Chapter 13 - Something Wrongs

2118 Words
Magic happens when you don't give up, even though you want to. The universe always falls in love with a stubborn heart. ~JMStrom~ Happy Reading     Menanggapi pernyataan yang baru saja diutarakan oleh MiWon, seorang wartawan dengan mata sipit yang dibingkai dengan kacamata besar mengajukan jari telunjuk sambil berdiri hendak mengajukan pertanyaan. "Baik untuk pertanyaan pertama saya persilahkan." ucap pembawa acara dengan lantang. Dari arah pojok belakang,seorang wartawan yang ternyata juga bertubuh tambun tersebut segera berdiri dengan sigap dan tampak membaca sambil bergumam sekilas pada note kecil yang dibawanya sebelum mendongak untuk menyampaikan pertanyaan yang ternyata ditujukan untuk Yohanes. "Saya ingin bertanya untuk Mr.Yohanes Luciano, seperti yang kita semua tahu bahwa Won Industry merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pangan Korea, namun semenjak pagi ini resmi berpindah kepemimpinan dibawah Luciano Inc yang notabene bergerak dalam memproduksi senjata legal untuk pemerintahan Rusia dan beberapa negara lainya. Dan pertanyaan saya hampir mewakili seluruh topik konferensi pers pagi ini,jadi saya mohon jawaban dari anda." satu pertanyaan yang mampu membuat keempat manusia yang sedang duduk dikursi tersebut menahan nafas. Hahahaha tawa tanpa beban berhasil keluar dari mulut Yohanes, memangnya ada yang salah dengan pertanyaan yang diutarakan wartawan tersebut, bukankah memang hal wajar menanyakan keganjilan yang tampak nyata tersebut. "Bagaimana bisa wartawan bodoh sepertimu hadir disini hah. Kujelaskan padamu tuan sok tahu bahwa kartel kami merupakan satu-satunya perusahaan yang menyumbang dana terbesar didunia dan tentu kau juga paham akan kerasnya persaingan didunia bisnis dan hal tersebut pula yang memicu terjadinya kerjasama anatara pihak kami dengan pihak nona Won. Dan kupertegaskan sekali lagi, jika tidak ada unsur apapun dalam pengalihan kekuasaan tersebut,melainkan murni dari hasil kesepakatan bersama yang tentunya dudah disetujui oleh dua pihak yang bersangkutan, bukankah benar begitu." erling Yohanes sambil dengan sengaja menyentuh punggung belakan MiWon. "Seperti yang telah disampaikan tuan Yohanes bahwa kami akan memastikan kerjasama ini akan menjadi awal dari peran Won Industry pada pasar perekonomian dunia. Dan tentunya dibawah naungan Luciano Inc." jelasnya dengan senyum sumringah yang tak luntur dari wajahnya. "Apa ada yang kurang jelas?" tanya Yohanes tajam kearah para wartawan yang kini nampak sibuk dengan tulisan yang akan mereka jadikan laporan. "Baiklah jika begitu satu pertanyaan terakhir." ucap pembawa acara setelah mendapat sinyal yang diberikan langsung oleh Yohanes dan sontak aktivitas yang semula hening berubah menjadi riuh dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para wartawan. "Anda saya persilahkan." jelas sang pembawa acara pada sosok wanita berambut blonde dengan wajah latin yang begitu kentara "Lalu dapatkah salah satu dari anda menjelaskan dimana keberadaan tuan Park JiWon, bukankah seharusnya beliau ada disini dan duduk diantara kami semua." "Saya rasa penjelasan dari saya dapat membuat anda semua paham,jika kerjasama ini melibatkan dua perusahaan besar dunia.Jadi ayahku sekarang berada di Sisilia bersama tuan Leucotea, tentu anda semua tahu bukan siapa pemilik nama tersebut dan pikirkan sendiri tentang apa yang dilakukan dua pemimpin perusahaan setelah adanya sebuah kerjasama." terangnya dengan senyum mengembang. Dan seolah alergi dengan berbagai pertanyaan yang berdengung disana, Yohanes dan JiWon terlihat berdiri dengan anggun sebelum beranjak pergi. Dan kepergian dari merekapun diikuti dengan suara intruksi dari sang pembawa acara bahwa mereka dapat tetap bertanya pada dua perwakilan dari masing-masing pihak. Pertanyan selanjutnya ditujukan kepada Mr.Steave selaku owner dari Luciano Inc diwilayah Korea. Ya siapa yang tahu jika orang yang sama tersebut juga menjabat sebagai owner Luciano Drunke's di negara tersebut. Sesampainya didalam ruang kerja Park JiWon. "Well sungguh drama murahan yang sempurna tuan muda nan terhormat." celetuk MiWon tanpa ada rasa bersalah. Sontak kalimat tersebut mengundang tatapan membunuh yang dilayangkan oleh dua pria didalam ruang tersebut. Sungguh tidak ada yang menjamin bahwa MiWon dapat keluar dari dalam ruang gelap tersebut dalam keadaan selamat. Mungkin saja mereka akan menerkam MiWon hidup-hidup atau membunhnya dengan keji sebelum melemparkan mayatnya kepelataran depan manssion. Atau memutilasinya dengan diperkosa terlebih dahulu. "Aku rasa kau punya tugas baru sebelum kembali pulang kakak." ucap Yohanes mengalihkan tatapan tidak suka yang dilayangkanya untuk MiWon, mengabaikan kalimat yang disampaikan oleh gadis yang dianggapnya sebagai jalang tersebut. "Yaaa dan tinggalah hingga acaranya selesai"dengan sekali hentak Leucotea yang sejak tadi duduk dikursi kebesaran Park JiWon telah berdiri bangkit dengan tubuh tinggi dan menjulangnya. Dan tanpa menatap kerah dua manusia yang sedang heran dengan apa yang disampaikanya,leu kembali berjalan keluar menuju pintu yang sempat terbuka beberapa saat lalu. "Dan kemana kau akan pergi kakak?" "Menyelesaikan tugas terakhir, seperti yang kau ucapkan." Setelah tubuh Leucotea hilang dibalik pintu, MiWon kembali menghadap Yohanes dengan tangan melintang didepan d**a sambil tersenyum miring sebelum ikut berlalu pergi dari sana. Malam itu udara dingin di Seoul mencapai temperatur tertinggi,hingga rasanya mampu membekukan setiap hembusan nafas yang keluar, namun hal tersebut tidak menghentikan rencana Leu untuk berkendara menuju distrik di tenggara Yeoudo dalam gemerlap lampu dunia malam. Ada bisnis yang menunggunya malam ini dan hal tersebut tidak bisa ditinggalkan atau ia sendiri yang akan memaksa kembali ke Seoul setelah menapakan kakinya dilantai manssion.Mengendrai cammoro hitam ditengah malam gulita yang gelap dan dingin. Setelah melewati lima kali perempatan dan lampu merah, akhirnya mobil baja dengan harga fantastis tersebut merapat ditepi jalan tepat diseberang bangunan apartemen yang tampak mewah dengan desain arsitektur jaman kuno. Dengan gerakan terampil Leu mengambil sebuah rovelver yang pada bagian ujungnya telah diberi peredam suara dan memasukanya dibalik saku jas hitam yang malam itu dekenakanya, tersembunyi dibalik palto hitam yang tebal dan hangat. Leucoteapun menyebrang setelah sebuah taxi yang tampak kosong lewat dengan kecepatan rendah dan hampir membuatnya tidak sabar menunggu yang menurutnya bagai laju seekor unta dengan punuk yang besar. Mungkin karena cuaca yang sedang tidak bersahabat, aktivitas di sekitar apartemen tingkat tersebut nampak sepi dan tidak banyak lalu lalang orang yang semakin memudahkan rencananya malam itu. Dengan langkah yang penuh percaya diri, Leu masuk kedalam apartemen lewat lift yang dinaikinya dari lantai dasar. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pintu tersebut berdenting dan terbuka secara otomatis. Tampak seorang gadis muda berdiri didepan pintu lift menunggu seseorang keluar agar dapat dinaikinya untuk turun, dari gaya pakaian yang dikenakan gadis tersebut, Leu dapat berspekulasi jika dia bukanlah gadis baik-baik,tentu Leu sangat yakin akan pendapatnya tersebut. Sekarang orang gila mana yang berani memakai pakaian dengan bahu terbuka dan celana jins yang sudah sobek disana -sini, entah karena pemiliknya memang menyukai model celana yang memperlihatkan betis keatas hingga mencapai pangkal paha atau karena sudah rusak termakan waktu dan gadis tersebut tidak memiliki cukup uang untuk membeli yang baru. Toh siapa yang peduli dan mengabaikan gadis dengan warna rambut menyala yang sedang sibuk mengunyah permen karet dengan sorot mata memuja yang dilayangkan untuk pria dihadapanya, Leucotea. Tak ingin ambil pusing, Leu bergegas keluar dari lift dan mengarahkan kakinya menuju lorong gelap yang nampak tamaram dibawah lampu pijar yang tergantung disetiap sudut kamar dalam apartemen yang ternyata sederhana tersebut. Instingnya menuntun Leu untuk berbelok kekanan setelah dapat bebas dari gadis aneh yang ditemuinya tadi dan setelah melewati dua lorong yang sepi, nomor kamar yang dicarinya telah terpampang jelas diujung lorong ketiga dan tak perlu bingung akan CCTV yang berada disekitar area tersebut, menuntun Leu agar segera masuk setelah menekan kombonasi angka yang membentuk sandi pada perangkat keamanan yang berada di depan permukaan pintunya. Jika kalian bertanya kenapa ia dapat dengan mudah melakukan hal tersebut,maka jawabanya karena orang dari kartelnya telah datang kegedung yang sama beberapa jam yang lalu,tujuannya juga sangat jelas bukan. keadaan kamar tersebut gelap dan tidak ada penerang apapun kecuali lampu tidur kecil yang berada dinakas ruang depan. Dengan langkah mengendap yang pasti, Leu mencoba memfokuskan penglihatanya yang tajam, bukankah mafia juga manusia normal yang mengalami kesulitan melihat dalam gelap,t akterkecuali Leucotea. Leu memelankan langkahnya ketika selesai menutup kembali pintu kamar ketika indra pendengaranya menagkap bunyi tetesan air dari dalam kamar mandi. Tak terusik dengan hal yang mungkin saja menyebapkan keberadaanya diketahui,leu malah berjalan memutar dengan santai seolah-olah ia memang sendirian didalam kamar tersebut. Ia bersembunyi dibalik pintu,saat suasana yang seketika tegang berubah kembali hening sebelum sosok pria dewasa keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan balutan handuk putih, dan belum sempat pria tersebut menghidupkan lampu yang dapat menerangi sebagian kamar apartemen tersebut, Leu sudah berada dibalik punggung sang pria yang entah sejak kapan telah menembakan peluru yang isinya cairan kental berwarna pekat. Setelah selesai dengan suntikan yang seketika membuat sang korban jatuh lunglai diatas tempat tidur,Leu kembali merapikan setelan mewah yang dikenakannya sebelum beranjak keluar dari kamar dengan wajah puas yang tersamarkan oleh gelapnya sang malam yang hampir menginjak pagi. Mayat tersebut akan ditemukan beberapa hari sebelum akhirnya membusuk,mungkin jika beruntung akan ditemukan paling cepat keesokan harinya karena petugas kebersihan yang akan rutin datang mengambil pakaian kotor mengingat leu sempat melihat kartu langganan yang biasa dimiliki oleh pengguna tunggal seperti pria malang tersebut. Sesampainya didalam mobil yang entah mengapa sudah terasa dingin padahal hanya ditingggal beberapa menit saja. Leucotea kembali memutar kunci mobil ketika suara dering telfon yang ditinggalkanya didalam dashboard mengusik konsentrasinya. Headshetpun terpasang ditelinga Leu bersamaan dengan laju mobil yang mulai memasuki jalanan lenggang didaerah tersebut. Dan tak lama, suara berat seseorang menyapa Leu saat kendaraanya selesai menyalip sebuah truk besar bermuatan gas. "Apa kau telah selesai dengan pekerjaanmu kakak?" dari nada yang ditangkap oleh gendang telinga Leu, terdapat nada tidak suka yang dilayangkanya. "Ya dan ada perlu apa kau menghubungiku?" tanyanya balik mengacuhkan kalimat selidik dari adiknya Yohanes. "Bagaimana mungkin kau lupa dengan penerbangan kita ke Rusia yang telah tertunda satu jam yang lalu." Dan seolah tidak kaget dengan pernyataan yang diucapkan adik tirinya, Leu malah menyalakan radio dengan volume tinggi. "Dimana keberadaan kalian sekarang?" ucap leu setelah melirik mobil pick up dari kaca spion mobilnya yang kini tertinggal dibalik tikungan. "Dimana lagi jika tidak di bandara, datanglah 20 menit lagi jika tidak ingin ketinggalan pesawat." ujar Yohanes dengan penuh kemenangan. "Kalian semua tidak akan berani melakukan hal tersebut jika masih ingin hidup." "Kau tahu hal itu kaka,  jadi bergegaslah namun jangan melanggar rambu lalu lintas." Peringat Yohanes dengan tawa menggelegar yang dibalas Leu dengan ijakan dalam pada pedal gas selama melewati terowongan sejalur di Seoul. Dan dengung reff dari musik rock yang diputar leu menjadi teman setia perjalanan panjangnya, hingga akhirnya lagu berjudul November Rain dari Gun n Rose's berakhir bersamaan dengan keluarnya cammoro hitam miliknya dari terowongan panjang dan berkelok tersebut. Seperempat jam lebih Leu mengendarai mobil, akhirnya ia tiba di bandara internasional Seoul, bandara sama yang didatanginya dihari pertama tiba di Korea Selatan. Tampak Yohanes dan beberapa orang dari kartelnya telah menunggu kedatanganya sambil bercengkrama dibawah pesawat pribadi milik keluarganya. Marcus, adalah orang pertama yang menyambut kedatanganya setelah membukakan pintu mobil yang kemudian disusul dengan keluarnya Leu dari dalam mobil hitam tersebut. Seketika memang tidak ada yang aneh sebelum lensa hitam mirip ebony miliknya menangkap siluet gadis muda dengan balutan palto coklat yang warnannya hampir senada dengan rambut miliknya yang malam itu diikat satu kebelakang seperti ekor kuda, penampilanya yang tampak berbeda dari kebanyakan pria bersetelan hitam semakin dipertegas dengan adanya earphone pink yang bertengger indah di telinganya. "Apa kalian akan menunda waktu penerbangan lagi." celetuk leu membuka suara setelah hampir seluruh orang disana menatapnya menyelidik. "Urus mobil dan semua kepentingan selama aku belum menghubungimu lagi." lanjutnya pada sosok tambun berkulit putih Steave. Dan setelah mengucapkan kalimat yang terdengar seperti larangan tersebut, Leu yang diikuti oleh para pengawal bergegas masuk kedalam pesawat. Sedangkan Steave yang malam itu tampak ditemani oleh sang istri dan beberapa pengawal yang bekerja untuk kartel milik Luciano mengantar kepergian sang tuan muda dengan jabatan tangan dan senyum perpisahan. Dari balik kaca jendela pesawat yang mulai siap terbang meninggalkna gemerlap kota Seoul, MiWon menatap nanar kearah sekitar bandara, mungkin dilakukanya sebagai salam terakhir sebelum dirinya tidak akan datang berkunjung ke negara asalnya tersebut. Mata hitam milik MiWon bertemu dengan mata milik orang kepercayaan sang mendiang ayahnya, Park JiWon dan seperti telepati, hanya dengan saling menatap saja kedua manusia berbeda usia tersebut saling menransfer pikiran licik yang akan mereka rencanakan untuk balas dendam. Ia tahu betul kehidupan seperti apa yang akan dijalanin ketika sudah berada dikandang macan jantan, dan kemungkinana dapat tetap selamat sangatlah tidak mungkin. Setidaknya itulah yang ditangkap oleh pengamatan Leu.Tentu kehidupan MiWon akan berubah drastis setelah ia tiba di Rusia, ia akan terus dipaksa terlibat dalam permainan yang siap diciptakan oleh Leu. Tapi siapa yang peduli, bukankah gadis tersebut juga tidak butuh dikasiani,toh sikapnya yang seperti gadis tak berpendidikan mampu membuat semua orang berfikir bahwa ia memang pantas menerimanya, sekalipun dia termasuk dalam kategori orang baik. Sekarang pikirkan saja, setelah leu masih memiliki etikat baik, MiWon malah mamanfaatkan hal tersebut untuk melukainya. Memang satu hal yang wajar, hanya saja ia tidak sadar sedang berurusan dengan siapa. Dan diamnya Leu bukan berarti pasrah dan membiarkan apa saja yanga akan dilakukan oleh gadis Korea tersebut.Ia akan bersikap waspada dan mengawasi seluruh hal yang dilakukan oleh MiWon agar hal tersebut tidak merugikanya. Lagipula juga tidak ada yang menjamin bila gadis gila tersebut tidak berencana membalaskan dendam padannya,seperti yang sempat diucapkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD