Chapter 07 - Hello

1127 Words
Sometimes we need someone to simply be there, not to fix anything or do anything in particular,but just to let us feel we are supported and cares about. ~wordpon~ ****************** Happy Reading Setelah selesai makan untuk yang kedua kalinya, Ana dan Elle sudah berada didalam kereta  bawah tanah yang akan membawa mereka menuju Moskow, ya setelah hampir seharian penuh berada di panti asuhan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali pulang tepat saat matahari musim dingin terbenam di ufuk Barat, menampilkan siluet berwarna jingga yang indah dibawah guyuran kapas putih dari langit, salju.  Sungguh perpaduan alam yang langka dimana matahari menampilkan sinarnya dengan jelas saat semesta menyalahi kodratnya, dan melihat pantulan cahaya yang membias di air danau dari balik kaca jendela kereta menjadi teman perjalanan paling tak terlupakan bagi Ana, pohon-pohon tertinggal jauh dibelakangnya seiring melajunya kereta. Bangunan rumah semakin tampak kecil dari tempatnya duduk sekarang.          Pengumuman dari pramugari kereta di gerbong paling depan menandakan bahwa mereka akan berhenti di stasiun Panfilovsky Pereulok "Terimakasih telah menemaniku." ucap Ana ketika Elle sudah bersiap untuk turun. "Tidak masalah, apa kau yakin akan pulang dengan kereta ini sendirian?" tanya Elle dengan nada tidak yakin. "Jangan menghawatirkanku, aku baik-baik saja!" "Baiklah kalau begitu, sampaikan salam ku untuk senor Napoleon dan seluruh penghuni palace." "Akan kusampaikan dan berkunjunglah, kami akan senang jika kau berkenan menginap." "Akan aku usahakan, kau tahu kan aku gadis yang sibuk!" "Da svi daniya Elle!" "Da svi daniya Ana!" ucap Elle sambil melompat keluar dari dalam kereta yang mulai berjalan pelan. Dan merekapun berpisah setelah saling melambaikan tangan.  Kini Ana kembali sendiri didalam kereta  yang terus melaju kencang menuju pemberhentian terakhir, Moskow Station. Setelah 15 menit berjalan, kereta akhirnya sampai, satu persatu dari penumpang mulai bangkit untuk keluar. Ketika dirinya sudah menginjakan kaki pada lantai dingin stasiun yang nampak ramai dijam pulang sekolah dan kantor, mata biru milik Ana langsung bertenu dengan tatapan Sam dari balik kacamata hitam. Apa yang dilakuknya disini, apa dia berniat membuat Ana malu hahhh? "Mobil sudah menunggu anda diluar mylady." katannya setelah berhasil menyamai langkah Ana, yang sengaja dihentakan lebar-lebar. "Kau mengikuti bukanya pulang hah?" "Si." "Astaga Tuhan!" jerit Ana tertahan dan merekapun segera masuk kedalam mobil untuk berlindung dari udara dingin yang mencucuk tulang. Sesampainya di palece, hal pertama yang dilakukan Ana adalah mencari keberadaan sang padre, yang nyatanya tidak ia temukan di eluruh penjuru rumah. "Senor belum kembali sejak tadi pagi mylady!" jelas Krupina dari arah kanan palace. Wanita tua bertubuh tambun itu seolah tahu gundah gulana majikanya. "Benarkah, ya sudah aku akan langsung naik kekamar saja." "Tidakkah anda turun untuk makan mylady?" "Aku sudah makan bersama Elle, jadi perutku masih terasa kenyang. Nanti saja jika lapar aku akan makan!" ucap Ana segera bergegas menaiki undakan tangga melingkar yang akan membawanya menuju kamar. Hari ini terasa sangat melelahkan baginya, ia hanya ingin berendam dengan sabun bunga lily kesenanganya sebelum beranjak tidur lebih cepat dari biasanya.          Pagi itu menjadi spesial lantaran matahari bersinar terang dengan cahaya hangatnya dibulan Januari yang dingin.Hari Minggu merupakan hari yang paling dinanti, ketika saat itu tiba semua orang akan melakukan banyak hal menyenangkan yang tidak di lakukan di hari-hari sebelumnya. Ada yang pergi mengunjung pusat perbelanjaan yang telah memasang diskon besar-besaran di minggu sebelumnya, ada yang memilih untuk berolahraga ditaman, ada yang besepeda atau sekedar duduk santai dibangku bangku kayu tepat dibawah pohon ex bahkan tak jarang pula dari mereka yang memilih untuk tetap bersembunyi dibalik selimut tebal tanpa berniat melakukan apapun dan baru akan bangun ketika sang surya telah berada diatas kepala. Sedangkan agenda Ana pagi ini adalah beribadah di gereja, seperti yang biasa dilakukan umat nasrani di pagi akhir pekan.         Setelah siap dengan pakaian santainya, Ana segera turun kebawah, bukan untuk menghadiri sarapan dimeja makan, melainkan mencari keberadaan padrenya yang ternyata tidak pulang dari semalam. "Tidak perlu mengawalku Sam, aku hanya akan pergi beribadah digereja kompleks. Toh dirimu juga tidak mendapat perintah dari padre. Jadi biarkan aku pergi dan kau berdoalah atas nama bapa di ruang ibadah." ucapnya berlalu keluar palace, bahkan saat Sam belum sempat mengucapkan sepatah katapun. Lelehan salju yang membentuk kubangan berwarna putih menjadi pemandangan selama perjalan Ana menuju gereja. Bukan rahasia lagi jika Rusia akan tampak seperti negara kutub yang dipenuhi salju saat musim dingin tiba. Dan ketika mulai memasuki musim semi jalanan dan trotoar dipusat kota akan berubah menjadi kubangan air es. Tampak para pekerja yang sibuk membersihkan area jalan yang tertutup oleh salju, well agar dapat dilewati oleh kendaraan dan para pejalan kaki.  Sebelum beribadah Ana menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu , dan Stolovaya bisa jadi pilihan sempurna. "Si kholdhono." sambut wanita tua pemilik stolovaya yang pagi itu tampak ramai pengunjung. "Si madre." jawabnya sambil mengambil kursi duduk dengan letak paling dekat pada jalanan. Dengan begini kita dapat menikmati hilir mudik orang-orang disekitar Kompleks Kremlin yang memang tidak pernah sepi pengunjung diakhir pekan, tak terkecuali saat Rusia sedang dingin-dinginnya. Mereka tentu tidak akan membuang kesempatan dapat masuk ke area kompleks dengan mudah lantaran memang lokasinya yang tidak diperuntukan untuk  umum.  "Apa kau ingin memesan sesuatu dari dapur kecil ku nak." ucap sang nenek membuyarkan lamunan Ana menikmati pemandangan jalan yang dipenuhi oleh lautan manusia. "Ohhh tentu." balasnya setelah kembali sadar. "Bagaiman jika aku memesan roti pirozkhi dengan toping kacang dan secangkir cappucino?" "Terdengar sangat lezat." balas Ana ramah sebelum sang nenek berlalu masuk kedalam dapur. Ternyata nenek tadi tidak berjualan sendiri, melainkan ditemani oleh suaminya yang tampak lebih tua dari usia sang nenek.  Pemandangan yang langka. Semoga Tuhan memberkati pasangan tersebut, batinya dalam hati dan timbul getar haru akan keinginanya agar dapat bersama dengan pria yang kelak akan menjadi suaminya, hidup bersama dalam ikatan suci untuk sekali seumur hidup.Ameen.  Setelah menghabiskan menu sarapanya yang sangat sederhana, Ana segera membayar dengan uang yang telah dilebihkan sebelumnya. Kini ia menyewa salah satu sepeda kayuh diujung persimpangan untuk dinaikinya berkeliling lapangan sebelum menuju gereja.  Setelah berputar di area taman kompleks dan melewati dua blok dari palace, Ana telah sampai di Gereja Ortodoks Rusia yang biasa disebut Rusian Orthodox Church (ROC) atau Moccow Patriarchhate dibawah naungan kaum Otosepalus dari Yuridiksi Patriark Moskow. Dengan rapi ia memarkirkan sepedanya diantara beberapa sepeda yang memang telah berada disana.  Lubicana mulai masuk area utama gereja dan langsung menuju tempat berdoa, sepertinya pengunjung gereja pagi itu melebihi kapasitas biasanya, terlihat dari beberapa kehadiran turis yang menjadi daya tarik tersendiri.  Khusyuk berdoa dan melakukan berkat dari pendeta gereja selama hampir satu jam, Ana segera menuju ruang baptis untuk menemui seseorang yang dicarinnya. Ia perlu bicara. "Bapa Blazhenny."  teriak Ana memanggil nama salah satu Paus terbesar di Rusia, Yurodivy Vassil Blazhenny IX, keturunan dari Santo Ortodoks Rusia yang namanya dijadikan sebagai nama salah satu kapel disisi Timur atas kuburan Basil setelah dilakukan pemberkatan olehnya. Namun seseorang berhasil menemui sang Paus terlebih dahulu sebelum kedatangan Ana. Dan mereka terlibat dalam sebuah rencana.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD