Chapter 09 - Reclination

1493 Words
Setelah berpamitan dengan Paus Blazhenny, Ana melanjutkan perjalananya menuju Perpustakan Negara Rusia atau Perpustakaan Lenin untuk membaca buku yang secara kebetulan lokasinya berada tepat didepan Kremlin. Dan setelah mengayuh sepeda selama 15 menit, Ana telah sampai digerbang depan perpustakaan yang rutin dikunjunginya dua kali selama seminggu. Dan tanpa menunggu waktu lebih lama lagi ia segera bergegas masuk kedalam gedung bertingkat dihadapanya. "Dabro utra Ana!” sapa Smith ketika melihat Ana masuk dengan langkah tergesa. "Dabro utra Smith!" balas Ana pada petugas perpustakaan yang batang hidungnya telah dihafal oleh Ana diluar kepala. "Apa kau akan meminjam buku? Kami punya stok buku-buku terbaru." "Sepertinya tidak, aku hanya akan mengembalikan buku saja!" jawabnya sedikit menyesal. "Tidak masalah. Apa kau akan membaca buku?" tanyanya penasaran pada Ana. "Aku rasa ide bagus, jadi tuan Smith mari tunjukan labirin terbaik di perpustakaan ini!"l irihnya yang dibalas anggukan kepala oleh Smith sebelum beranjak pergi masuk lebih dalam diantara rak-rak buku yang menjulang tinggi.   Kini Leucotea sedang mengendarai camaro hitam miliknya dalam perjalanan pulang dari Gereja,namun baru saja mobilnya keluar dari kompleks Kremlin tempat dimana gereja yang dikunjunginya tadi berada terpaksa dibatalkan setelah ia menerima telefon.         "Si." "Ada kesalahan dengan transaksi narkoba di Korea senor, apa kau sudah menerima informasinya, dikirim langsung oleh pemimpin kartel dari sana. Dengan format tanggal dan waktu yang sama hari ini." jelasnya panjang lebar. "Baiklah aku punya rencana lain." "Tidakkah kita harus memastikan sendiri tentang hal tersebut senor?!" “Tentu dan aku sendiri yang akan membuktikannya!" balas Leu sebelum sambungan telefon dimatikanya secara sepihak. Drreeeeeettttt suara decit ban mobil yang direm menimbulkan gesekaN dengan apal secara mendadak berhasil mengalihkan perhatian para pejalan kaki yang memadati area sekitar benteng kremlin. Dan setelah merasa mendapat waktu yang tepat, Leu segera melakukan manufer hingga camaro hitam yang dikendarainya berputar arah sebelum masuk kejalur yang berlawanan. Kini camaro hitamnya mulai membelah lalu lintas yang sibuk di pusat ibukota Rusia tersebut menuju bandara pribadi milik Luciano di barat kota Moskow. "Handle transaksi narkoba di 17 negara di Asia dalam dua pekan kedepan, pastikan pengiriman barang kita sampai pada konsumen tidak lebih dari 24 jam dan minta pada Yohanes untuk menghubungi ku dini hari nanti!" "Si senor. Apa anda memerlukan sesuatu yang perlu saya kakukan lagi?!" tanya Marcus setelah mengetahui tidak ada respon dari lawan bicaranya. "Dan aku punya tugas khusus untukmu, berikan seluruh data lengkap untuk foto gadis yang akan aku kirimkan. Pastikan kau tidak melakukan kesalahan dalam hal ini Marcus!" "Si senor!" akhirnya sebelum telefon kembali terputus dan selang beberapa detik masuk satu notif dilayar telefon genggamnya yang memberitakan tentang pengiriman gambar pada Marcus telah sukses dilaksanakan. Ia kembali melajukan kendaraan baja tersebut hingga tiba disebuah bandara luas. Tampak beberapa orang dari kartelnya telah siap dan menunggu kedatanganya di bandara pribadi keluarga Luciano dengan setelan jas hitam, setelah memarkirkan mobil dan turun. Leu segera melangkahkan kakinya menuju pesawat terbang yang nantinyan akan membawanya terbang menuju Korea. "Penerbangan anda akan siap dalam 15 menit lagi tuan." lapor salah satu anak buahnya. "Apa semuanya berjalan lancar?" "Seperti yang anda minta tuan." Dan setelah itu Leu bergegas menaiki tangga menuju pintu masuk pesawat dengan nomer penerbangan resmi dan tulisan Luciano dengan huruf tebal yang tertera jelas di badan pesawatnya. Dan tak membutuhkan waktu lama lagi,pesawat tersebut telah mengankat roda depanya siap untuk melakukan take of, terbang dengan suara mesin yang menderu, meninggalkan Rusia dari udara dingin yang membekukan darah. Duduk diruang private dibagian dalam pesawat dengan kerangka buatan salah satu industri penerbangan ternama Jerman dengan desain yang diperuntukan khusus untuk kartel miliknya, Leu menatap kehamparan awan putih yang membentuk arakan gelombang dilangit biru Rusia, sedangkan penampilanya sudah berubah, jas hitam telah ditanggalkanya ketika masuk pesawat dengan dua kancing teratas kemeja putihnya yang terbuka, menampilkan d**a bidang dengan otot yang mengeras. Setelah melakukan penerbangan dengan tidur. Terdengar intruksi dari ruang kopilot bahwa prsawat telah memasuki area udara Korea Selatan setelah menempuh perjalanan sejauh 6.592km dan para penumpang diharapkan untuk mengenakan sabuk pengaman untuk menjaga keselamatan. Setelah tak terdengar lagi suara dari sang pilot, guncangan kecil sebagai tanda pesawat telah leanding di landasan pacu membuat Leu menghembuskan nafas kasar. ~Incheon International Airport Seoul Korea Selatan   Setelah pesawat pribadi miliknya mendarat dengan lanacar di Jung-gu Incheon Korea Selatan, Leu dan rombongan yang didominasi dengan pria beseragam hitam mulai melangkah kearah barat pintu masuk yang biasa digunakan oleh para penumpang lain, dan tanpa melalui pemeriksaan lewat sensor otomatis dipintu keluar, Leu berhasil masuk kedalam sedan BMV SUV X5 berwarna putih gading yang telah menunggu. Kendaraan dengan harga fantastis tersebut segera membawa mereka menjauh dari aktivitas padat khas bandara. Dan ternyata udara dingin di negara yang terkenal dengan budaya K-popnya tersebut tak kalah dingin seperti di Rusia. Terus melaju membelah jalanan lenggang Seoul hingga akhirnya berhenti tepat di persimpangan di Gangnam, sebelum akhirnya kembali memacu mobil mewah tersebut menuju tempat tujuanya dengan kecepatan tinggi. Ia benar-benar ingin segera menyelesaikan pekerjaanya dan segera kembali ke Moskow, ia mengutuk dalam hati orang yang berani mencari masalah dengannya. Mobil yang dikendarai Leu tersebut terus memacu kecepatanya hingga beberapa rombongan dibelakanganya tampak bagai bayangan kabur yang buram, hingga akhirnya berhenti disebuah gudang tua yang kosong dan terbengkalai didaerah terisolisir tepat dibelakang kawasan pertokoan Hanggul. Tampak beberapa anak buahnya telah siap dan berjaga diarea sekitar gudang. Dan setelah memasukan satu revolver jenis Glock 157A, Leu turun dari mobil yang dikendarainya sambil berjalan masuk dan memasang telepon nirkabel ditelinga kirinya. "Tetap berjaga dan bawa hadiahnya masuk setelah menerima perintah dariku." jelasnya sebelum beranjak masuk setelah berhasil membuka pintu besi yang tampak karatan disana-sini. "Si senor." jawab pria berjas hitam yang nampak memegang senjata laras panjang dengan gerakan waspada, menganguk dengan tatapan mata lurus kedepan "Akhirnya kau datang juga." teriak seorang pria tua dengan logat bahas inggris yang terdengar sedikit sumbang dalam udara pengap di gudang tua yang dingin dan bau. "Aku pasti datang dan maaf telah membuat anda menunggu Mr.Park Ji won, jadi mari kita selesaikan urusan yang tertunda." balas Leu menanggapi sapaan pria yang disapannya dengan nada dingin. "Tentu, aku rasa anak buahmu bersikap berlebihan dengan membawa terlalu banyak pasukan,apa kau sendiri yang memerintahkan mereka?" tanyanya dengan nada yang terdengar meremehkan. "Ya, karena aku tidak yakin bahwa tidak ada pria jahat disini." ucap Leu menohok. "Aku tahu itu,dan maafkan aku karena transaksi ini berjalan tidak mudah,kau tentu tahu maksutku kan?" Dan setelah Park Ji Won selesai mengucapkan kalimatnya, dari ruang semula gelap berubah menjadi terang bersamaan munculnya anak buah pria berkebangsaan Korea tersebut lengkap dengan senjata mereka. "Akhirnya kalian muncul juga. Aku sudah menunggu cukup lama untuk dapat melihat wajah kalian." komentar Leu seolah tidak takut akan bahaya yang berada jelas dihadapannya. "Apa sekarang takut Leucetea Aeneas Luciano." tanyanya mengeja nama lengkap Leucotea dengan senyum miring. "Tidak ada alasan apapun didunia ini yang mampu membuat diriku takut, tak terkecuali kau yang ingin kembunuhku." jawabnya mantap. "Ahhh jangan berlebihan, aku tidak berniat membunuhmu. Hanyasaja mari kita sedikit bermain." "Kalau begitu telah salah memilih lawan!" "Benarkah?" Leucotea tidak berniat menjawab lelucon dari pria gila dihadapanya kecuali meludah tepat diwajah pria yang kini menatapnya srakan ingin menelan Leu hidup-hidup . "b******k!" umpatnya pada Leu. Setelah mendengar umpatan yang ditujukan untuknya, dengan gerakan tak berdosa, Leu kembali mencabut pisau yang tertancap tepat diperut JiWon, namun belum sepenuhnya tenggelam. Ya Leu masih memiliki nurani. "Kau tahu pak tua, itu tadi hanya permulaan." bisiknya tepat didaun telinga Jiwon yang seketika meluruh tak berdaya dilantai gudang yang kotor dan berdebu sebelum akhirnya jatuh berdebum. Sontak serangan mendadak yang dilakukan oleh leu berhasil menjadikan seluruh manusia didalam gudang kaget tanpa bisa herkata apapun sambil mengarahkan seluruh senjata yang kereka bawa kerah Leu,menodongnya dengan gaya bak pahlawan. Siapa mereka hingga berani melakukan hal tersebut pada Leu, mereka tidak tahu saja sedang berurusan dengan siapa. Dan mari kita lihat kejutan yang selanjutnya. "Aaaaaaarrrrrrgggghh." teriak Jiwon setelah jatuh tak berdaya dengan darah segar yang mengalir dari perut bagian bawahnya. "Well ,apa kalian tetap yakin membunuhku ketika bos kalian dalam keadaan sekarat!" ucapnya dengan tawa yang menggema di ruang kedap udara tersebut. "Kau perlu berfikir ribuan kali jika ingin berhianat dan mengambil keuntungan dari transaksi ini bodoh." dengan langkah pasti Leu mendekat kearah Jiwon terkapar sambil menendang kemeja satin putih yang dikenakan musuhnya setelah berubah warna menjadi merah. "Kau pikir aku tidak tahu rencana busuk mu? Dengan menyembunyikan tikus mainanmu sebelum balik menyerangku. Dan bodohnya lagi kau juga berfikir dapat membunuhku ketika para anak buahku hanya kau perbolehkan berada diluar padahal kau sendiri bersembunyi diruang gelap ini." "Bagaimana jika kau kuberi waktu untuk kembali menyerangku, atau akan kupermudah jika kau berniat membunuhku Mr.Jiwon!" lanjut Leu dengan melempar rovelver miliknya tepat dihadapan Jiwon. Tidak ada respon apapun dari pihak lawan. Tentu mereka tidak akan berani melawan tanpa ada perintah dari bosnya yang sedang dalam keadaan sekarat. Dan dari arah timur gudang yang tak terduga, masuk sebuah camaro hitam dengan diiringi suara tembok runtuh yang memekakan telinga. Menghancurkan tembok kokoh yang seketika hancur lebur menjadi puing-puing lembut sebelum udara dingin dari luar masuk bersama hembusan angin yang seketika menyebapkan bulu kuduk meremang. Let's  see the drama tonaight.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD