Chapter 17 - Lust

2204 Words
love me in a way that is unwelcoming to my insecurities a way that closes the door in the face of fear and trust me in a way that lets doubt ring the doorbell an answer. ***********************************   Hari telah berganti,bulan benderang,matahari pagi itu bersinar terang dilangit Moskow. Dan tak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat, seminggu berlalu setelah hari dimana ia bertemu dengan Vladmir dan mereka tidak lagi bertemu setelah ana dan Napoleon memutuskan untuk berkunjung kekediaman milik rekan kerja padrenya tersebut. Tentu saja kunjungan mereka untuk memastikan nyonya pemilik rumah tersebut dalam keadaan baik. Tidak banyak yang dibicarakan Ana dan Vladmir, mereka tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Keadaan Mrs.Doestvskaia baik, tapi tidak dengan putranya.  Dan hal terakhir yang dilakukan ana adalah memberikan surat undangan pesta ulang tahunya yang akan diadakan hari ini, tepat malam hari nanti.      Tapi tidak banyak yang diharapkan Ana, ia sungguh tidak memaksa agar Vladmir hadir nanti malam, tapi tidak bisakah ia berharap pada sosok pria yang dianggapnya sebagai seorang kaka meskipun usianya hanya terpaut dua tahun saja.  Sejak saat itulah aktivitas sibuk nampak begitu kentara di pallace, berbagai persiapan dilakukan dan puncaknya hari ini.Dimana pagi hari saja lalu lalang para pekerja bagai ribuan burung kolibri yang terbang melakukan migrasi, berhamburan dan saling berbaur menjadi satu. Lubicana sendiri tidak lagi melakukan kegiatan diluar pallace sejak tiga hari yang lalu,dan tentu kalian tahu apa yang dilakukanya bukan.Pergi ke salon kerajaan,melakukan pelatihan tata krama,belajar berjalan dengan gaun besar dan berat, berlatih dansa dan berpidato layaknya putri bangsawan yang akan menyandang gelar Alix of Lubic from Darmastad.     Sebenarnya Rusia memang sudah bermetafora menjadi negara yanh dipimoin oleh seorang presiden, namun Rusia juga menjadi negara yang masih menjunjung tradisi kerajaan sejak berabad-abad lamanya hingga dizaman modrn seperti sekarang. Tidak heran jika bangsawan sangat dihormati dinegara dengan pangkalan militer terkuat didunia tersebut.Hampir mirip dengan UK, tapi yang membedakan sistem pemerintahan dan protokol kerajaan yang berkembang dilingkungan bangsawan. Dan Rusia sendiri tidak lagi menganut sistem protokol, tapi hal tersebut merupakan kewajiban bagi mwreka yang menjadi keturunan terakhir Tsar Rusia. Seperti pada pagi itu, Ana yang ditemani Ellena sedang berada diruang dansa kerajaan di belakang kapel utama.   Sejak pukul tujuh pagi tadi,ana yang mengantuk telah siap dengan gaun berwarna peach bertabur mutiara .Tentu jangan lupakan silleto setinggi 15cmnya. Sudah hampir dua jam lebih ia hanya berputar membenarkan langkah kakinya,bergerak mengikuti irama musik dari lantunan lagu karya bethoven dengan ketukan kaki yang senada, melambai dengan tangan selentur mungkin untuk memciptakan siluet bayangan yang indah. Dan selama itupula Elle dibuat tertawa melihat ekspresi jengkel Ana dengan wajah ditekuk dan bibir mengkrucut.  Sedangkan sir Loren hanya menatap tajam ana dari seberang kursi yang diduduki Ellena. "Naikan tempo iramamu senorita dan hentakan pinggulmu lebih atas untuk mengimbangi langkah kakimu." teriak Loren dengan nada tak terbantahkan.            "si sir" jawab ana dengan kesal,jika tidak ingat pria berkepala botak tersebut adalah bangsawan jauh sang ayah dari Perancis,maka ana akan memakinya dan pergi dari ruang kaca tersebut.Kakinya terasa ingin lepas dan tulangnya seperti berubah jadi bubur. "Lagu terakhir dan beristirahatlah." perintah Sir Loren bangkit dari tempat duduknya. Rasanya ia ingin mengumpat belum lagi eksperesi menyebalkan dari Ellena yang berhasil membuatnya meradang. "Minumlah." ucap Ellena dengan nada lembut,menyerahkan minuman yang ditinggalkan para maid satu menit yang lalu. Kini mereka berada ditaman pallace, bersantai dibawah tribun dekat dengan lokasi kandang kuda kerajaan berada. Sinar matahari yang mulai berarak menuju singgasana menjadikan lukisan indah di kanvas alam, dari balik pepohonan ex yang terbentang hijau dihadapan mereka,nampak dengan malu siluet garis lengkung berwarna yang muncul dalam imajiner sisa hujan dini hari tadi. " Ada apa denganmu?" tanya Ellena melihat tatapan kosong dari ana.  "Kemana perginya padre?" jawab asal Lubicana sambil menatap wajah teduh Ellena. "Bukankah senor sedang di Skotlandia, kenapa kau bertanya seperti itu?" "Seandainya" "Apa?" pekik Elle yang mendengar ucapan ana dengan samar. "Lupakan, mari kita pergi ke penjahit kerajaan dan mengecek kesiapan gaun kita nanti malam." ajak Lubicana dengan antusias. Ia hanya tidak ingin membayangkan tentang kemungkinan buruk yang dikatakan padrenya kemarin malam, sesuatu yang membuatnya bingung namun mencoba untuk paham,dan perginya sang padre terasa semakin janggal baginya. Pagi kini telah berganti malam, dan sibuk didalam kamar dengan berbagai maid dan disainer menjadikan ana ingin menghilang sejenak. Andaikan ia bagai aladin dalam cerita disney maka ingin sekali ana menghilang dan terbang tinggi menggunakan sarjadah ajaibnya. Sekarang ia telah berada ditengah lautan manusia yang sedang berpesta. Sepetertinya gengaman erat dari sang padre tidak mampu menenagkan cemas yang dirasa ana. Bagaimana tidak, seorang pria dewasa sedang melamarnya, apa ia sedang bermimpi? Duduk bersila dengan kaki panjang yang menjuntai hingga ketanah menjadikan sosok pria bermata hitam tersebut layaknya pembunuh berdarah dingin, tubuh tegapnya yang dibalut dengan setelean jas mahal cukup menjelaskan seberapa kaya pria dewasa tersebut,belum lagi tatapan mata yang dilayangkan untuk orang yang sedang duduk tegap diruang pribadi pallace mengisyaratkan seberapa angkuh dan sombong dirinya. Sedangkan sikap tenang dan dingin yang menguasai atmosfer ruangan dengan desain mewah tersebut semakin mencekam bagin ana.Ada apa ini. Apa yang dikatakan padrenya kemarin adalah sebuah kebenaran, bahwa mulai malam itu kehidupanya akan berubah dan gelar bangsawan yang selama ini disandangnya akan dipertaruhkan. Bukankah sangat konyol, seorang pria datang melamarmu tanpa ada keluarga yang dibawanya, kecuali beberapa pria  bersetelan jas hitam yang sama mewahnya. Sedangkan naluri ana mengatakan bahwa pria tampan tersebut datang bukan untuk niat baik. Tapi sikap diam yang ditunjukan padrenya semakin membuat ana ingin berteriak. Dan lebih buruk dari semua itu adalah kenyataan mengenai siapa sebenarnya pria misterius dan aneh tersebut. Bayangkan bagaimana bisa kau bertunangan dengan pria yang sama sekali tidak kau kenal, bahkan kau baru berjumpa satu kali dan langsung dilamar.  Sekarang kau diskripsikan sendiri perasaan seperti apa yang dirasakan ana. Ia sungguh ingin bertanya dan mendapat jawaban dari renteten kalimat yang terngiang-ngiang dikepalanya hingga terasa akan peacah. Tapi bertanya pada siapa,jika seluruh orang dalam ruangan tersebut diam membisu seperti patung, lebih baik jika hanya diam, tapi beberapa diantara mereka ada yang menatapnya secara terang-terangan.  Dan baru setelah maid masuk membawakan brandy dengan sedikit gemetar, salah satu pria yang usianya sama dengan padrenya membuka suara,menyampaikan tujuan kedatanganya dengan kalimat" mengambil pesanan dimasa lalu". Dan seketika suasana diruang tersebut berubah panas dari yang semula dingin menjadi tak terkontrol.Tepat dibawah sinar lampu,ana dapat melihat dengan jelas ekspresi kaku yang ditampilkan padrenya. Sedangkan pria yang akan melamarnya tampak acuh dan tak peduli, terlihat dari dirinya yang sibuk dengan gelas brandy, sepertinya hal tersebut lebih menarik daripada wajah cantik Lubicana yang malam itu tampil bak bidadai dari surga. Hampir satu jam berlalu, dan pembicaraan yang ana sendiri tidak tahu maksutnya berakhir, dimana mereka lebih memilih untuk bangkit dan meninggalkan ruang tersebut, tak terkecuali sang padre yang hanya berlalu dari hadapan Ana, bahkan tanpa membalas tatapan darinya. Tak jauh berbeda dengan Ellena yang nampak bangkit dari sofa tempatnya duduk dengan enggan dan sebelum gadis bermata sipit tersebut hilang dibalik pintu, Ana sempat menangkap pancaran mata ingin bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi namun didominasi dengan rasa khawatir. Dan itu cukup menjadiakn ana lega. Tapi bukankah percuma saja, toh Lubicana juga tidak tahu akan apa yang sedang terjadi pada dirinya, jika ia sendiri masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan yang sedari tadi membuatnya gila, lalu bagaimana caranya agar ia dapat menjelaskan pada Ellena. kreekkk,suara dari pintu yang tertutup menjadi lantunan bunyi paling mengerikan dalam sejarah kehidupan ana,dan lebih parahnya lagi,sekarang ia berada satu ruang dengan pria asing tadi,tanpa ada oramg lain.Hanya ada mereka berdua saja. HENING..................... "Apa kau sudah selesai dengan tradisi kerajaanmu?" tanya suara bariton yang menyapa gndang telinganya,dan entah mengapa kalimat yang diucapkan dalam satu tariakan nafas tersebut lebih  terdengar seperti sebuah desahan yang sangat sensual. Ayolah ada apa denganmu Lubicana, kenapa jadi berfikiran jorok seperti ini.  "Ya jika yang kau maksut dengan pidatato dan penyerahan tiara kerajaan." jawab ana dengan suara yang diusahakanya  tidak terdengar bergetar. "Maka pergilah berdansa denganku Senorita Lubicana Romanova." dengan gerakan yang sangat anggun dan penuh pesona,pria yang ana sendiri tidak tahu namanyan tersbut bangkit dari tempatnyan duduk, dan sejurus kemudian telah mengulurkan sebelah tanganya pada ana yang kini hanya menatap kaget sambil diam mematung.         "Apa." balasnya sedikit tergagap.      “Kau tahu jika aku tidak menerima penolakan apapun." dengan sorot mata tajam dan hitam sedalam lembah jurang tak berdasar, pria tersebut berbicara yang sontak saja membuat ana semakin kaget dibuatnya. Bahkan tatapanya serasa menyobek lapisan retina mata milik ana. "Benarkah,maka aku akan menjadi wanita pertama yang menolakmu tuan"balas ana tak gentar, ia hanya tidak suka sikap diktator yang ditunjukan pria luar biasa tampan dihadapanya.  Dia pikir siapa berani memberikan perintah dalam bentuk ancaman padnya, tidak ada yang boleh melakukan hal tersebut,bahkan jika itu datang dari ayah dan dirinya sendiri.  "Tidak setelah kau menatapku dengan terpesona bahkan kau tidak berkedip nona keras kepala." lanjut Leucotea dengan gerakan maju hingga mengikis habis jarak diantara keduanya. Dan see, sekarang ana terpojok dibawah kungkungan kedua lengan besar milik pria yang ternyata beraroma sangat memabukan.Ohhh tidak Tuhan, Ana sekarang berada dibawah kendali pria tersebut, ia hanya wanita tak berdaya. Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukanya agar dapat keluar dari zona berbahaya tersebut, jika kedua sisis tubuhnya terhimpit oleh tubuh yang sudah jelas berukuran lebih besar darinya dan jangan ditanya lagi kekuatanya. Sial, bahkan sekarang ana dapat mencium roma alcohol yang keluar dari bibir pria tersebut dan lebih terkutuk lantaran dipahat dengan begitu indah dan jangan lupakan pula kata seksinya.           Lubicana sedang dalam keadaan bahaya,ia mulai kehilangan kontrol akan dirinya sendiri hingga menjadiakn kakinya lemas seperti jelly,rasanya seperti tidak pernah ada tulang disana,bahkan ia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya  jika tidak ditahan oleh kedua paha keras pria tersebut dengan gerakan sigap.         Tunggu dulu, bahkan sekarang ana mampu meraskan hembusan nafas dari pria dihadapanya, menerpa dengan bebas seluruh wajahnya, menyapa permukaan kulitnya hingga berhasil membangunkan bulu-bulu halus diatas permukaan kulitnya.  "Bagaimana, apa kau masih berniat untuk menolak pesonaku nona sok jual mahal?" intruksi dingin dari pria dihadapanya berhasil membawa ana kembali kealam nyata.  "Tidak,karena kau yang menggodaku dahulu tuan tak punya malu." "Hohoho aku tidak menyangka seorang keturunan terakhir dari Tsar Nicholas dapat berkata dengan kalimat tidak sopan yang seharusnya tidak dikatakan pada pria dewsa sepertiku kecuali jka kau memang berniat menggodaku.” Dan seketika pipi putihnya yang malam itu tampak pucat dengan udara dingin menjadi tampak nyata akan semburat merah muda yang menjalar dari pangkal hingga ujung pipinya, kenapa rasanya jadi panas seperti terbakar.Ya terbakar akan pesona Leucotea Aeneas Luciano.Maka pesanku berhati-hatilah ana. "Tidak perlu berbohong, lihatlah kau merona nona." sindir pria tersebut dengan kekehan keras yang menggeman diseluruh sudut ruang keluarga. Untung saja setelah mengucapkan kata terakhirnya, pria yang ternyata juga gila tersebut segera beranjak pergi menuju meja dimana brandy yang disuguhkan padrenya berada.Ana tidak dapat membayangkan betapa malunya ia jika detak jantungnya yang seakan ingin keluar dari tepatnya mampu terdengar oleh telinga iblis dihadapanya sekarang.  Sampai kapan ia akan terperangkap dengan iblis gila dihadapanya ini? Ia juga mengutuk orang yang meletakan pintu kayu tersebut tepat dibelakangnya,sehingga menjadikanya lemah dihadapan iblis tersebut. Seseorang tolong selamatkan ana.  Ana yang masih diam mematung ditempatnya hanya mampu mematung ditempatnya berdiri dengan menegak salivanya untuk membasahi tenggorokanya yang terasa sangat kering.Pemandangan dihadapanya sangat sayang untuk dilewatkan.       "Jika kau sudah selesai menggagumiku,mari kita pergi kuruang dansa tuan putri.Dan jangan biarkan mereka berfikir mengenai hal buruk pada kita." lanjutnya seraya mengulurkan tangan dngan gerakan punggung sedikit membungkuk layaknya memberi hormat. Dan ana sedikit tersanjung akan hal tersebut.  Ana pun membalas uluran tangan tersebut dengan ekspresi wajah yang tidak terbaca, ia sendiri juga bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Ia sadar untuk menolak semua pesona yang ditebarkan oleh iblis berwajah tampan tersebut, tapi tubuhnya malah menerima semua hal yang berlainan dengan apa yang terperogram rapi di otaknya.Ada apa ini?. Merekapun berjalan berdampingan keluar dari ruang dilantai atas tersebut dengan tatapan penasaran dari setiap tamu  undanganm yang brada disana. Lubicana benar-benar tidak dapat mrnyembunyikan perasaan gugup yang dialaminya, sedangkan Leucotea tampak cuek dan memasang tampang dingin. Dengan sabar leu menuntun ana menuruni tangga melingkar dimansion,dan sesampainya dilantai dasar yang memang digunakan sebagai area pesta yang telah disulapa menjadi lantai dansa tersebut dalam keadaan terlambat. Ya acara berdansa telah berlangsung sejak 15 menit yang lalu. "Apa kau siap berdansa denganku tuan putri?"seru Leucotea pada ana dan sedikit berbisik tepat disis itelinga kanan ana. "Aku yang terbaik dalam urusan dansa tuan." ucap ana menanggap ikalimat yang dilontarkan leu sebelumnya. "Apa kau juga siap menciptakan malam yang tak akan pernah terlupakan seumur hidupmu,bersamaku?" teriak leu mberusaha melawan kerasnya  alunan nada dari lagu fenomenal "Endlesss Love" yang dinyanyikan oleh Lionel Richie and Diana Ross. "Apa kau sedang melamarku untuk yang kedua kalinya dalam semalam tuan." balas Ana lantang agar suaranya dapat didengar oleh Leu.  "Leucotea Aeneas Luciano." "Lubicana Napoleon Romanova."  "Aku tahu itu nona!" dan kemudian merekapun tertawa bersama "Apa kau siap." tanya Leu yang mulai mengeratkan rengkuhan sebelumnya pada tubuh mungil ana, membawanya dalam pelukanya. "Aku tidak pernah merasa sesiap ini tuan Luciano." jawab ana dengan senyum tulus tersungging dari bibir merahnya. "Berpeganglah dan imbangi gerakanku. Jangan buat dirimu malu karena jatuh dilantai dansa bersama pria setampan diriku."  Dan setelah mengatakan kalimat tersebut,ana merasa jika tubuhnya terangkat keatas. Ya Leucotea meletakan ujung kakinya yang terbalut silleto diatas sepatu kulit miliknya.Jadi mereka akan mulai berdansa ala kerajaan.  Sikap yang diperlihatkan Leucotea berhasil menjadikan Ana penasaran dengan siapa sebenarnya pria yang kini sedang berdansa denganya. Sungguh ia bukanlah orang sembarangan dan mari kita cari tahu jawabannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD