Chapter 15 - Daylight

2131 Words
"when you truly don't care what the f**k anyone thinks of you. You hare reachead a dangerously awesome level of freedom." Happy Reading  Limousine berwarna putih gading yang dikendarai Ana telah merapat didepan stolovaya sejak 15 menit yang lalu, tapi entah mengapa aktivitas adanya kehidupan tidak terlihat dari dalam mobil mewah dengan ukuran panjang tersebut. Didalam mobil yang tampak terang tersebut Ana duduk dikursi belakang dengan tangan bersedekap dan tatapan tajam pada Sam yang duduk didepanya,terhalang pembatas kaca yang memang dibiarkan tertutup. Tampak kepulan asap putih terhembus keluar dari bibirnya sebelum ia mengucapkan kalimat terakhirnya yang ia sendiri juga berharap dapat membuatnya segera bebas dari mobil yang sejak tadi terasa sangat pengap. "Jadi pulanglah Sam, sepertinya kau tampak demam,beristirahatlah dan aku akan baik-baik saja." "Tapi." "Aku anggap itu jawaban iya, berhati-hatilah sam." lanjutnya sebelum beranjak keluar dan sedetik kemudian jalanan ditepi stolovaya tersebut kembali kosong. Pagi itu keadaan stolovaya tersebut nampak ramai,namun masih terdapat tempat kosong yang dapat digunakan Ana untuk duduk sebelum akhirnya memesan minuman. "Lama tidak bertemu denganmu Ana." sapa ramah seorang pemuda dengan seragam pelayan. "Lama tidak bertemu." balas Ana dengan senyum yang mengembang bulat. "Baiklah Ana, tunggu dalam lima menit." ucap pemuda tadi dengan gerakan mata mengerling yang mendapat respon kekehan dari Ana. Pemandangan sibuk dan acuh dengan tingkat individualisme tinggi terasa sangat mendominasi atmosfer distolovaya tempatnya duduk. Jangan heran karena Rusia memang memiliki budaya unik dimana jika kau terlihat akrab bahkan saling menyapa dengan orang ditempat umum, maka kau bisa dianggap melecehkan negara kutub tersebut. Jangan kan saling menyapa, tersenyum dengan orang yang kita kenal sama saja menjadikanmu bahan tertawaan dan dianggap sebagai orang gila. Namun tak jarang pula beberapa pria sengaja menatapnya dengan pandangan meneliti seakan-akan ingin melahap Ana dalam keadaan hidup. Dasar aneh,grutunya dalam hati. "Kenapa kau datang kesini?" suara serak yang dikenal Ana menerobos gendang telinganya hingga memaksa saraf otaknya untuk menoleh kearah sumber suara. "Apa masalahnya denganmu"timpal Ana ketus yang kini mulai sibuk mengamati kepulan asap yang keluar dari cangkir berisi robusta pesananya. "Tentu saja ada masalahnya,kau lupa jika kau tidak pernah membayar ketika datang kesini,dan akhirnya kau tahu siapa yang membayar semua hutangmu itu nona tak tau malu?" "Apa kau sedang menyindirku heh?" "Ya dan aku rasa itu sudah sangat jelas." akhir Ellena menarik kursi dan duduk tepat dihadapan Ana. "Berhentilah menatapku seperti itu sebelum kusiram dengan coffe ini!" "Diam dan cepat habiskan minumanmu sebelum aku menyeretmu keluar dari sini." "Kenapa kau sangat galak, memang siapa dirimu berani mengusirku." celetuk Ana sambil menegak minuman berwarna coklat yang kini berada dalam genggamanya. "Jangan bercanda Ana, aku sangat sibuk hari ini." balas Elle sambil mengertakan gigi menahan amarah yang sudah dipucuk ubun-ubun. "Baiklah aku akan pergi,tapi kau yang harus membayarnya ya,uangku harus kuhemat untuk naik bus karena sam terpaksa pulang setelah badanya demam." ucap Ana tanpa beban yang ditambah meyakinkan dengan puppy ayes yang menjadi jurus handalannya.         "Seperti kau slalu membayar saja." dan tanpa berdosa Ana segera mengecup pipi Elle sebelum berlari menuju pintu keluar berada. Setelah keluar dari stolovaya dengan menahan tawa yang hampir membuat perutnya meledak, Lubicana kembali berjalan menuju Metro Smoleskaya yang lokasinya berdekatan dengan Lapangan Merah yang menjadi simbol dari kota Moskow, berjarak sekitar dua blok dari kedai tempat Ellena bekerja. Jadi Ana rasa tidak terlalu jauh untuk berjalan kaki. Sebenarnya bisa saja ia meminta supir di palace untuk menggantikan sam dan mengantarnya pergi kemana saja atau dengan memesan taxi, tapi dialah Lubicana Romanov,gadis dengan segala kesederhanaanya. Sepertinya sifat tersebut turunan dari mendiang sang ibu. Akhirnya Ana telah sampai pada bangunan tua yang masih nampak kokoh dengan logo huruf "M" yang ditulis kapital berwarna merah pada gerbang stasiun yang didominasi warna coklat tersebut.          Setelah membayar tiket,Ana duduk tenang dengan earphone terpasang ditelinganya dan novel tebal menjadikanya semakin tampak menarik. Dan tak lama kemudian kereta mulai berjalan setelah berhenti di stasiun pertama Biblioteka Imeni menuju Moskow melewati Stasiun Kropotkinskaya. Tampak aktivitas menaikan penumpang dengan kapasitas banyak dan hampir memenuhi tiga sisa gerbong terakhir terjadi di Stasiun Frunzenskaya yang berjarak setengah mil dengan Stasiun Sportivnaya. Setelah prosedur keamanan terlaksanakan kereta kembali melaju sebelum akhirnya berhenti di Stasiun Vorobyovy Giri. Setelah turun dari dalam kereta listrik bawah tanah,Ana memasukan kembali novel tebal karya penulis terkenal New York Times Best Seller,Philippa Gregory yang pada sampul bagian depanya tercetak tiga kata tebal berbunyi "The White Queen"dan melanjutkan langkahnya dengan puluhan manusia lainnya. Dirinya cukup beruntung pagi itu lantaran mendapati trem khusus telah menunggu dipintu keluar stasiun yang akan membawanya menuju MGU. Di Rusia trem menjadi solusi tepat dengan harga terjangkau. Pertama kali beroprasi dengan rute menuju Moskow pada tahun 1980 dan menjadi jaringan trem terbesar didunia sebelum pada awal tahun 2000-an,pemerintah menghilangkan beberapa jalur dan menggantikanya trolleybus dengan alasan keektevitasan jarak tempuh hingga berkembang pesat dengan layanan 250 rute berbeda yang tersebar diseluruh Rusia. Tak jauh berbeda dengan trem,trolleybus juga mengalami kemajuan yang signifikan setelah pemerintah bersama Rusian's Railway bekerjasama dalam membangun jalur khusus yang mulai dibuka untuk umum dengan total 57 terminal dan terhubung pada lima stasiun kereta besar di Rusia,dimana setiap harinya dapat mengangkut sekitar tiga juta penumpang. Setelah berkendara selama 30 menit,akhirnya trem yang dinaiki Lubicana telah berada di pelataran MGU (Moskovskyj Gosudarstvennyj Universiteit) atau lebih dikenal dengan sebutan Imeni Lomonosova yang merupakan universitas terbaik di Rusia dan menjadi kebanggan penduduk Moskow.   Fakultas kedokteran yang dipilih Ana pagi itu mendapat kelas dengan mata kuliah sastra inggris jadi tidak heran jika banyak mahasiswa dari berbagai fakultas mengisi ruangan luas dengan kaca-kaca jendela yang besar. Dan seperti biasanya,Lubicana sangat bersemangat mengikuti kelas dari prof. Lucas Ogurtsov tersebut. Pria tua bertubuh tambun dengan kacamata berbingkai emas yang tidak pernah lepas dari matanya adalah sosok guru besar Rusia dengan usia yang hampir menyentuh angka satu abjad. Merupakan salah satu dosen favoritnya setelah prof.Boris Godotov,dosen pembimbing pribadinya difakultas kedokteran. Dan tak berselang lamapun, kelas pagi itu dimulai,dimana dosen tua tersebut mulai menjelaskan materinya dengan gerakan yang berhasil menggoyangkan seluruh lemak pada perut buncitnya.Sungguh menggelikan. Namun secara tiba-tiba dari arah pintu menyembul pria muda dengan tubuh tegap dan wajah tampan yang dibingkai kacamata minus masuk kedalam ruangan dengan tenang tanpa merasa bersalah setelah berhasil menghentikan kelas kala itu. "Kau terlambat Mr.Doestoevskaia." "Aku sungguh menyesal profesor dan maafkan aku." ucapnya sopan. "Duduklah dan ikuti kelasku dengan tenang." "Spasiba balshoi." Dan setelah mendapat izin untuk duduk,Vladmir nama pria tersebut bergegas duduk di satu-satunya bangku kursi kosong dibarisan paling belakang yang letaknya sedikit berada diatas.Tepatnya disamping Ana. "Long time no see princess." ucap pria muda tadi sebelum sibuk dengan buku-buku tebal yang mulai memenuhi meja kayu dihadapan mereka berdua. "Long time no see my prince charming." balas Ana dengan senyum merekah. ~St.Petersburgh~ Setelah pulang dari bandara, Leu memang tidak langsung menuju kediamannya,melainkan pergi ke salah satu gudang bir miliknya di Moskow untuk mengecek seberapa detail persiapan yang telah dilakukan dalam menghadapi pengiriman besar menuju Spanyol dan Swiss dalam dua hari kedepan. Dan baru sekitar pukul sebelas pagi, Limo hitam yang dikendarai Leucotea memasuki area pelataran manssion miliknya. Namun belum genap kakinya menginjak lantai manssion,suara dengung dari dalam menjadikanya geram dan berjalan sedikit tergesa kedalam. "Dasar kurang ajar, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan hah? Aku adalah tamu dan beraninya b***k sepertimu memarahiku. Lihat saja apa yang akan dilakukan tuanmu jika ia tahu perbuatan pembantu kurang ajarnya,masih beruntung jika hanya dipecat!" "Apa kau tidak sadar dengan siapa yang sebenarnya menjadi b***k disini,seharusnya kau menjaga sopan santunmu nona/ Bukankah lucu jika sesama b***k saling berteriak seperti orang gila hah?" Tidak ada yang berani menjawab,bahkan mereka sudah terlalu takut hanya sekedar menatap wajah tampan tuan mudanya jika sudah berkata dengan nada tinggi seperti itu. "Maaf senor,tapi saya telah memperingatkan agar nona ini tidak menyentuh pakaian milik senorita Concellerina,tapi ia malah membrontak dan memukul salah seorang pengawal anda tuan." jelas sang maid dengan tertunduk sambil menahan tangis dan tubuh bergetar hebat karena ketakutan. "jadi sekarang kau mengadu pada majikanmu, ohhh aku sungguh takut." ucap MiWon dengan dramatis dan nada melengking lembut. "Bagaimana ia bisa masuk kekamarnya?" tanya Leucotea sambil menatap tajam kearah MiWon yang sedang berdiri acuh sambil memilin ujung kukunya yang dicat merah. "Tentu saja karena aku mengambil kunci dari pengawal bodohmu, salah siapa tidur saat sedang berjaga." jawab MiWon dengan nada parau. "Bitch." ucap Leu pada beberapa pengawalnya yang tertunduk lesu. "Yess i'am your bitch." Tidak ada satu katapun keluar dari bibir Leucotea,ia hanya menahan amarah dengan rahang yang mengatup rapat. "Kalian semua kembalilah bekerja, dan kau boleh memaki baju itu tapi tidak dengan masuk kekamarnya lagi,sadarlah posisimu nona!" "Dan kau Marcus,antarkan wanita ini untuk belanja pakaian.Turuti semua permintaanya." ujar Leucotea sambil melempar black card kearah MiWon. "Aku tidak membutuhkan uangmu bajingan." "Tidak perlu gengsi, kau akan membutuhkannya nona." teriak Leucotea sambil berlalu menuju kamarnya dilantai atas daripada harus terus berdebat,sepertinya ia perlu mandi.     ~Yohanes Alexander Luciano~ Tepat setelah kepulanganya dari Seoul, Yohanes hanya mampir untuk mandi dan berganti pakaian sebelum beranjak keluar mansion bersama tujuh pengawalnya dalam satu rombongan panjang mobil hitam. Ditengah udara dingin ia harus keluar dan menyelesaikan pekerjaan yang sudah membuatnya berteriak sejak berada di dalam pesawat dan ia sungguh tak sabar untuk segera mengakhirinya. Akhirnya rombongan yang banyak menyita perhatian selama berada dijalan telah tiba di kawasan Hutan Konservasi Pohon ex di selatan Jembatan Neva,St.Petersburgh. Dan suara decit ban yang beradu dengan ranting pohon yang gugur menjadi siulan kematian yang nyata. Sedangkan Yohanes keluar dari mobil dibarisan paling depan dengan angkuh. "Well, jadi kita menemukan kecoa baru heh?" teriaknya tepat diwajah pria berotot yang sedang diikat disalah satu pohon besar dengan tubuh hanya ditutupi celana pendek selutut saja. Kulitnya yang putih bertambah pucat dengan aliran pembuluh darah yang kentara membiru lantaran udara dingin yang membekukan sistem tubuh. "Kau seharusnya berfikir ribuan kali jika ingin mencari masalah denganku bodoh!!!" tidak diucapkan dalam bentuk teriakan namun kalimat tersebut sangatlah tajam dan dinginya melebihi temperatur udara saat itu, jadi jangan heran jika mereka yang ada disana menahan nafas hanya untuk mendengar lanjutan dari kalimat yang akan diucapkan oleh Yohanes. "Kau yang memulai masalah denganku Yohanes Alexander." peringat pria malang tersebut tanpa diduga sebelumnya, bahkan ia tidak menggunakan nama belakang Yohanes dan membuatnya murka. "Oh benarkah? Jadi mari kita selesaikan semuanya." Dan satu pukulan telak dilayangkan Yohanes tepat pada wajah bulat pria tersebut hingga mengeluarkan darah pada sudut bibirnya yang sobek,bahkan bunyi kreek akibat tulang hidung yang patah terdengar sangat jelas. "Apa kesalahannya?" "Ia berhianat telah memiliki hubungan dengan p*****r dari Orekhovkaya tuan." jawab salah satu pengawal berjas hitam. Dengan sigap seorang gadis keluar dari dalam jeep dan diseret kehadapan Yohanes sebelum akhirnya disentak hingga jatuh tersungkur diatas daun jering yang terasa dingin pada kulit tubuhnya yang tak tertutupi sehelai benangpun. Kondisinya mengenaskan dengan tangan terikat dan mulut diplester,namun kilatan kebencian dan tak ada rasa takut terpancar jelas di mata indah gadis berambut grey dengan bulu mata yang lebat saat menatap Yohanes. Ia sungguh benci pria dihadapanya, sangat membencinya. Siapa yang tidak kenal dengan pelcur kebanggan Rusia Nikolaevna DeBonne,gadis pertama yang berani memikat Yohanes dan meninggalkanya dalam waktu yang bersamaan setelah berhasil mendapatkan apa yang ia incar. Niko,panggilan akrab gadis berlensa coklat tersebut kabur setelah berhasil mencuri jutaan rubel dan satu mobil sport keluaran terbaru dari brand jaguar milik Yohanes.Bukan barang yang berhasil dicuri gadis tersebut namun penghianatan yang dilakukanyalah yang telah membahayakan dirinya. Dan setelah mengetahui motif yang sesungguhnya, Yohanes ingin membunuh mereka dengan segera. Siapa yang mrnyangka jika gadis tersebut bermetamorfosis setelah mengganti identitasnya dan menjadi artis blue film dengan bayaran termahal di Franc. Dan Yohanes juga tidak diam saja,ia mengawasi semuanya dan menunggu saat yang tepat untuk balas dendam. "Apa kau merindukanku? Seharusnya kau sadar sedang berurusan dengan siapa, kecuali kau memang ingin mati!" tanya Yohanes menatap mata kelabu yang lama tidak dilihatnya. "Ikat jalang ini dan nikmatilah hadiahnya, jangan lupa untuk membunuh dan melempar jasatnya dijurang." ujar Yohanes kemudian bangkit dan sengaja melangkahi tubuh gadis dihadapanya. Hening, mata hitamnya menatap tajam kejadian yang ada dihadapanya sebelum mengarahkan sedan ford miliknya menjauh dari lokasi hutan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan krcuali pasrah,toh melawan sekeras apapun pada akhirnya akan mati.Mengenaskan.         "Apa kau sudah menjemputnya? Baiklah antarkan dia segera." setelah menutup telefon,Yohanes kembali menatap jalanan padat yang dileewatinya, pandanganya kosong, sosok yang telah hilang dari memori otaknya hadir kembali tanpa permisi dan menghancurkan seluruh tembok pertahanannya. *Philippa Gregory merupakan penulis terkenal lewat karya fenomenalnya yang berjudul "The Other Boleyn Girl", dimana salah satu karyanya The White Queen diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan judul Ratu Mawar Putih yang sebelumnya telah mendapa izin dari Simon & Schuter,Inc,1230 Avenue of the Americas,New York pada tanggal 24 November 2009 oleh Esensi,divisi dari Penerbit Erlangga dan diterjemahkan oleh Putro Nugroho. Buku tersebut bercerita tentang sejarah dan perjalanan Ratu Elizabeth dalan memerintah Kerajaan Inggris bersama sang suami Raja Edward III.Dalam buku tersebut juga dituliskan secara detail tentang kehidupan selama perang antara dua Klan Mawar Putih(York) dan Klan Mawar Merah(Lancaster) hingga perang antar sepupu dalam memperebutkan tahta dimana alur ceritanya dipenuhi dengan konflik berkepanjangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD