Chapter 7

2138 Words
Daniel memutuskan untuk duduk di kursi santai dekat kolam berenang. Ia memainkan ponselnya untuk mencari kontak Bella. Begitu menemukannya, ia mengirimkan pesan kepada gadis itu. Daniel harus memastikan apakah Bella memiliki jadwal kosong bila ditelepon sekarang. Gadis itu tentunya memiliki jadwal pemotretan. Bisa saja saat Daniel menelpon, Bella sedang tidak menggenggam ponselnya. Atau justru kemungkinan paling buruk, Bella sedang bersama kekasihnya. Tidak butuh lama untuk menanti pesan balasan dari gadis itu. Bella membalas pesannya dengan cepat. Daniel pun menghela napas ketika gadis itu mengatakan sedang tidak bisa melakukan panggilan telepon untuk saat ini. Untuk itu Bella meminta agar mereka membicarakannya di lain waktu. Bella akan mengabarkan bila ia telah memiliki jadwal yang kosong.  Daniel segera mengirimkan pesan pada Max bahwa dirinya akan bicara dengan Bella ketika gadis itu memiliki waktu senggang. Segera setelah Max membalas pesannya, Daniel pun meletakkan ponselnya di atas meja. Ia kemudian merebahkan diri di kursi santai seraya menikmati pemandangan yang tersaji. Di depan kolam berenang terdapat pemandangan pantai yang indah.  Tempat ini adalah tempat paling favorit Daniel. Ia sangat suka melihat pemandangan dari sini. Atau pun saat dirinya berenang, ia bisa melihat pemandangan pantai yang indah, matahari terbenam, atau bila sedikit menatap ke arah barat daya, maka akan terlihat pemandangan hutan yang menakjubkan. Di pulau ini juga ada bukit yang sering didaki oleh Daniel. Pula ini benar-benar tempat wisata yang membahagiakan dirinya. Tempat untuk menghibur dan menenangkan diri yang paling nyaman. Bila sudah merasa disini, ia pasti akan merasa sangat damai dan tenang. Terbuai oleh semilir angin dan indahnya pemandangan, Daniel pun tertidur disana. --------- Pamela membuka matanya dan ia langsung terbangun dengan posisi terduduk. Diliriknya keadaan sekeliling dan ia menghela napasnya karena ia terbangun di tempat yang bukan merupakan kamarnya. Ia berusaha mengingat kembali apa yang terakhir kali terjadi sebelum dirinya pingsan.  Begitu mengingatnya dengan baik, Pamela menghela napasnya dengan kesal. "Dimana sebenarnya aku sekarang?" Kamar ini berbeda dengan kamar sebelumnya. Pamela jadi penasaran dimana dirinya berada sekarang. Ia tidak menemukan lukisan atau foto atau barang apapun yang bisa menjelaskan siapa pemilik kamar ini. Apa mungkin saat ini ia tengah berada di hotel?  Pamela menatap tubuhnya dan membulatkan mata ketika pakaiannya telah berganti. Tidak mungkin ia mengganti pakaiannya sendiri karena ia tidak sadarkan diri. Selain itu juga ia pergi tanpa membawa pakaian ini. Bagaimana bisa ia mendapatkannya. Pamela langsung bangkit dari duduknya dan mencoba berjalan.  "Baiklah. Tidak ada yang terasa aneh," gumam Pamela ketika dirinya mencoba melangkah.  Ia kemudian menatap sekeliling dan mengernyitkan keningnya. "Astaga! Ini sebenarnya dimana? Aku harus keluar dari sini." Dengan keadaan bertelanjang kaki tanpa mengenakan alas kaki apapun, Pamela segera keluar dari kamar tersebut. Ia tidak akan menggeledah dan mencari apapun di kamar ini seperti sebelumnya. Ia jadi sedikit menyesal kala itu. Bila saja dirinay bergerak lebih cepat sebelum lelaki itu datang, maka dirinya pasti telah berhasil menelpon polisi untuk meminta pertolongan.  Begitu keluar, dirinya pun terkejut mendapati ada beberapa orang yang tinggal disini. Seorang gadis langsung menghampirinya. "Selamat sore, Nona. Apa ada yang Anda butuhkan? Saya akan membantu." "Sore?" tanya Pamela bingung. Gadis itu pun menganggukkan kepalanya. "Ini dimana?" tanya Pamela kemudian. "Anda saat ini berada di villa Tuan Daniel." "Villa?" Pamela terlihat sangat terkejut.  Ia yakin sepertinya sebelumnya ia berada di apartemen lelaki itu. Terlihat jelas dari bangunan tinggi yang ia jumpai ketika menatap pemandangan dari balkon.  "Iya, Nona." "Villa ini dimana?" "Di pulau pribadi Tuan Daniel." "Pulau pribadi?!" Pamela meninggikan suaranya karena merasa terkejut. Gadis di hadapannya pun terlihat terkejut. Ia menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Pamela. Pamela menghela napasnya dengan berat. Bisa-bisanya ia berada di sebuah pulau sekarang. Pasti akan sangat sulit untuk kabur. Lelaki itu sepertinya tidak main-main. Dia benar-benar diculik sekarang. Astaga, Pamela rasanya ingin membunuh lelaki itu. "Dimana Daniel? Apa dia kesini juga?" tanya Pamela. "Ya, Tuan Daniel bersantai di dekat kolam berenang." Pamela kemudian terkekeh hambar. Ia merasa kesal kepada lelaki itu dan bisa-bisanya ia bersantai setelah membuat Pamela pingsan dua kali. Bisa-bisanya laki-laki itu bersantai setelah menculiknya dan membawanya jauh-jauh kemari. "Tolong antarkan aku menuju tempat Daniel berada." "Baik, Nona. Tapi sebelumnya, saya akan mencarikan alas kaki terlebih dahulu untuk Anda." Pamela pun menurunkan pandangan dan menatap kakinya. Ia kemudian menghela napasnya. "Baiklah, terima kasih." --------- "Tuan Daniel sedang tertidur disana, Nona." Pamela dapat melihat lelaki itu tengah tertidur di kursi santai. Pamela sungguh sangat kesal melihatnya. "Apa ada yang Anda butuhkan? Saya bisa membawa makanan atau apapun yang Anda inginkan kesana." Pamela menatap gadis itu sejenak. "Siapa namamu?" "Marry, Nona." "Salam kenal Marry. Tolong panggil aku Pamela saja. Dan berhentilah bersikap seolah kau pelayanku, oke?" pinta Pamela. "Tapi Tuan Dan-" "Dia adalah Tuanmu tapi aku bukan. Jadi jangan perlakukan aku seperti dia. Sebelumnya terima kasih banyak. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu." "Baik, Nona." "Pamela," poton Pamela cepat. Marry pun hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian pamit meinggalkan Pamela. Pamela lantas menatap lelaki yang tengah tertidur damai di depan kolam berenang. Ia mulai menghampiri lelaki itu. Begitu berada di dekat Daniel, Pamela menatapnya dengan tatapan tajam. Dalam hatinya, Pamela tidak bisa berhenti mengumpat kepada Daniel. Ia sangat kesal dengan lelaki itu yang telah menculiknya hingga kemari. Pandangannya kemudian beralih pada kolam berenang yang berada di depannya. Ia lantas menatap kursi santai tempat Daniel merebahkan diri. Dirinya kemudian menggelengkan kepalanya. Ide itu terlalu sulit untuk diwujudukan. Pamela berencana untuk menjatuhkan lelaki itu ke kolam berenang. Akan tetapi dirinya tidak yakin dapat mendorong kursi itu tanpa membangunkannya. Pamela terdiam sejenak ketika melihat ponsel yang berada di atas meja. Ia langsung mengambilnya. Siapa tahu, dirinya bisa bebas dengan menggunakan ponsel itu. Setelah mengambilnya, Pamela langsung berlari meninggalkan Daniel yang masih tertidur. Untungnya ia masih mengingat jalan menuju kamarnya dengan baik. Ia melangkah memasuki kamarnya dengan berlari. Ketika telah masuk, Pamela langsung mengunci pintu kamar tersebut. Dirinya langsung duduk di atas ranjang dan menatap ponsel tersebut. Ia mencoba menyalakan ponsel milik Daniel yang berhasil dicurinya.  "Ah, kenapa kehabisan baterai!" Rupanya ponsel itu kehabisan baterai sehingga tidak dapat dinyalakan. Tentu saja Pamela tidak memiliki charger untuk dapat mengisi daya baterainya. Hal itu membuatnya sungguh merasa frustrasi. "Sepertinya aku harus meminta tolong Marry," gumamnya. Pamela menganggukkan kepalanya. Setidaknya ia bisa meminjam charger dari gadis itu. Pamela pun langsung melangkah menuju pintu kamar kemudian membukanya dan berniat untuk melangkah keluar. Akan tetapi, secara tiba-tiba Daniel telah berada di depan kamarnya. "Kembalikan ponselku." Pamela membulatkan matanya dan hendak masuk kembali ke dalam kamar namun Daniel telah menahan tangannya. "Kembalikan!" Pamela pun memberikan ponsel yang tidak berguna baginya itu kepada Daniel. "Sudah! Sekarang lepaskan tanganku!" Bukannya melakukan apa yang Pamela ucapkan, lelaki itu justru menarik tangannya hingga mereka berdua masuk ke dalam kamar. Daniel kemudian mengunci pintu kamar dan menarik Pamela hingga kemudian melepaskannya saat Pamela berada di dekat kasur. Hal itu membuat badan Pamela terhuyung sehingga ia terjatuh di atas kasur. "Kau ini kasar sekali!" pekiknya. "Kau sangat lancang mengambil ponselku tanpa izin." "Kau yang lebih lancang mengambil ponselku dan belum juga mengembaliknnya. Lalu sekarang, kau menculikku dan membawaku kesini! Benar-benar sangat jahat!" "Aku sudah mengatakan aku akan memastikanmu tutup mulut." "Aku juga sudah mengatakan bahwa aku akan tutup mulut. Kenapa kau justru menculikku?!" "Tidak ada jaminan kau akan tetap tutup mulut." Pamela pun menghela napasnya. "Jadi kau menculikku dan membawaku sampai ke pulau hanya agar aku tutup mulut?" "Iya." Pamela menghela napasnya dengan gusar. Ia sangat kesal dengan lelaki itu. Pamela pun lantas melemparkan bantal yang berada di kasur ke arah Daniel sehingga mengenai kepala lelaki itu. "Kau benar-benar jahat dan menyebalkan!" Pamela terus saja melempar semua bantal yang ada sementara Daniel juga terus menangkis lemparan bantal dari Pamela. "Kau seharusnya berterima kasih padaku," ujar Daniel setelah semua bantal di atas kasur habis terlempar dan kini berserakan di atas lantai. "Apa kau tidak waras? Mengapa aku harus berterima kasih pada lelaki yang menculikku dan menghancurkan hidupku?!" "Kau akan tinggal dengan nyaman disini. Tanpa perlu memikirkan apapun. Pakaian, makanan, dan keindahan pulau ini akan memanjakanmu. Kau juga akan dilayani oleh banyak pelayan disini. Kau seharusnya berterima kasih karena aku tidak membunuhmu." "Benar sekali, kenapa kau tidak membunuhku saja?" tanya Pamela. "Kau ingin dibunuh?" tanya Daniel bingung. "Ya, bunuh saja aku. Untuk apa kau repot-repot membawaku kesini?" Daniel kemudian tertekeh. "Aku bukan seorang pembunuh, jadi aku tidak akan melakukannya." "Tapi kau adalah seorang penculik." "Benar." Pamela menatapnya dengan tidak percaya. "Nikmatilah hidupmu disini tanpa beban pikiran. Bila membutuhkan apapun, para pelayan akan membantumu." "Aku ingin bebas! Aku akan kabur dari sini." Daniel kembali terkekeh. "Kau harus menyebrangi laut bila ingin bebas. Pasti sulit melakukannya tanpa tahu arah yang benar." Pamela menatap Daniel dengan tajam. "Nikmati saja semua ini. Kau pasti akan menyukainya." Pamela pun masih menatap Daniel dengan pandangan tajam. "Dasar lelaki b******k!" pekiknya. Daniel hanya diam saja menatap gadis itu dan memilih untuk keluar dari kamar Pamela. ----------- Pamela tidak bisa tinggal diam sehingga ia melangkah kesana kemari di sekitar villa. Dirinya harus segera menemukan jalan keluar dari sini. Ketika menatap pemandangan pantai yang ada beserta lautan biru yang membentang, Pamela menghela napasnya. Sepertinya ia benar-benar tidak bisa keluar dari sini. Sungguh sangat menyebalkan! "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Daniel ketika tiba. Ia baru saja ingin berenang dan justru menemukan Pamela di sekitar kolam berenang. Gadis itu langsung berbalik dan menatap Daniel dengan tatapan tajam. "Mencari jalan untuk kabur," ujarnya. Daniel pun terkekeh mendengar ucapan itu. "Kau tidak akan bisa kabur. Jadi nikmati saja hidupmu disini. Kau akan dilayani seperti putri raja. Tidak perlu ada yang kau pikirkan. Orang normal pasti akan merasa senang bila terpenjara disini. Pulau ini sangat indah." Pamela merasa kesal kepada lelaki itu sehingga dirinya memilih untuk menjalankan apa yang tadi ingin ia jalankan. Dirinya menarik tangan Daniel kemudian mendorong tubuh lelaki itu kedalam kolam. Hal itu membuat Daniel cukup terkejut sehingga dirinya kemudian langsung menarik tangan Pamela agar jatuh bersamanya. Hal itu membuat mereka berdua akhirnya tercebur ke dalam kolam bersama-sama. "Kau b******k! Kenapa menarikku!" Pamela langsung marah. "Kau yang mendorongku. Jadi kita harus jatuh bersama." Mereka pun saling adu pandang dengan tatapan kesal masing-masing. Daniel terdiam sejenak menatap Pamela yang dalam keadaan basah di hadapannya. "Jangan menggodaku," ucap Daniel. "Apa?" tanya Pamela tidak percaya. "Jangan bersikap aneh selama disini. Nikmati saja hidupmu." Daniel memilih untuk melangkah keluar dari kolam dan meninggalkan Pamela yang masih mematung. "Laki-laki itu benar-benar b******k," keluhnya. "Kemarilah, cepat!" Daniel yang telah berada di atas pun segera memanggil Pamela. Gadis itu menghela napasnya kemudian naik juga. Ia jadi kesal karena sekarang tubuhnya basah seperti ini. Rasanya benar-benar sangat menyebalkan. Daniel melemparkan handuk padanya. "Pakai itu dan segeralah mandi." "Kau benar-benar menyebalkan!" "Kau yang mendorongku lebih dulu, jadi jangan salahkan aku bila ikut basah." "Kau benar-benar menyebalkan!" "Cepatlah masuk kamar." Pamela pun menatapnya dengan tajam dan langsung melangkah meninggalkan tempat itu. Ketika melangkah menuju kamarnya, ia bertemu dengan beberapa pelayan yang memberikan senyum. Pamela hanya membalas senyuman mereka dan mempercepat langkahnya menuju kamar. Ia tidak mengenali mereka semua. Daniel yang melangkah di belakang Pamela dengan keadaan tubuh basah kuyup pun mencuri perhatian semua orang. Lelaki itu melangkah mengikuti Pamela kemudian memasuki kamarnya. Daniel yang tiba-tiba masuk kamar Pamela pun membuat gadis itu terkejut. "Kenapa kau masuk kesini tiba-tiba?" tanya Pamela. "Setelah kau mandi dan siap, pergilah ke meja makan. Meja yang kau lewati tadi. Kita akan makan malam bersama." Pamela pun memutar bola matanya malas. "Penculik macam apa yang memperlakukan tawanannya begitu." "Itu karena aku penculik yang tampan, baik, dan seksi." "Menjijikan sekali. Penculik adalah orang jahat, jadi jangan berlaku seperti orang baik." "Terserah saja apa yang ingin kau ucapkan." "Ya sudah. Pergi sana." "Aku akan disini." Pamela langsung membulatkan matanya menatap Daniel. "Semua pakaian untukmu telah tersedia di lemari itu. Aku sudah menyediakannya, jadi kau tinggal memakai saja." Pamela merasa penasaran terhadap suatu hal. "Siapa yang mengganti pakaianku?" "Aku." "Apa?!" Daniel tersenyum menatap ekspresi terkejut nan kesal yang ditunjukkan oleh Pamela. "Tentu saja pelayanku. Kenapa? Kau merasa kecewa bila bukan aku yang melakukannya?" Ia pun memilih untuk mengabaikan lelaki itu dan segera menuju lemari. Pamela membuka lemari dan merasa takjub melihat begitu banyak pakaian disini. Ia kemudian terdiam sebentar untuk berpikir mengenai pakaian dalam yang digunakannya hari ini. Bagaimana bisa ukurannya begitu pas. Pamela sungguh menjadi curiga. Akan tetapi ia memilih untuk mengabaikannya dan mengambil pakaian yang akan ia pakai. Setelah menutup lemari, ia kembali menatap Daniel. "Keluarlah! Melihat kau disini membuat mataku sakit." "Karena pesonaku begitu kuat?" "Karena kau menjijikan! Keluar sekarang!" "Waw. Kau mengatakan itu kepada aktor terpanas tahun ini? Sepertinya kau memiliki gangguan penglihatan." "Keluarlah!" Daniel justru melipat tangannya di depan d**a. Hal itu sungguh membuat Pamela merasa sangat kesal. "Baiklah. Sampai bertemu di meja makan." Daniel kemudian melangkah menuju pintu. "Jangan lupa untuk selalu mengunci pintumu. Jangan sampai ada yang tiba-tiba masuk kamarmu saat kau tertidur," ucap Daniel mengingatkan. "Tentu saja! Aku akan selalu menguncinya agar kau tidak bisa masuk." Daniel pun hanya tersenyum mendengar ucapan Pamela itu. Ia kemudian keluar dari kamar Pamela dan segera melangkah menuju kamarnya. Marry bersama rekannya yang bernama Jullie pun langsung melanjutkan perbincangan mereka setelah Daniel berlalu. "Aku yakin dia pasti kekasih Tuan Daniel. Lihatlah bagaimana cara Tuan Daniel menatapnya," ucap Marry. Jullie pun sudah cemberut sejak tadi. "Jika itu benar, maka aku merasa sangat sakit hati." Marry menepuk pundak Jullie berusaha menyabarkannya.  "Tenanglah, Jullie. Semoga saja dia bukan siapa-siapa. Tuan Max mengatakan bahwa gadis itu ditahan disini karena mengetahui rahasia Tuan Daniel. Jadi kuharap hubungan di antara mereka adalah hubungan karena masalah besar." Jullie menganggukkan kepalanya. "Jadi, bagaimana? Apa Tuan Daniel memanggilmu lagi ke kamarnya kali ini?" tanya Marry.  Mendengar pertanyaan itu, ekspresi wajah Jullie pun menjadi murung. Ia kemudian menggelengkan kepalanya. Marry hanya bisa menghela napas. "Bersabarlah. Tuan Daniel disini dalam tiga hari. Kau masih punya banyak waktu." Jullie kemudian menganggukkan kepalanya. Ia pernah tidur bersama Daniel dan itu menjadikannya memiliki perasaan untuk lelaki itu. Sehingga tentu saja kedatangan Pamela membuatnya merasa kecewa. Ia akan sangat kecewa bila memang Pamela adalah kekasih Daniel. Marry kemudian tersenyum untuk memberikan semangat kepada Jullie.  "Ayo kita kembali bekerja," ajak Marry. Jullie pun menganggukkan kepalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD