Chapter 11 - The Only One

1768 Words
Happy Reading Sedan BMW SUV X5 yang dikendarai leu kembali memasuki area pelataran kediaman milik Won, dan lalu lalang dirinya selama belum genap sehari disana berhasil menyita perhatian beberapa penghuni kompleks mewah di Distrik Yeaundo tersebut.         Tapi siapa peduli, toh esok hari semuanya juga menjadi jelas dan pastinya akan mengundang skandal dunia, bagaimana tidak, Perusahaan yang semula bergetak dibidang pangan kini beralih kepemimpinan pada Luciano Inc, yang banyak dikenal publik sebagai perusahaan pem-produksi senjata di Rusia. Sungguh drama murahan yang menjadi konsumsi kalangan tak berpindidikan, tapi menjadi sebuah rambu dan peringatan akan adannya bahaya bagi mereka yang memegang kendali didunia hitam dan beberapa kartel sainganya. Tentunya juga akan sangat berpengaruh pada kestabilan perekonomian antara dua benua tersebut. Kakinya yang dibalut sepatu kulit produksi dari desainer terkeal asal Italy, Salvatore Ferragamo, berjalan dengan langkah angkuh memasuki kediaman Park Jiwon, kuingtkan sekali lagi jika kalian lupa, bahwa pemilik nama tersebut telah tewas sejak beberapa jam yang lalu. Leu langsung menaiki tangga yang akan membawannya menuju kamar milik putri Jiwon yang berada dilantai atas. Duduk ditepi ranjang dengan mata sayu dan tatapan kosong adalah penampakan yang Leu tangkap ketika memasuki kamar mewah bernuansa elegan dengan dinding yang didominasi oleh warna merah darah tersebut, siapa lagi jika bukan Kim Miwon, putri tunggal sekaligus pewaris sah dari pemilik Won Industry yang sejak hari itu resmi menyandang gelar yatim piatu. Tatapan mata keduanya sempat bertemu sebelum Miwon mengalihkanya terlebih dahulu, siapa yang sudi menatap wajah pria yang sudah membunuh ayahnya sendiri, tepat didepan mata kepalanya. Ya hanya pria tampan dihadapanya ini. Gadis malang tersebut memilih membuang wajah kearah lain dengan nafas kasar yang keluar dari kedua lubang hidungnya. "Apa lagi yang kau inginkan, tidakkah cukup dengan membunuh ayahku, bersediakah kalian pergi meninggalan semua yang telah kalian rusak dan tak bersisa." lirihnya yang hanya mampu didengar oleh mereka dengan pendengaran tajam saja. "Kenapa, kenapa kami." ulangnya dengan nada getir yang menyayat telinga "Apa cukup bertanyanya? Jika sudah mari kujelaskan satu persatu." terang Leu mulai membuka suara setelah sedari tadi hanya diam. Namun gadis dihadapanya tidak bereaksi dan hanya menatap Leu sekilas sebelum menunduk menahan tangis. Setelah membenarkan posisi duduknya ditepi kanan ranjang, tepat dihadapan Miwon yang menyedihkan, Leu mulai menjelaskan maksut dari kedatanganya "Kuberi tahu satu hal yang utama. Bahwa ayahmu tidak mati tanpa meninggalkan harta warisan untukmu nona, dan aku rasa itu sudah lebih dari cukup, tapi yang menjadi masalah disini adalah kebodohan yang dibuat oleh pria tua yang kau sebut sebagai ayah tersebut." Leu sengaja memberi jeda pada kalimatnya demi melihat sinyal dari gadis dihadapanya "Dan kau tentu tahu ada bayaran dari semua itu. Ada hal tersebutlah yang memaksaku untuk tinggal dan baru akan pergi setelah kau menandatangani berkas berisi pemindahan perusahaan milik keluargamu dibawah kekuasaanku. Dan jangan memotong penjelasanku sebelum berakhir....dibesarkan denga harta tentu mengajarimu bagaimana etika dalam berbicara bukan!" selidik Leu ketika melihat adanya tanda penolakan dari MiWon "Dan jika kau bertanya mengapa semua ini terjadi padamu,kematian ayahmu dan kehancuran tepat didepan matamu, itu bukan semata karena kesalahan kami. Kau yang harusnya menanyakan hal tersebut pada dirimu dan jawabanya sangat jelas nona karena ayahmu sendiri yang menempatkan putrinya dalam keadaan ini. Jadi sekarang kau tentu paham siapa yang seharusnya disalahkan." "Lagipula kau juga melakukan kesalahan dengan menangis saat ayahmu dalam keadaan sekarat, kemana dirimu sebelum beliau mati hari ini? ahhh aku tahu jawabnya, tentu karena kau sibuk dengan kehidupanmu sendiri bukan." "Kami tidak akan pergi dengan mudah, dan seperti yang kau ucapkan. Hanya dengan membunuh ayahmu tidak akan membuatku tidur nyenyak malam nanti." lanjutnya dengan nada dingin sebelum diam mengamati reaksi gadis muda tersebut. "Apa kau yakin akan mendapatkan semua itu dengan mudah Mr.Luciano, tidak sedikitpun selama aku masih hidup." "Dan tentang ancamanmu itu, kau pikir aku takut, jika kau berfikir demikian maka kau salah tuan. Aku tidak pernah dilahirkan untuk takut pada apapun, termasuk jika kau berniat membunuhku malam ini." ucap MiWon dengan nada bergetar. Dasar gadis gila, jika dipikir siapa yang berani memancing singa seperti yang dilakukan MiWon sekarang. "Maka kau salah besar jika berfikir aku akan membunuhmu nona, aku tahu kau gadis hebat dan kau juga tidak akan memilih kematian sebagai jalan penyerahanmu." "Kuberi tahu, akan sangat menyenangkan jika kau tetap hidup dan melakukan pembalasan untukku. Bukankah terdengar lebih menarik, masa depan diantara masa lalu." "Jadi bagaimana nona?" "Aku bersumpah akan membalas semua yang kau lakukan padaku tuan yang terhormat, bukan dengan memisahkan kepala dari tubuhmu, atau menyobek mulut sialan milikmu, tidak juga dengan memutilasi bagian tubuhmu setelah kukuliti apalagi sampai mencincangnya sebelum kujadikan makanan bagi kucing peliharaanku..." terdapat jeda yang diberikan MiWon untuk air mata yang meleleh dari matanya, mmenulusur disekitar pipi putihnya. "Tapi dengan mengirim lucifer dalam kehidupanmu, mungkin tidak padamu, melainkan pada anak dan istrimu b******k!" dan bulir bening tak berhenti mengalir dari sumber muaranya setelah MiWon berhasil menyelesaikan ucapanya. "Benarkah? Lakukan apapun yang membuatmu tenang nona, termasuk dengan mengigau akan hal yang mustahil kau lakukan dalam keadaanmu yang sekarang!" "Jadi Kim Miwon, segera tanda tangani berkas ini dan beristirahatlah. Kau seharusnya berduka atas kehilangan ini,bukanya malah menyusun drama yang tidak jelas." lanjut Leu dengan taapan tajam yang menusuk. Tidak ada respon apapun kecuali tatapan nanar yang dilayangkan Mi Won sebelum menyentuh ujung tutup tinta hitam dan menggunakanya untuk menyetujui  kerjasama yang sedang mereka berdua lakukan dalam membangun sebuah neraka. "Beristirahatlah, pesta akan menunggumu esok pagi, Dan jangan jadikan penampilanmu yang kacau dihari penting tersebut." Dan Leu pun beranjak bangkit dari tempat tidur menuju pintu sebelum akhirnya menutupnya dengan gerakan pelan agar tidak menimbulkan suara yang dapat menggangu penghuninya. Ia masih berbaik hati dengan tidak memperburuk keadaan hati korbanya. Tunggu dulu, apa dia masih dapat disebut sebagai manusia atas apa yang telah dilakukanya, masih pantaskah ia membicarakan nurani dihadapan orang lain ketika dirinya sendiri adalah monster. Sudah kuperingatkan bahwa kita berbicara tentang hitam dan putih, dan segala intriknya adalah garis semu yang tampak tak nyata. Jadi tidak ada yang salah dan benar dalam hal ini, termasuk bukti dan janji dari sang pencipta, karen semuanya abu-abu, netral dan mati dari kehidupan. Setelah menyelesaikan urusanya dengan Miwon,Leu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Ji Won yang berada dilantai dasar. Ruangan tersebut tidaklah terlalu besar, namun desainya yang minimalis menjadikan ruang tersebut nampak luas dengan meja bar ditengah ruanganya. Satu set sofa berwarna coklat dan etalase kaca yang diisi dengan berkas-berkas perusahaan. Tidak terlalu buruk dan cocok dihuni oleh mereka yang menyukai ketenangan dan bertambah indah dengan kaca besar yang sengaja tidak diberi tirai penutup hingga menjadi refleksi bayangan pohon dibawahnya. Duduk bersila dengan kaki ditekuk,dan segelas coctail yang dicurinya dari bar mendiang Ji Won,Leu tampak bagai malaikat kematian yang siap mengayunkan pedanganya kapan saja. "Dabro tuan." "Dabro Marcus." balas Leu dengan nada tawa yang renyah. "Apa ada sesuatu yang salah tuan?" tanya Marcus dengan nada sedikit bingung. "Tidak, hanya saja terdengar aneh kita mengucapkan kalimat tersebut saat berada di Korea." jelasnya dengan tawa yang belum reda dari bibirnya yang sensual. "Apa semua sudah siap?" tanya Leu pada sosok tangan kananya yang kini sedang menatapnya. "Seperti yang anda perintahkan tuan." "Lalu bagaimana dengan majalah yang akan kita undang besok?" "Majalah bisnis baik lokal dan luar, termasuk majalah dari Moskow tuan." jawab Marcus memberi laporan pada tuan mudannya mengenai perkembangan tugas yang diberikan padanya. "Baiklah, sepertinya semua berjalan dengan lancar. Bagaimana dengan transaksi narkobanya?" "Bahkan waktu pengirimannya tidak lebih dari waktu yang kau berikan tuan." jawab Marcus lagi. Leu tidak menjawab melainkan hanya tersenyum mengganguk sambil sesekali menegak habis coctail dalam gelas berkaki miliknya sebelum kembali menuangkan isinya dari botol yang lain "Apa kau ingin minum,udara sangat dingin malam ini. Aku tidak menyangka temperaturnya terus naik." "Aku rasa tidak tuan, terimakasih." "Kalau begitu pergilah beristirahat. Kau pasti lelah setelah menempuh penerbangan dari Rusia." "Tapi sebelumnya apa rencana tuan untuk putri tunggal Ji Won?" tanyanya pada tuan mudanya. "Hhhmmmm entahlah, tapi siapa yang peduli. Dia bukan lagi urusan kita sekarang." Sedangkan Marcus hanya mampu tersenyum miring mendengar ucapan tak berbeban dari tuan mudanya. Dan leu hanya diam tak peduli sambil asik menghisap cerutu dari pipa panjanganya. "Tapi tidakkah itu beresiko tuan, membiarkan gadis gila tersebut berkeliaran dengan mulut penuh omong kosongnya bukanlah ide bagus." Seolah baru saja disambar petir, Leu sadar dan mendongakan matanya menatap pria tua dihadapanya. Sepertinya apa yang baru saja dikatakan oleh orang kepercayaanya benar,kenapa ia tidak berfikir hingga kesitu??? "Bagaimana jika kita membawanya pulang ke Rusia. Aku rasa wajahnya yang oriental dapat menjadi daya tarik di club kita." "Apa tuan berencana menjadikannya salah satu b***k seks di club milik Luciano?." Terdapat sedikit nada tak percaya dalam kalimat yang diucapkan oleh Marcus,iapun hanya memandang wajah datar dari tuan mudanya yang ternyata diberkati oleh ketampanan yang luar biasa. "Jangan memberinya julukan seperti itu, bagaimana jika kita menjebutnya jalang atau PSK mungkin juga kupu-kupu malam. Kau tahu, aku juga berniat untuk menjualnya dan itu akan menjadi tugas barumu setelah kembali ke Rusia." "Pastikan ia laku dengan harga yang tinggi." Lanjut Leu mengabaikan tatapan kurang setuju yang dilayangkan oleh Marcus . "Marcus." Panggil leu pada anak buahnya yang kini beranjak meninggalkan ruang kerja yang gelap dan sunyi tersebut "Si senor, apa ada sesuatu yang aku lupakan?" tanyanya menghentikqn langkah dan berbalik menatap tuan mudanya yang kini juga sedang menatapnya tajam dengan senyum miring yang tak luput dari wajah tampannya. "Kau juga boleh menjadikanya p*****r pribadimu jika kau memang menghendakinya." "Maaf tuan." "Aku hanya memberikan saran, tapi jika kau tidak minat juga tidak masalah".Kemudian tawa keraspun terdengar menggelegar diruang mewah tersebut. "Permisi tuan." ucap Marcus dengan nada sedikit dingin sebelum akhirnya keluar ruangan dan menutup pintu kayu dengan sedikit keras. Tak berselang lama, dering telfon genggam yang disimpan leu dibalik jas hitamnya bergetar dan memunculkan satu notif baru dari Yohanes.Sepertinya adik bungsunya tersebut melakukan apa yang dimintanya kemarin "Holla kakak." Sapa suara berat dari sebrang telefon. Yang seketika langsung menyebapkan Leu menjauhkan sedikit telefon yang telah tertempel ditelinga kirinya. "Apa kau bisa dengan tidak bertriak saat sedang berbicara leweat telefon Yohanes!" gerutu leu mengabaikan sapaan dari adiknya. "Maaf kakak, tapi aku terlalu senang setelah Marcus mengabariku akan kunjunganku ke Korea dan dia bilang juga telah menyediakan banyak jalang cantik berwajah bulat disana.Hingga kau tahu aku langsung mengambil penerbangan pertama menuju Seoul." "Jadi kau tidak datang dengan jet pribadi?" "Tidak, itu akan membutuhkan waktu lama ,karena mereka baru akan berangkat besok sedangkan aku tidak ingin tertinggal pesta meriahnya." "Tapi aku tidak memintamu datang Yohanes." "Ahhh dan kau akan membutuhkanku besok kakak." "Laporkan saja tentang tugas yang kuberikan untukmu. "perintah leu dengan nada penuh penekanan "Kita tunda saja hingga kepulangan kita!" "Apa!!!!" pekik Leu dengan kencang "Bisakah kau tidak berteriak saat ditelefon kakak?!" ucapnya mengulang kaliamat yang sempat diucapkan oleh kakanya. Dan setelah itu hanya tawa yang terdengar dari percakapan dua kaka adik berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD