Chapter 6

2061 Words
Pamela sudah ingin berlari dari lelaki di hadapannya. Akan tetapi pinggangnya langsung dipeluk oleh Daniel sehingga ia tidak bisa pergi kemana pun. "Lepaskan aku!" "Tidak." Pamela pun menatap Daniel dengan pandangan kesal. "Kembalikan ponselku." "Tidak akan." Pamela berusaha melepaskan diri dari tangan Daniel yang melingkari pinggangnya. "Sebenarnya maumu membawaku kesini apa? Menyebalkan sekali!" "Sudah ku katakan aku harus memastikan mu tutup mulut." Pamela masih dapat mengingat dengan jelas masalah apa yang membawanya kemari. "Aku akan tutup mulut. Kau tenang saja. Yang terjadi kemarin itu tidak penting sama sekali dan aku sudah tidak ingat dengan jelas. Jadi tolong lepaskan aku." "Tidak akan. Tidak ada jaminan kau akan tutup mulut." "Astaga! Memangnya kalau aku berbicara kepada wartawan, akan ada yang mempercayai aku?" tanya Pamela. Daniel pun terdiam dan menatap gadis itu. Keheningan pun terjadi ketika mereka saling pandang. Hal itu membuat Daniel semakin mendekatkan wajahnya pada Pamela dan itu membuat Pamela langsung berusaha memundurkan diri meski sudah tidak mungkin. "Kau ingin apa sebenarnya? Lepaskan aku!" Pamela berusaha mendorong d**a lelaki itu namun Daniel bahkan tidak bergerak mundur satu inchi pun. Lelaki itu terus saja memajukan tubuhnya tanpa kendala. Pamela pun memukuli d**a lelaki itu agar Daniel berhenti mendekat. Ia sudah dapat merasakan hembusan napas lelaki itu. Pamela sejak tadi menutup matanya karena tidak mau menatap Daniel. Bisa-bisa ia menjadi terbuai oleh pesona lelaki itu karena tatapan mata Daniel benar-benar berbahaya. Pamela sudah cukup harus menenangkan diri hanya karena menatap wajah Daniel dari jarak sedekat ini. Padahal dirinya sebelumnya merasa biasa saja dengan aktor ini. Akan tetapi setelah bertemu secara langsung, rupanya Daniel memang benar-benar sangat mempesona. Daniel memikir aura memikat yang sangat kuat. Pantas saja bila ada begitu banyak gadis yang tergila-gila padanya. Pamela tidak ingin menjadi salah satu dari gadis itu. Lelaki ini sangat menyebalkan dengan menculiknya seperti ini. Pamela bahkan tidak tahu dimana dirinya sekarang. "Tahan, Dan!" Pamela langsung membuka matanya ketika ia mendengar suara lelaki lain dalam ruangan ini. Begitu membuka matanya, ia dapat melihat betapa indahnya tampak samping wajah Daniel dalam jarak sedekat ini. Lelaki itu kini tengah menatap ke arah sumber suara tadi. Pamela pun berusaha mengondisikan dirinya. Ia segera menatap ke arah sumber suara yang tadi bicara kepada Daniel. "Maaf, Nona Pamela. Daniel memang brengsek." Pamela sangat setuju dengan hal tersebut. Ia pun berusaha mendorong d**a Daniel agar lelaki itu menjauh. Akan tetapi bukannya membuat Daniel menjauh, lelaki itu kembali mengalihkan pandangannya kepada Pamela kini kembali menatap Pamela dengan intens. "Lepaskan aku!" pintanya. Daniel justru semakin mengertakan pelukannya sehingga tubuh mereka benar-benar bersentuhan satu sama lain. "Daniel!" Max berusaha mengingatkan. Daniel pun mengalihkan pandangannya dari Pamela untuk menatap Max. "Dia tadi menelpon seseorang dengan telepon disini." Max terlihat terkejut namun ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya dan bersikap tenang seperti biasa. "Kau. Tuan, tolong bantu aku lepas dari lelaki ini! Astaga. Bisa-bisanya aku disini karena diculik." Pamela meminta bantuan kepada Max yang sejak tadi hanya berdiri menonton dengan kedua tangan masuk ke dalam saku. Hal itu membuat Pamela benar-benar menjadi kesal.  Lelaki itu pasti teman Daniel dan mendukungnya melakukan semua ini sehingga tidak ada yang dilakukannya untuk membantu Pamela melepaskan diri. "Diamlah," ujar Daniel dengan suara rendah. Jarak mereka benar-benar sangat dekat. "Tidak akan! Lepaskan aku!" Pamela mulai kembali memberontak dengan menggerakan seluruh tubuhnya. Ia juga menggunakan kakinya untuk menendang-nendang. Apa saja yang bisa ia lakukan agar bisa terbebas dari sini maka akan ia lakukan. "Baiklah. Kau membuatku tidak memiliki pilihan lain." Daniel pun mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan langsung membekap mulut serta hidup Pamela dengan sapu tangan itu. Tidak ada jalan lain selain obat bius agar gadis itu pingsan. Bila tidak seperti itu, pasti akan sedikit sulit untuk membawanya pergi. Pamela pasti akan terus saja memberontak selama perjalanan dan itu akan mengundang perhatian banyak orang. Tidak perlu waktu lama hingga Pamela tidak sadarkan diri. Gadis itu pun langsung ambruk dan bertumpu pada tubuh Daniel sehingga mereka berpelukan. Daniel memasukkan sapu tangan kembali ke sakunya dan ia mengusap kepala gadis itu sebentar. "Bagus. Lebih baik bila begini," ujarnya. Max yang menyaksikan itu pun hanya menghela napas. "Cepatlah, Dan. Pet sudah menunggu lama di basement." ------------ Daniel tidak bisa berhenti memandangi wajah Pamela semenjak perjalanan. Sejak mereka di mobil hingga kini telah naik jet pribadi pun, ia hanya memusatkan perhatian untuk memandangi wajah Pamela. "Aku yakin kau akan benar-benar memangsanya, Dan." Pet sejak tadi mengawasi Daniel. Ia sudah merasakan bahwa Daniel tertarik pada gadis itu sejak awal. Siapa pun akan merasakannya bila melihat bagaimana cara Daniel menatap Pamella. "Dia benar-benar cantik." Daniel menyentuh bibir gadis itu. "Dan seksi," sambungnya. Max yang tengah me-manage beberapa jadwal sejak tadi dengan tabletnya pun mendongakkan kepala dan menatap Daniel. "Ada sedikit kabar baik. Liburmu bertambah jadi tiga hari. Hanya bila kau setuju menyelesaikan pemotretan seharian penuh." "Kau menyalakan internet di atas sini." "Tentu saja tidak. Aku hanya melihat jadwal yang kucatat pada fitur memo disini. Jadi bagaimana? Apa kau bekerja seharian penuh atau jadwal pemotretanmu tetap dalam dua hari seperti awal. "Lalu apa jadwalku keesokan harinya setelah pemotretan?" "Pemotretan juga. Satu minggu ini kau memiliki banyak jadwal pemotretan. Beberapa pemotretan untuk keperluan film dan sebagian besar pemotretan untuk produk yang menjadikanmu sebagai brand ambassador mereka." Daniel kemudian mengalihkan pandangan kepada Pamela. Ia penasaran dengan gadis itu jadi sepertinya tinggal lebih lama di pulau pribadi bukanlah ide yang buruk. "Baiklah. Buat agar liburku tiga hari. Tidak apa bila pemotretan sehari penuh." Daniel sudah biasa melakukannya jadi ia akan baik-baik saja.  ----------- Begitu tiba di sebuah rumah besar yang berada di dekat pantai, semua orang yang bertugas menjaga dan membersihkan tempat itu pun keluar untuk menghampiri Daniel. Mereka tinggal disini untuk waktu yang cukup lama. Tempat ini sangat bagus untuk menjalani hidup karena sangat menenangkan dan alami. Ada banyak tempat bagus yang bisa dikunjungi. Selain itu, tempat ini masih mendukung sinyal internet berkat usaha keras dari Pet. Pulau ini adalah tempat liburan yang paling menyenangkan bagi Daniel. Tempat ia menghabiskan waktunya ketika benar-benar ingin menenangkan diri. Tidak ada paparazzi atau siapa pun. Hanya ada orang-orangnya. Melihat Daniel yang tengah menggendong seorang gadis ala bridal style, membuat semuanya yang berada di pulau merasa terkejut. Daniel belum pernah membawa gadis ke pulau ini. Ia pasti akan datang sendiri, atau kadang bersama Max dan Pet. Semuanya menerka bahwa gadis di gendongan Daniel adalah gadis yang sangat spesial.  Terlebih wajah gadis itu sangat cantik. Yang membuat mereka heran adalah karena gadis itu datang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Hanya saja melihat Daniel langsung menggendongnya, bukan Pet ataupun Max membuat mereka paham bahwa gadis itu pasti memiliki hubungan khusus dengan Daniel. "Selamat datang, Tuan." Daniel menganggukkan kepalanya ketika kepala pelayan di tempat ini membungkuk hormat menyambutnya. "Arahkan kamar yang sudah kuminta untuk disiapkan." Kepala pelayan itu pun menganggukkan kepalanya dan segera melangkah untuk menunjukkan jalan. Pantas saja bila kemarin Daniel meminta agar mereka menyiapkan empat kamar. Rupanya orang keempat yang akan datang ke pulau ini adalah gadis dalam gendongan Daniel. Begitu mereka tiba di kamar tersebut. Daniel langsung memindahkan Pamela dari gendongannya menjadi di atas ranjang. Daniel kemudian menatap kepala pelayan. "Dia sedang tidak sadar. Tolong ganti pakaiannya. Pet telah membawakan banyak pakaian perempuan. Dia akan tinggal disini hingga waktu yang tidak dapat ditentukan. Setelah dia berganti pakaian. Kumpulkan semua pelayan di tempat ini dan aku akan memberikan pengumuman." "Baik, Tuan." Daniel menatap Pamela sebentar sebelum kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Salah satu pelayan pun langsung berbisik kepada kepala pelayan. "Pasti dia adalah kekasih Tuan," bisiknya. Kepala pelayan yang merupakan seorang wanita paruh baya pun hanya terdiam. "Dia sangat cantik," gumamnya kemudian. "Aku datang dengan banyak koper." Seorang pelayan memasuki kamar tersebut bersama pelayan lainnya dengan membawa beberapa koper. "Itu pakaian untuk Nona ini?" tanya sang kepala pelayan. Pelayan yang menarik koper pun menganggukkan kepalanya. "Tuan Pet mengatakan semua barang di dalam koper ini adalah untuk Nona yang digendong oleh Tuan Daniel." Kepala pelayan pun menganggukkan kepalanya. "Ayo kita gantikan pakaian Nona ini," ajak sang kepala pelayan. "Kalian tolong masukan semua pakaian dalam koper ke dalam lemari." "Dia akan tinggal disini?" tanya beberapa pelayan yang baru tiba. "Ya. Tuan tadi mengatakannya." "Wah, sepertinya dia sangat spesial." "Berhenti bergosip. Ayo kerjakan dengan cepat," titah sang kepala pelayan. --------- "Gadis itu bernama Pamela. Dia akan tinggal disini untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Saat dia sudah sadar, perlakukan dia dengan baik. Pastikan tidak ada yang memberikan alat komunikasi untuknya. Pastikan kalian menjaganya disini dengan baik. Aku akan berada disini selama tiga hari. Setelah itu kalian harus terus menjaganya. Jangan sampai dia kabur atau melakukan hal aneh." Semua pelayan nampak kebingungan dengan informasi yang disampaikan oleh Daniel. Mereka tidak mengerti mengapa secara tiba-tiba harus menjaga gadis itu. Terlebih larangan yang diberikan oleh Daniel terasa sangat aneh. Mereka mengira bahwa gadis itu datang kemari hanya beberapa hari karena berlibur bersama Daniel. Sepertinya kenyataan tidak seperti yang mereka duga. Melihat para pelayan yang kebingungan, Max pun segera berbicara. "Ada sebuah masalah yang terjadi sehingga Pamela harus berada disini. Ia tidak boleh kabur ataupun berkomunikasi dengan orang lain selain kalian. Ia memegang rahasia besar Daniel yang tidak boleh sampai terbongkar. Kami hanya akan menahannya sebentar disini. Tidak sampai bertahun-tahun. Mungkin hanya beberapa bulan. Selain itu, jangan mempersulitnya. Pastikan ia hidup dengan baik disini." Para pelayan pun memilih untuk menganggukkan kepala setelah Max memberitahukan informasi tambahan. Daniel kemudian menatap para pelayan lelaki yang berada disini. "Untuk para pelayan lelaki disini jangan sampai ada yang menggodanya, menganggunya, atau membuat Pamela merasa tidak nyaman. Aku mengawasi kalian jadi bersikaplah baik pada Pamela." Max dan Pet pun menghela napasnya melihat sikap Daniel yang seperti itu. "Sekarang kalian boleh kembali melakukan pekerjaan seperti biasa." Para pelayan pun menganggukkan kepala dan pamit undur diri. Dengan cepat, dalam ruang tamu kini hanya tersisa Daniel, Max, dan Pet. "Kau terlihat seperti kekasih sangat protektif terhadap Pamela." Daniel pun hanya tersenyum sinis. "Gadis itu terlalu cantik dan aku bisa melihat para pelayan lelaki muda menatapnya dengan penuh kagum." Pet pun segera bangkit dari duduknya. "Aku akan tidur seharian. Daniel benar-benar sialan karena aku harus mencari begitu banyak pakaian wanita saat dini hari." Daniel pun terkekeh. "Aku berterima kasih karena kau membawa begitu banyak koper kemari. Kau sangat cekatan." Pet hanya diam saja dan tidak menanggapi ucapan Daniel. Daniel juga bangkit dari tempat duduknya. Hal itu membuat Max langsung menatapnya curiga. "Kau mau kemana?" "Ke kamar Pamela." "Sebaiknya kau istirahat saja di kamarmu." "Aku hanya melihat Pamela sebentar saja. Astaga. Kau seperti kekasih yang protektif terhadapku." "Menjijikan," gumam Max. Daniel pun terkekeh dan langsung melangkah pergi meninggalkan ruang tamu. --------- "Sepertinya dia adalah kekasih Tuan Daniel." Marry berbicara kepada Robi seraya membersihkan ruangan makan. Sebenarnya semua tempat disini sudah sangat bersih namun sudah menjadi tugas mereka untuk selalu membersihkannya setiap hari. "Kurasa tidak. Tadi Tuan Max mengatakan gadis itu memiliki rahasia terbesar Tuan Daniel dan itu tidak boleh dibocorkan. Kurasa ia korban penyekapan." Marry pun terdiam dan menjadi berpikir seperti apa yang dipikirkan Robi. "Tapi Tuan Daniel menatapnya sangat berbeda. Aku berpikir sepertinya Nona Pamela hamil sehingga disembunyikan disini. Karir Tuan Daniel sedang sangat meroket dan ia memiliki banyak penggemar." "Jangan berasumsi berlebihan. Kita bekerja dengan baik saja sesuai yang diperintahkan, Tuan." Marry menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menatap Robi. "Tapi Nona Pamela benar-benar sangat cantik. Aku jadi penasaran bagaimana bila ia tersadar dan penasaran bagaimana bila ia berinteraksi dengan lingkungan sekitar." Robi terdiam sejenak dan berpikir. "Aku juga. Sepertinya dia adalah gadis yang ramah." Marry pun menepuk tangan Robi yang tengah mengelap meja kaca ruang makan. "Lihatlah. Tuan Daniel memasuki kamar Nona." Robi kemudian menatap ke arah Daniel yang memasuki kamar Pamela. Ia terdiam sejenak dan berpikir. "Sepertinya gadis itu memang spesial bagi Tuan Daniel," gumamnya. ---------- Daniel menatap Pamela yang kini telah berganti pakaian. Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan segera memotret Pamela yang tengah tertidur. Ia kemudian menghela napasnya. "Kau ini sangat cantik!" Tadi pagi saat memeluk gadis itu dari belakang, Daniel benar-benar merasa tidak dapat mengendalikan dirinya. Belum lagi ia sempat memiliki jarak yang begitu dekat dengan gadis itu. Bibir Pamela terasa sangat menggoda. Bila saja tadi Max tidak secara tiba-tiba datang dan menginterupsinya, pasti Daniel sudah mengecup bibir gadis itu. Daneil masih tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan gadis secantik Pamela. Baginya, Pamela adalah gadis tercantik yang pernah ia temui. Pamela benar-benar sangat menarik. Sayangnya mereka bertemu dalam situasi terlibat masalah seperti ini. Bila saja pertemuan mereka sedikit lebih baik, Pamel akan mengencaninya. Ah, Daniel bahkan merasa tidak ada salahnya bila ia mengencani Pamela di situasi seperti ini. Ia pun menatapi gadis itu dalam keheningan. Rasanya tidak bosan memandangi wajah gadis itu. Daniel jadi penasaran bagaimana rasanya saat terbangun di pagi hari dengan gadis ini di sebelahnya. Setelah pemikiran seperti itu, tiba-tiba saja ponsel dalam genggamannya bergetar. Daniel mengernyitkan kening melihat si penelpon. Ia pun langsung mengangkat teleponnya. "Ada apa, Max?" "Kau belum menghubungi Bella. Segeralah telepon dia. Juga segeralah keluar dari kamar gadis itu. Jangan sampai kau berbuat bodoh." "Aku sedang akanmelakukannya. Bisa-bisanya kau muncul dengan menyebalkan seperti ini. Max." "Dasa b******k! Cepat keluar dan telepon Bella. Bila tidak, aku akan mengirimkan hasil test pack Bella pada ayahmu.: "Kau masih berada disini bersamaku. Jadi itu tidak mungkin." "Aku akan menelpon ayahmu sekarang juga dan mengirimkan foto test pack Bella." "s**t! Kau sangat menyebalkan." "Segera keluar dari kamar itu dan segera telpon Bella." "Baiklah." Daniel kemudian mematikan sambungan telepon dan kemudian menatap Pamela sebentar. Ia kemudian keluar dari kamar itu sesuai permintaan Max.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD