Chapter 8

2335 Words
Makan malam telah disiapkan dan berada di atas meja. Max, Pet, dan Daniel pun sudah berada di ruang makan untuk mulai menikmati makan malam. Mereka jarang-jarang bisa makan malam bersama seperti ini meskipun ketiganya sering menghabiskan waktu bersama seharian. Dengan kesibukan yang dimiliki Daniel, tentu saja jadwal makannya akan berbeda dengan Max dan Pet. Begitu pula ketika Max memiliki jadwal rapat yang cukup sibuk untuk mengurus jadwal Daniel, maka ia akan memiliki jadwal tersendiri pula. Mereka akan makan bersama bila memang sedang senggang. "Dimana gadis itu?" tanya Pet. Mereka telah menanti sepuluh menit sesuai permintaan Daniel. "Aku sudah sangat lapar," ujar Pet kemudian. Max sejak tadi hanya sibuk memainkan ponsel dan tabletnya. Sementara Daniel dan Pet menanti dengan hening di meja makan tanpa pembicaraan apapun. Pandangan Daniel kemudian menuju ke arah pintu kamar gadis itu yang terlihat jelas dari meja makan. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan berniat untuk memanggil Pamela dengan datang ke kamar gadis itu. "Apa kita akan benar-benar menunggunya?" tanya Pet. Max pun mendongakkan kepala dan menatap Daniel yang sedang berdiri. Max kemudian menganggukkan kepalanya. "Aku akan berbincang dengan gadis itu nanti setelah makan. Ku harap ia cukup mengerti dan mau bekerja sama. Dia benar-benar hanya tinggal menjalani hidup dengan baik di pulau ini," ujar Max. Mereka memang akan memperlakukan Pamela dengan baik. Hanya saja mereka terpaksa menculik Pamela karena tidak memiliki jaminan apakah gadis itu akan tetap tutup mulut atau tidak. Setidaknya bila Pamela berada jauh dari lingkungan Daniel, maka akan lebih aman. "Aku akan mengunjunginya ke kamar," ujar Daniel kemudian melangkah menuju kamar gadis itu. Pet menatapnya dengan malas. Ia padahal sudah benar-benar sangat lapar. Meski demikian, pandangannya terpusat pada Daniel yang tengah mengetuk pintu kamar gadis itu dan hendak menerobos masuk. Akan tetapi sepertinya pintu itu terkunci sehingga Daniel segera mengeluarkan kunci kamar cadangan yang dipegangnya. "Daniel sepertinya benar-benar akan meniduri gadis itu," gumam Pet. Max pun kini menoleh ke arah Daniel yang kini tengah membuka pintu dengan kunci cadangannya. Ia pun terkekeh. "Apapun itu, asal dia tidak menimbulkan masalah baru maka aku tidak keberatan." "Nyatanya dia selalu menimbulkan masalah bila sudah tidur dengan gadis." Max menganggukkan kepalanya setuju. "Benar. Tapi kau selalu menjadi orang pertama yang bersemangat menyelamatkannya dari masalah. Kau benar-benar sahabat yang baik." Pet pun mendengus. "Aku sudah sangat lapar ini." "Tunggulah sebentar. Sepertinya menyenangkan berbincang Pamela." Pet pun menatap Max dengan curiga. "Kau juga terpesona olehnya?" Max kemudian terkekeh. "Hei! Aku juga punya kekasih seperti dirimu. Aku sangat setia kepada Olivia jadi tidak akan tergoda oleh gadis manapun." Max kemudian menatap Pet dengan serius. "Kau tahu kita berbeda dengan Daniel yang suka bergonta-ganti gadis." Pet pun kemudian memutar bola matanya malas. ----------------------------------------------------------------------------------------- "Kenapa tidak keluar untuk makan malam?" tanya Daniel setelah memasuki kamar Pamela. Gadis itu tengah merebahkan diri di atas ranjang seolah tidak merasa bersalah. Pamela pun menoleh dengan terkejut kepada Daniel yang masuk ke dalam kamarnya. Ia langasung bangkit dari posisi tidur menjadi duduk. "Kau? Kenapa bisa masuk? Aku sudah menguncinya dengan baik." Pamela kemudian menatap pintu kamar dengan serius. "Kau mendobraknya? Tapi aku tidak mendengar suara apapun." "Aku punya kunci kamar ini. Cepatlah keluar. Pet dan Max sudah menunggu. Kita harus segera makan malam bersama." "Pet? Max?" tanya Pamela dengan kernyitan di keningnya. "Max adalah manajerku dan Pet adalah asisten serta supirku. Mereka berdua sahabatku sejak lama dan ikut berlibur ke pulau ini." "Berlibur?" Pamela masih tidak menyangka bisa-bisanya mereka berlibur ke pulau ini seraya menculik seorang gadis. Pamela benar-benar tidak bisa pikir mengapa teman-teman Daniel itu tidak mencegahnya melakukan hal seperti ini. "Ya. Cepatlah keluar. Kau hanya menyiksa diri sendiri bila tidak makan malam." Pamela pun menghela napasnya. Tadi ia merebahkan diri seraya berpikir harus bagaimana menjalani hidup setelah ini. Dirinya ingin kembali menjalani kehidupannya seperti biasa. Pamela pun segera bangkit untuk melangkah menuju keluar kamar. Dirinya melewati Daniel begitu saja dan itu membuat Daniel menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Lelaki itu kemudian menyusul Pamela menuju meja makan. Pamela hanya diam saja ketika langkahnya telah dekat dengan meja makan. Daniel kemudian langsung maju dan menarik kursi agar Pamela duduk disana. "Duduklah disini," ujarnya. Max dan Pet saat ini tengah memandang Daniel yang menarikkan kursi untuk gadis itu. Sementara Pamela tengah menatap Max dan Pet. Dirinya kemudian duduk dikursi yang tadi ditarikkan oleh Daniel untuknya. "Aku masih tidak percaya para penculikku menunggu untuk makan malam bersama," ujarnya segera setelah duduk. "Sudah kukatakan. Kami adalah orang-orang baik," ucap Daniel. "Ini adalah Max, manajerku." Daniel menunjuk Max yang berada di hadapan dirinya kemudian ia menunjuk Pet yang berada di hadapan Pamela. Pamela dan Daniel duduk bersebelahan sementara di seberang mereka ada Pet dan Max yang duduk bersebalahan. "Kami nanti akan bicara alasan kami melakukan semua ini. Tapi sebelum itu akan lebih baik bila kita makan malam terlebih dahulu," ucap Max. "Benar. Kau keluar lama sekali. Aku sudah kelaparan menunggu sejak tadi," sahut Pet. Pamela pun hanya diam saja menatap mereka. "Baiklah. Ayo kita makan," ajak Daniel. Mereka pun memulai kegiatan makan malam itu dalam keheningan. ---------------------------------------------------------------------------- "Katakan disini saja, Max." Tadi Max mengatakan bahwa dirinya akan menjelaskan kepada Pamela alasan spesifik mereka melakukan semua ini. Hal itu pun membuat Daniel meminta agar Max mengatakannya disini saja. Bukan bicara secara empat mata. "Tidak. Aku ingin membicarakannya secara empat mata dengan Pamela." Daniel pun menatap Max dengan tidak percaya. "Disini saja." Max menghela napasnya. "Daniel-" "Max.." Pet pun menatap kedua lelaki itu dengan pandangan malas. "Cepatlah bicara kalau memang perlu bicara. Aku akan pergi beristirahat di kamar." Pet kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruang makan. Ketika ia hendak melangkah menuju kamarnya, Pet melihat beberapa pelayan nampak sedang berusaha mencuri dengar pembicaraan dari meja makan. Hal itu pun membuat Pet menggelengkan kepalanya. "Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Pet secara tiba-tiba. "Membersihkan benda ini, Tuan." Pet menatap pelayan itu dengan kernyitan di kening. "Siapa namamu?" tanya Pet kemudian. "Jullie, Tuan." "Dengar, Jullie. Berhentilah bekerja bersih-bersih bila telah larut malam begini. Dan juga, berhentilah untuk mencuri dengar. Itu sangat tidak sopan," pintanya. Ekspresi wajah Jullie pun berubah setelah Pet memberinya ucapan seperti itu. "Kalau Daniel tahu kau mencuri dengar, aku yakin kau akan diberhentikan bekerja disini." "Maafkan saya, Tuan."  "Kembalilah ke kamarmu dan beristirahatlah." Jullie kemudian menganggukkan kepalanya. Pet kemudian mendengus dan segera kembali ke kamarnya. ------------------------------------------------------------- Pamela menatap Max yang saat ini tengah berdiri menatap pemandangan yang ada. Ia memilih untuk bicara secara empat mata dengan Max. Entah apa alasan Daniel bersikeras agar ia ikut serta mendengar ucapan Max. Hal itu membuat Pamela berpikir bahwa akan lebih baik bila lelaki itu tidak ikut serta sekarang. Itu sebabnya Max mengajaknya berbincang di rooftop gedung ini. "Aku masih tidak mengerti yang terjadi disini. Kalian menculikku secara terang-terangan." "Benar. Tapi setidaknya kami tidak menyekapmu dengan tubuh terikat tali atau pun mulut dibekap agar tidak bersuara." Pamela pun terdiam. "Kau mendengar pembicaraan antara Bella dan Daniel. Itu adalah masalah besar." Pamela menghela napasnya. "Dengar, aku datang ke acara gala premier film 'KNIFE' agar bisa bertemu Robert Shawn. Aku pergi ke toilet karena ingin buang air kecil. Lalu mereka datang membicarakan hal serahasia itu di toilet wanita. Lalu menurutmu itu semua salahku?" "Itu memang bukan sepenuhnya salahmu, Pamela. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Film Daniel akan segera rilis dan digadang-gadang akan sukses besar. Banyak penggemar yang menantikannya dan kalau sampai berita kehamilan Bella terbongkar, itu akan menjadi skandal yang menghancurkan karir Daniel. Akhir-akhir ini penggemar Daniel semakin banyak dan semakin sensitif bila berkaitan dengan berita Daniel yang berhubungan dengan gadis." Pamela kembali menghela napasnya. Ia kini menyilangkan tangan di depan d**a. "Aku tidak peduli dengan apapun urusan kalian. Tapi aku benar-benar tidak akan mengatakan apapun bila aku pulang dengan selamat dari acara itu. Tidak ada untungnya bagiku melakukan itu. Demi Tuhan, mengapa kalian sampai menculikku seperti ini. Aku bisa melaporkan kalian setelah aku bebas nanti." "Jika begitu kau akan tetap disini selamanya." Pamela membulatkan matanya terkejut. "Apa-apaan ini? Astaga." "Kami hanya perlu memastikan bahwa kau tidak akan buka mulut hingga beberapa bulan setelah film Daniel dirilis. Setelah itu kau akan kami bebaskan." "Dan aku akan menuntut kalian." "Sebenarnya ada banyak gadis yang menuntut Daniel. Akan tetapi tidak pernah ada yang menganggap itu semua sebagai kebenaran. Kau tidak punya bukti bahwa kami melakukan penculikan." Pamela kemudian terkekeh. "Aku juga tidak punya bukti bahwa Bella berselingkuh dengan Daniel hingga ia hamil. Lalu kenapa kalian mencemaskan aku akan membeberkan fakta itu?" Max pun terdiam sejenak. "Ayolah. Kalian hanya membuang waktu, uang, dan tenaga dengan membawaku kesini. Bahkan bila aku buka mulut, memangnya ada yang akan menganggap itu kebenaran?" "Tapi bila kau memunculkan berita itu, maka akan banyak yang mulai menggali informasi mengenai Bella dan Daniel. Itu tetap akan menimbulkan masalah." Pamela memutar bola matanya malas. "Aku sudah menyelidiki tentangmu dan aku tahu bagaimana kehidupanmu. Tinggal disini selama beberapa bulan akan memberikanmu kenyamanan yang tidak akan pernah kau lupakan. Kau tidak perlu memikirkan bagaimana mencari uang agar dapat bertahan hidup. Semuanya tersedia disini dan kau hanya perlu menjalaninya dengan baik." Pamela menatap Max dengan pandangan tidak percaya. "Anggap saja kau berlibur dengan gratis di pulau ini. Ada begitu banyak pelayan yang akan melayanimu sesuai yang kau mau. Kau benar-benar beruntung bila diculik oleh Daniel. Bahkan bila setelah masa pengamanan-mu selesai, kau bisa meminta pekerjaan kepada Daniel. Dia pasti akan dengan mudah memberikannya. Pekerjaan apapun itu. Daniel punya banyak relasi yang mau mengabulkan apa saja permintaan dia. Jadi seharusnya kau bersyukur karena bisa bertemu dan berhubungan dengan aktor sekelas Daniel karena masalah ini." Pamela masih terdiam karena tidak percaya. "Pikirkan lagi semua keuntungan yang kau dapatkan. Daripada memaksakan diri untuk kabur, lebih baik menikmati semua yang ada sebelum kami melepaskanmu." Pamela masih tidak dapat berkata apa-apa. "Aku meminta maaf bila kami terlalu jahat dengan membawamu kemari. Tapi itu semua demi kebaikan. Kau mungkin akan dapat banyak uang bila memberitahu berita ini ke wartawan. Atau bila kau tidak melakukan apapun, aku berani bertaruh hidupmu akan seperti itu saja. Tapi dengan kau berada disini, aku yakin setelah kembali dari sini maka hidupmu akan sepenuhnya berubah. Dan lagi, kami melakukan ini untuk menyelamatkan banyak orang. Ada banyak orang yang bergantung hidupnya karena karir Daniel. Jadi daripada mengambil risiko dengan melepasmu begitu saja tanpa ada jaminan kau akan tutup mulut atau tidak, aku memilih untuk menahanmu disini. Sekali lagi, kau hanya perlu menikmati semua yang disediakan." ------------------------------------------------------------------------- Daniel langsung menghampiri Max yang telah turun dari rooftop.  "Kau bicara apa saja? Lama sekali." Max pun memilih untuk mengabaikan ucapan Daniel dan segera melangkah menuju kamarnya. Kepalanya terasa begitu pusing setelah mengatasi segala masalah Daniel. Ia butuh lebih banyak istirahat. Daniel pun langsung melangkah menuju pintu yang mengarahkannya pada rooftop. Pamela masih berdiri disana dan menatapi pemandangan pantai yang ada. Meskipun gelap, beberapa lampu yang menyala mungkin menarik perhatiannya. "Apa saja yang Max bicarakan padamu?" tanyanya seraya menghampiri Pamela. Gadis itu menoleh sejenak kepada Daniel yang kini berada di sebelahnya. Pamela pun memilih untuk melangkah meninggalkan rooftop dan kembali ke kamarnya. Hal itu membuat Daniel menatap tidak percaya ke arah Pamela. Bisa-bisanya gadis itu pergi begitu saja dan meninggalkan Daniel. Ini pertama kalinya ada gadis yang mengabaikan Daniel. Ia pun mengusap rambutnya kasar kemudian melangkah meninggalkan rooftop. Ketika hendak menuju kamarnya, Daniel menatap kamar Pamela terlebih dahulu. Ia sebenarnya ingin bicara dengan gadis itu. Terlebih ini masih belum terlalu malam baginya. Jadi Daniel pasti tidak bisa tidur. Akan tetapi melihat bagaimana ekspresi Pamela setelah selesai bicara dengan Max tadi, Daniel merasa sepertinya tidak baik bila terlalu memaksakan gadis itu. Ia pun memilih untuk melangkah menuju kamarnya saja. Ketika hendak sampai di depan pintu kamarnya yang tidak jauh dari Kamar Pamela, seorang pelayan menghampiri dirinya. "Maaf, Tuan. Apa ada yang Tuan butuhkan untuk malam ini?" Daniel terdiam sejenak dan menatap pelayan itu. Sebenarnya Daniel kadang menghabiskan malam dengan beberapa pelayan muda cantik yang berada di pulau ini. Itu hanya saat dia benar-benar membutuhkannya. Akan tetapi untuk sekarang, entah mengapa Daniel rasanya tidak berselera untuk melakukan apapun. Ia benar-benar hanya ingin bicara dengan Pamela. Selain hal itu, ia malas melakukan kegiatan apapun. "Tidak ada." Daniel kemudian membuka pintu kamarnya dan masuk begitu saja. Tidak menyadari raut kecewa dari pelayan yang bernama Jullie itu. Pandangan Jullie kemudian mengarah kepada pintu kamar Pamela. ---------------------------------------------------------------------- Begitu tiba di kamarnya, Pamella memilih untuk menuju ke balkon. Ia kembali mengamati pemandangan yang ada seraya memikirkan segala kata-kata Max.  Lelaki itu memang benar bahwa dirinya hanya tinggal menikmati segalanya yang ada disini. Pamela tidak perlu memusingkan apapun. Bila dilihat-lihat lagi, pulau dan villa ini memang cukup indah. Lagi pula Pamela tadinya memang tidak melanjutkan kontrak kerjanya karena ingin liburan dan fokus mengerjakan naskah. Ia ingin menulis banyak naskah dan kemudian diajukan ke production house ternama.  Siapa tahu ada yang merasa tertarik. "Benar juga," gumam Pamela. Ia mulai berpikir bahwa sepertinya akan cukup menyenangkan bila berlibur disini. Pamela bisa meminta agar disediakan mesin ketik. Mengingat bila ia meminta komputer atau laptop pasti tidak diberikan karena itu berpotensi membuatnya terhubung dengan internet dan media sosial. Hal itu membuat Pamela berpikir bahwa yang terjadi padanya bukanlah hal buruk. Ia akan berlibur disini sesuai rencana awalnya. Bahkan ia akan liburan gratis dan bisa menikmati segala fasilitas yang ada dengan nyaman. Selain itu ia bisa menulis naskahnya dengan tenang tanpa ada yang menganggu. Pamela kemudian tersenyum membayangkan hal menyenangkan apa yang bisa ia lakukan disini.  Mengenai kebebasan, Pamela juga tetap akan bebas melakukan apapun disini. Semuanya akan tersedia. Seperti janji yang diucapkan Max, lelaki itu akan menyediakan apa saja yang Pamela butuhkan untuk bertahan hidup disini. Mereka memang benar-benar penculik yang sangat baik. Bila begitu, Pamela akan memanfaatkan semua yang ia dapatkan sekarang dengan baik. Pamela akan benar-benar menikmati segalanya. "Benar juga. Mengapa tidak terpikirkan olehku." Meski merasa kesal dan menyesal karena ia tidak jadi bertemu dengan Robert Shawn, ia yakin bisa bertemu di lain tempat dengan sutradara itu. Terlebih lagi Daniel pasti bisa membantunya dengan mudah.  Ya, Pamela akan memanfaatkan Daniel untuk mencapai tujuannya. Seperti yang dikatakan Max, Daniel memiliki banyak relasi jadi Pamela akan memanfaatkan itu dengan baik.  Ia adalah aktor rebutan para sutradara, jadi pasti para sutradara akan mendengarkan permintaan Daniel. Pamela bisa meminta tolong lelaki itu untuk membawakan naskah buatannya kepada banyak sutradara. "Ah, aku jadi tidak sabar dengan itu." Pamel kemudian kembali memasuki kamarnya. Ia memandangi seisi kamar kemudian pandangannya jatuh pada ranjang. Ia langsung berlari dan menjatuhkan diri di atas ranjang empuk itu. "Baiklah! Ini memang tidak seburuk itu. Benar juga. Tidak masalah tanpa ponsel. Masih ada televisi untuk media hiburan. Lagi pula ada banyak orang disini yang bisa menjadi teman berbincang. Kasur disini juga sangat empuk," gumamnya. Senyum Pamela pun merekah. "Ada kolam berenang. Banyak makanan enak. Ada pantai dan hutan yang bisa kujelajahi. Benar juga, aku tidak perlu repot harus menghemat uang agar tetap bisa menabung. Dan yang paling penting, aku tidak jadi menggunakan uang tabunganku untuk berlibur." Pamela kini menjadi kegirangan dan berubah menjadi sangat excited untuk menjalani hari-hari disini. "Benar. Setiap masalah yang ada pasti memberikan sesuatu. Aku harus memandanganya dari segi positif. Benar juga. Lebih banyak keuntungan yang kudapatkan dari penculikan ini." Pamela kemudian terkekeh. Ia masih tidak menyangka hal lelucon seperti ini dapat terjadi. Bisa-bisanya tiga sekawan itu berpikiran membawanya sejauh ini dan memberikannya begitu banyak kemudahan serta kemewahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD