Chapter 05 - Ellena Pushkin

829 Words
Happy Reading ❤️ "Hmmm baiklah, oh iya Sam, kau pulang saja dulu aku akan naik bus kota bersama Ellena." "Tapi mylady..." Dan perkataan sampun menggantung ketika dengan sengaja Ana keluar sambil membanting pintu belakang limo dengan keras hingga menghasilkan bunyi berdebum yang memekakan telinga. "Terserah saja jika kau ingin tetap disini." teriak Ana sambil sedikit berlari menjauh. "Senor akan marah jika saya meninggalkan anda sendiri mylady, jadi biarkan saya tetap menunggu anda hingga selesai." Ana benar-benar muak hingga dengan terpaksa menghentikan larinya ketika tepat berada didepan pintu masuk cafe dan menoleh kebelakang tempat dimana Sam slalu berada. "Dan padre akan lebih marah jika akau mengadu bahwa kau tidak menjalankan tugasmu dengan baik dan tidak akan ada yang percaya jika aku berbohong meskipun kau telah berusaha menjelaskan Sam!” "Itu lebih baik mylady." "Pulanglah dan aku akan baik-baik saja, seperti menyenangkan saja dibuntuti kemanapun kau pergi." ucap Ana menggrutu ingin melanjutkan langkahnya masuk sebelum ia menemukan Sam masih setia mengikuti dibelakangnya. "Berhenti mengikutiku Sam!!!" teriaknya frustasi dan tanpa sadar mereka telah menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung cafe yang berlalu lalang. "Hubungi saya jika anda memerlukan sesuatu." ucap Sam mengalah dan berlalu pergi dari hadapan Ana. ~De Caprio Cafe~   Seluruh perhatian pengunjung cafepun terpusat kearah Ana yang nampak berjalan tergesa masuk dalam cafe. Suasana cafe pagi itu terlihat sangat penuh dan hampir tidak tersedia meja kosong jika tidak melakukan reservasi sebelumnya. Mata biru zamrud miliknya meneliti seluruh sudut ruangan bergaya Italy tersebut guna menenukan wajah yang sedang dicarinya dan seketika senyumnya segera terbit dari bibir mungilnya. Tampak dari kanan ruangan, Elle melambaikan tanganya dan segera dibalas lambaian tangan oleh Ana mengabaikan tatapan memuja dari beberapa pengunjung,terutama kaum adamnya. "Aku rindu denganmu." ucap Ana ketika berpelukan dengan sahabatnya. "Aku juga dan bagaimana kabarmu nona?" tanya gadis dihadapanya ketika mereka selesai melepas rindu dan duduk dikursi. "Seperti yang kau lihat dan maaf membuatmu menunggu Elle." ucapnya membuka daftar menu yang diberikan oleh pelayan cafe. "Itu kebiasaanmu bahkan ini bukanlah kali pertama jadi tidak perlu meminta maaf." yang dipanggil Elle menjawab dengan senyum yang tak luntur diwajah oval miliknya. "Bagaimana kabar Thailand?” “Aku pesan greentea saja dan kau?" tanyaku pada Elle disela percakapan kami"dan semangkuk sup ukha"tambahnya pada pelayan muda yang sibuk mencatat menu pesananku pada note kecil yang dibawanya. "Samakan saja, tidak ada yang berubah sejak 5 tahun yang lalu. Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau peduli padaku." tanyanya menyelidik. "Apa salahnya jika bertanya?". "Aku belum berhasil menemukanya, semuanya terasa buntu." jelasnya dengan air muka yang berubah dalam sedetik. "Benarkah, berarti kau harus lebih sungguh-sungguh dalam membantunya, percayalah jika suatu saat kita akan menemukanya dan ketika saat itu tiba kau akan jadi anak yang paling bahagia didunia, kita tunggu saja dan terus berusaha." ucapku menyemangati. "Tentu, jika dia belum pergi dari dunia ini." lirih Elle tak bersemangat. "Berhentilah berfikiran tentang sesuatu yang belum pasti terjadi, lagipula siapa yang tahu rencananya." "Terimakasih." "Tidak perlu bertrimakasih, lagipula aku tidak melakukan apapun." Dia adalah Ellena Puskhin, gadis muda dengan usia 2 tahun diatasnya,ia juga satu-satunya teman yang dimiliki oleh Ana, sahabat sekaligus kaka baginya, tempat ia biasa berbagi cerita kehidupan. Elle juga dapat disebut sebagai ibu baginya, lantaran gadis bermata sipit dengan darah tionghoa tersebut telah diadopsi oleh mendiang ibunya sebelum menikah dengan padrenya, bahkan telah diasuh oleh keluarga Sazuzzy sejak masih bayi. Ia dan Ana sempat tinggal bersama di pallace setelah pernikahan madre dan padrenya,namun hal tersebut tidak berlangsung lama setelah ia memutuskan untuk hidup mandiri saat usianya genap 20 tahun. Awalnya hal tersebut tidak disetujui oleh kekuarga ibu dan ayah, terutama aku, tapi berkat tekadnya yang kuat akhirnyapun ia berhasil hidup mandiri disebuah apartemen mewah di Moskow dengan syarat tetap menerima bantuan dari kami. Tidak berselang lama menu yang mereka pesan datang dan dihidangkan dalam keadaan masih mengeluarkan asap. "Spasiba balshoi." ucap mereka serempak pada pelayan yang bersiap kembali melayani pengunjung cafe. Menu yang mereka pilih adalah menu favorit keduanya selama masih berada di pallace dan ternyata kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah mereka tahu bahwa cafe yang sekarang ditempatinya menyajikan menu tersebut, hingga menjadi tempat favorit keduanya setelah cafe tempat dimana Elle bekerja. "Makanlah dengan tenang." peringat Elle pada Ana yang terlihat sibuk dengan makananya yang sangat cocok dikonsumsi saat musim dingin. "Siapa peduli." balas Ana cuek dan mulai menyuap satu sendok sup kedalam mulutnya. "Kau tahu, kadang aku bertanya-tanya mengapa aku bisa berteman dengan orang gila sepertimu?" "Entahlah aku juga tidak tahu, tapi kau benar Elle, mengapa aku bisa gila separah ini ya?" tanyanya yang hanya dibalas tatapan jengah oleh Elle sebelum melanjutkan lagi suapan pada mulutnya. "Sudah jangan banyak bicara, cepat habiskan makananmu." tegur Elle ketika Ana tampak menggantung sendoknya kosong diudara. Dan perkataanya hanya dibalas juluran lidah oleh Lubicana sebelum keduanya sibuk makan tanpa ada sepatah kata lagi. *Sup Ukha adalah sup ikan kegemaran orang Rusia yang dihidangkan dengan roti hitam dan biasanya dilengkapi daging domba yang dimasak dengan diasapi. Sup tersebut sangat cocok dikonsumsi sebagai menu pembuka yang wajib disajikan dimeja makan saat awal dan akhir musim dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD