Samdan berhentilah tertawa atau kita nanti akan mengalami kecelakaan." ucap Ana dengan nada jengkel. "Si mylady." ~Dmitri Dostoevskaian~ Sambil menghisap cerutu dengan kaki yang bertumpu diatas meja, Dmitri terlihat sedang menunggu telefon dari seseorang, terbukti lewat telefon genggam yang menempel ditelinga kananya. Dan selang beberapa waktu..... "Holla Padre." sapa suara huski dari seberang telefon. "Holla son." jawabnya menjejalkan ujung pipa cerutu kedalam mulutnya dan menimbulkan bara api pada ujung yang lainya. "Apa ada sesuatu, tidak biasanya padre menghubungiku?" "Aku hanya menyampaiakn bahwa aku tidak pulang nanti malam, ada tugas yang mengharuskan aku pergi ke daerah St.Petersburg, tolong sampaikn salamku pada madremu, pastikan ia makan malam ini dan jangan lupakan obat yang harus diminumnya" Tidak ada jawaban dari orang yang diajaknya bicara. "Baiklah akan kusampaikan dan berhati-hatilah padre." "Tentu, terimakasih son."jawabnya sebelum sambungan terputus. Setelah meletakan telefon diatas meja, Dmitri kembali menghisap ujung pipa cerutu, namun yang berbeda adalah tekanan yang diberikan lebih dalam, seakan ia ingin menghisap habis seluruh cerutu tersebut sebelum menghembuskan asap berwarna putih yang dihasilkan hingga menguar bebas diudara. *Padre adalah sebutan ayah dalam bahasa Rusia,sedangkan madre adalah sebutan untuk ibu dalam bahasa Rusia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD