Chapter 14 - Heavy

2075 Words
Moskow,Rusia Dengan langkah lebar yang terkesan tergesa,Ellena berlari keluar gedung dom setelah memastikan pintu kwantiranya terkunci. Setelah berlari dari dalam lift menuju lobi depan bangunan mewah bercat putih yang pagi itu tampak ramah. Elle bergegas menuju seberang jalan untuk menunggu taxi lewat, tepat didepan bangunan mirip apartenen yang ditinggalinya terdapat tempat untuk menunggu kedatangan taxi Moskovskyj, sebenarnya ia bisa memesan tanpa harus menunggu karena biasanya sudah tersedia di pintu keluar bangunan yang dusebutnya dom tersebut,namun apa daya, ia belum memesan dan berharap mendapatkan taxi yang sudah siap sedia mengantar kemanapun ia pergi adalah ketidakmungkinan, apalagi melihat kondisi yang saat itu sedang ramai oleh lalu lalang para manusia di pusat ibukota tersebut. Tak berselang lama,akhirnya kendaraan beroda empat yang sedari tadi ditunggunya dengan harap-harap cemas datang juga, tampak ibu hamil dengan perut membuncit besar keluar bersama anaknya yang lain,mungkin gadis tersebut baru berusia 10 tahun.         Melihat hal tersebut, Elle tidak menyiakan waktu hanya untuk diam menyaksikan,dengan gerakan sigap ia menuntun sang ibu keluar dan disusul oleh sang anak. Ellepun bergegas masuk setelah membalas ucapan terimakasih dari ibu hamil yang tadi sempat dibantunya"St.Smolenskaya" ucap elle pada supir paruh baya pengemudi taxi. Pagi itu dirinya sedikit beruntung karena taxi yang ditumpanginya tidak terjebak antrian macet. Dan tak kurang dari setengah jam,kendaran tersebut telah herhenti ditujuannya,tepat didepan bangunan bergaya monarki yang bercat coklat dengan tiga lantai tersebut. Setelah menyerahkan uang pada sang supir, Elle kembali berlari memasuki stolovaya tersebut lewat pintu belakang yang diatasnya tertulis dengan abjad latin Rusia"khusus pegawai". Ya Ellena memang bekerja di kedai tersebut sejak hari dimana ia memutuskan untuk hidup mandiri yang secara otomatis ia harus memenuhi kebutuhanya sendiri,meskipun keluarga Sazzuzy dan Romanov masih memberikan bantuannya, tapi Elle rasa ia sudah tdak pantas menerima bantuan tersebut, toh dirinya juga sudah tidak tinggal disana. "Kau terlambat nona/" suara lembut khas wanita memyambut kedatangan Elle, ketika dirinya selesai melepas syal dan menggantungnya bersama palto biru yang melindungi seragam kerjannya. "Apa senor Omarov mencariku." tanya Ellena dengan nafas memburu setelah menyimpan tas tanganya di rak sudut. "Kau beruntung karena beliau tidak datang hari ini." ucap gadis bernama Kezina sambil mengulurkan gelas berisi air putih pada Elle. "Minumlah, kau tampak pucat pagi ini."  lanjut Kezina setelah gelas kaca tersebut berpindah tangan. "Spasiba balshoi." balas Elle menegak isi dalam gelas tersebut hingga tandas. "Setelah ini bantulah barista utama meracik kopi di bar, aku ada dikasir jika kau mencariku." "Aye-aye kaptain." "Ohhh iya Elle, jangan lupa untuk mencuci gelas tersebut." tunjuk Kezina pada gelas kosong dalam gengaman tangan Elle. Sedangkan yang diperintah hanya mengganguk samar sambil berlalu pergi.       ~So Long Not See~ Sementara pagi itu, pemandangan ramai lalu lalang para pelayan nampak sangat kontras di pagi yang cukup dingin. Mereka akan segera bersiap untuk acara makan pagi atau sarapan,dan hal tersebut telah menjadi tradisi turun temurun bagi keluarga kerajaan asal Rusia tersebut. Bahkan terdapat peraturan jika para anggota kerajaan dilarang untuk meninggalkan meja makan sebelum acara tersebut selesai. Sedangkan Napoleon mendidik agar putri tunggalnya, Lubicana terbiasa hadir pertama kali di meja makan sebelum anggota keluarga yang lain. Hal tersebut merupakan etika bagi seorang putri dari keturunan terakhir Dinasti Romanov. Seperti pagi itu, Ana sudah siap dengan pakaian santainya sambil duduk menunggu kedatangan padrenya. Perutnya sudah sangat lapar sejak tadi, jika tidak mengingat ia adalah putri dari Rusia maka ana akan dengan senang hati menghabiskan seluruh hidangan yang nampak menggoda tersebut. Kenapa padrenya sangat lama,tidak tahukah jika Ana sudah mulai kehilangan kesabarannya. Cacing didalam perutnya sudah mulai memberontak, bahkan Ana sendiri dapat mendengar demo yang sedang dilakukan oleh cacing-cacing didalam ususnya. Oh ya Tuhan,betapa memalukannya. "Dabro utra Lubicana." sapa Napoleon yang disusul dengan Leonardo, dilihat dari pakaian rapi yang mereka kenakan sepertinya mereka akan pergi. "dabro utra padre"balas Ana yang sedetik kemudian dilanjut dengan gurauan yang keluar dari kedua bibir mereka.Sedangkan para pelayan mulai sibuk menuangkan hidangan dimeja majikanya. "Apa anda tidak ikut makan Sir." tanya Ana pada Leonardo yang hanya berdiri disisi kanana meja, tepatnya disamping sang ayah. "Kami sudah makan terlebih dahulu mylady." jawabnya sopan dengan senyum menawan dari pria yang selisih umurnya hanya terpaut tujuh tahun dengan sang padre. "Apa kau akan pergi kuliah pagi ini." tanya Napoleon yang nampak sudah selesai dengan makanan pembukannya. "Si, aku ada kelas pertama dimusim dingin padre." jawab Ana setelah menelan suapan terakhir sambil meliirik pada pakaian santai musim dingin yang dikenakanya. "Pastikan makananmu tertelan ana, tidak baik jika seorang gadis makan dengan keadaan mulut penuh seperti itu." tegur Napoleon pada Ana sambil mulai memotong daging asap pada piring putihnya, geraknya sangat terlihat lihai menggunakan pisau yang sudah dapat dipastikan ketajamannya. "Maaf." lirih Ana yang sempat melihat senyum diwajah Leonardo, sepertinya dia sedang jadi bahan tertawaan. "Spasiba balshoi." ucap Ana menerima segelas s**u yang diberikan oleh amy. "Da mylady." Dan Ana kembali melayangkan tatapan membunuhnya setelah mendengar julukan yang diberikan amy untuknya. "bagaimana kabar Ellena,sudah sangat lama ia tidak berkunjung ke Pallace,dan bukankah kemarin kalian pergi bersama ke pusat kota?" Mendengar pertanyaan yang ditujukan padanya,Ana menelan daging asap yang dikunyahnya sebelum menjawab.Tidak lucu bukan jika ia harus mendapat dua kali teguran hanya untuk satu piring daging yang ukuranya tidak seberapa. "Si, dia sangat sibuk. Dan sejauh ini kabarnya baik-baik saja."sedangkan Napoleon hanya mengangguk sebagai respon dari perkataan Ana. "Apa kau sudah selesai dengan makananmu?" "Si." balas ana seraya mengelap bibirnya dengan serbet makan, gerakanya sangat terampil. "Kalau begitu kita berangkat bersama saja, bersiaplah." tawar Napoleon yang sempat melirik sekilas pada tas milik ana. Sedangakan yang diajak bicara hanya menggeleng. "Aku rasa tidak perlu, Sam yang akan mengantarkanku padre." "Apa itu alasanmu karena tidak mau satu mobil dengan padre hah." "Ayolah padre, kau seperti tidak mengenal putrimu yang keras kepala ini." jawab Ana menatap padrenya yang sedang meletakan mug kosong keatas meja, ya Napoleon adalah salah satu penikmat kopi hitam. "Baik, pergilah berdua dengan sam dan jaga dirimu tuan putri." putus Napoleon yang mendapat sorak sorai dari Ana. Dan seperti yang biasa ia lakukan,Ana meminta agar mendapat berkat dari Napoleon sebelum mengecup dan berpamitan pergi dengan tas merah yang telah bertengger dipundaknya. ~Back to Moskow~ Setelah memempuh perjalanan panjanng,akhirnya pesawat pribadi yang dinaiki Leu untuk pulang dari Korea telah mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Pulkovo. Layaknya bandara sibuk pada umumnnya,aktivitas penerbangan terlihat tidak berhenti beroprasi. Hal wajar mengingat jika bandara yang telah beroprasi sejak tahun 1931 tersebut menjadi bandar tersibuk ketiga setelah Bandara Sheremetyevo dan Bandara Domodediva di Moskow. "U.hhh kenapa disini lebih dingin" gerutu MiWon ketika kulit putihnya merasakan udara dingin Rusia. Bahkan mereka baru saja turun dari pesawat. "Dasar bodoh, apa kau tidak menerima pendidikan dasar hah, seperti baru tahu saja jika Rusia adalah negara terdingin didunia kedua!" sungut Yohanes yang mulai jengan mendenagr setiap keluhan dari gadis cerewet yang dibawa kakaknya. "Aku tahu itu, kau pikur aku tidak pernah berkunjung kenegara sialan mu ini apa dan terimakasih atas informasinya Mr.Cleaver." ejek MiWon dengan menekan nada pada kata terakhirnya. "Untung saja masih bisa bicara dalam bahasa inggris." "Memangnya apa pedulimu jika aku tidak bisa bicara dalam bahasa inggris, perlu kau tahu jika ayahku juga mebiayai sekokahku hingga sarjana bodoh." maki MiWon setelah tidak terima akan hinaan dari Yohanes. "Lalu kau pikir kami peduli?" "Aku hanya memberitahumu saja." “Sayangnya aku tidak butuh nona,lagipula siapa yang menjamin jika kau baru saja mengarang cerita." telak Yohanes dengan seringainya. "Heiiii!!!!" pekik MiWon diambang kesabaran. "Bukankah terdengan lucu, kau mengakau sarjana tapi sangat berisik merasakan perbedaan temperatur udara antara Korea dan Rusia." "Diamlah berengsek!!!!!!!"  bentak leu menghadap dua manusia t***l yang berada di Lelakngnya. Sedangkan Yohanes yang sejak tadi tertawa penuh kemenang,hanya mampu diam membisu mendengar bentakan dari kakanya.Dan MiWon pun semakin acuh dan tidak peduli,tapi ia sedikit bersyukur lantaran makhluk b******n bernama Yohanes berhenti menertawainya.Tentu berkat bantuan makhluk b******n yang satunya lagi,Leucotea. Toh hal tersebut juga bukan murni kesalahannya, siapa suruh menyahut perkataanya tadi. Dan mereka semua termasuk para pengawal hanya mengeratkan kancing pada palto yang dikenakan, seolah-olah bentakan dari Leucotea mampu menembus udara dingin hingga meruntuhkan susunan tulang. "Apa yang kau lakukan." hadang Yohanes ketika MiWon berniat masuk kedalam limo sama yang sebelumnya telah dinaiki oleh Leucotea. "Tentu aku akn ikut bersama kalian." "Tapi tempatmu bukan disini nona." terang Yohanes sambil memdorong tubuh MiWon hingga jatuh terjengkang kebelakang. Namun naas, MiWon bukanlah gadis bodoh, dengan gerakan refleks yang terencana,ia menarik ujung palto yang dikenakan oleh Yohanes dan benar saja, sontak tubuh mereka berdua jatuh bersama kebelakang, bahkan terdengar bunyi berdebum yang keras dan jeritan tertahan dari Yohanes. "Pantatku." satu kata terakhir yang keluar dari bibir pemuda berkebangsaan Italia tersebut. Bugggggh,buuuuugggghhhhh suara yang terdengar sangat nyaring dan merdu. Sontak kejadian tersebut berhasil mebuat para pengawal yang berjalan dibelakang mereka membelalakan mata sempurna lantaran terkejut, mereka sangat ingin tertawa dan memaki dua bocah ingusan yang kini terjerembap ditanah tersebut,namun rasa takut pada sosok tuan mudanya mampu menahan gelak tawa yang sudah berada diujung tenggorokan dan siap diluncurkan keluar. Marcus dengan sigap membawa tubuh MiWon agar segera masuk kedalam satu-satunya mobil sedan diantara rombongan mobil yang lainya, sedangkan leu yang sedari tadi menyaksikan dua manusia tersebut dalam diam kini mulai dibuat meradang,ditambah dengan kelakuaan Yohanes yang menurutnya konyol. "Tutup pintunya dan segera lajukan mobil pergi dari sini"perintah Leucotea yang langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh pengawal yang bertugas sebagai supir. "Dasar kurang ajar." cicit Yohanes setelah dalah satu pengawal kakanya membantu dirinya bangun. "Dimana mobil kakaku?" tanyanya setelah berdiri dan tidak mendapati keberadaan limounsi yang tadi akan dinaikinya. "Senor Leucotea baru saja pergi tuan"jawab pengawal tersebut dengan menjauhkan sedikit telinganya dari Yohanes. "Apa!" pekik nyaring Yohanes yang kemudian mulai pasrah ketika dirinya diarak untuk masuk kedalam mobil dibarisan paling depan rombongan. Dan betapa terkejutnya Yohanes ketika melihat tubuh MiWon telah duduk anggun disalah satu kursi penumpang,namun yang dipandang tersebut hanya acuh dan tidak peduli,seolah-olah tidak terusik dengan keberadaan Yohanes. "Kenapa kau disini?" pertanyaan tak masuk akal yang dilayangkann Yohanes sungguh memalukan. "Kenapa? Lagipula aku yang lebih dahulu disini,jika tidak suka pergi saja sana!" usir MiWon ketus dengan nada dingin, bahkan ia berkata tanpa menatap Yohanes,melainkan menikmati pemandangan ramai diarea sekitar bandara. Dan Yohanes hanya diam matung dengan gestur kaku diambang pintu mobil,kenapa gadis itu berani mengucapkan hal tersebut,dia pikur dia siapa????? "Hhhm,senor meminta kita untuk segera mengikutinya,jadi saya minta agar anda bergegas naik tuan. "relai Marcus ketika mendapat pesan dari Leucotea. Dan segera mengalihkan tatapan matanya dari layar ponsel untuk melihat reaksi dari tuan mudanya. "Baiklah, baiklah aku akan segera duduk!" Dan tak berselang lama,rombongan tersebut mulai berjalan meninggalkan bandara. Saat itu leu sedang fokus dengan layar ponselnya ketika satu notif dari Marcus muncul,dan tak ingin bersusah-susah ia memilih mengabaikanya dan segera menghubungi nama seseorang yang ditulis dengan abjad berbunyi Steave. Tanganya yang terampil mulai menuangkan isi dari botol kaca kedalam gelas berkaki yang ada dihadapanya, Martini Vermouth,nama minuman yang kini mulai ditenggak oleh Leucotea. "Holla Steave, bagaimana berita tentang kepergianku bersama MiWon? Apa terjadi skandal baru?" "Sejauh ini tidak ada tuan dan aku rasa keputusan anda sangatlah tepat." ucap Steave dengan gelak tawa dari sebrang telefon. Dahi leucotea sedikit berkerut sedang berfikir akan maksut perkataan salah satu tangan kirinya namun senyum dibibirnya terbit setelah tawa Steave reda. "Ohhh Bongyoung, aku rasa celemek penjaga rumah potong lebih cocok dikenakanya daripada jas mahal. " Dan mereka berdua kembali tertawa dengan suara yang lebih keras hingga mampu mengalihkan konsentrasi pria dibalik kemudi demi melihat apa yang dilakukan majikanya. "Apa ada sesuatu lagi senor." tanya Steave setelah keduanya selesai tertawa. "Bersiaplah untuk skandal selanjutnya dalam dua hari kedepan,hubungi aku jika semua sudah siap dan jangan lakukan apapun sebelum mendapat perintah dariku." "Si senor, aku akan menghubungi anda esok" "Ya aku rasa semakin cepat masalah ini selesai,maka secepat itupula kau mendapat bonus dariku.Sampaikan salamku untuk nyonya Steave." "Akan sangat terhormat baginya senor dan akan saya sampaikan segera setelah kami bertemu.Semoga hari anda menyenagkan." Dan bunyi tutttt menjadi tanda telah berakhirnya percakapan tersebut. Sekali lagi leu menuang minuman keras kelas dunia tersebut kedalam gelas hingga tak terasa menyisakan setengah botolnya,kini mata hitam miliknya mulai sibuk dengan lalu lalang bus kota yang melayani 12 juta penumpang pertahun dengan jam operasi selama 24jam penuh menjadi pemandangan terakhir rombongan mobil hitam yang mulai diarak menuju utara,St.Petersburgh.            *kwantira adalah sebutan untuk kamar dalam bahasa Rusia,bisa digunakan sebagai istilah dalam bangunan apartemen yang disebut dom,sehingga dom merupakan bangunan dimana beberap kwantira berada. *Martini Vermouth merupakan salah satu merek minuman keras kelas dunia dengan harga diatas rata-rata.Minuman ini peetama kali diciptakan oleh Alessandro Martini di Turni,Italia pada tahun 1863,dimana ia mencampur resep dari cucu Kerajaan Romawi dengan wine dan beberapa tempah-rempah khas Mediterania.Pada 1992 Alessandro dan Luigi Rossi berkerjasama dalam menciptakan brand baru yang diberi nama Bacardi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD