Chapter 5

1874 Words
"Jangan sampai aku menjadi CEO. Jika iya maka Max yang biasanya menjadi managerku akan menjadi pengangguran. Dan Pet yang biasa menjadi supir serta asistenku juga akan menjadi pengangguran." Max dan Pet tertawa ketika mendengar ucapan dari Daniel. Hal itu pun membuat Daniel mengernyitkan keningnya karena merasa tidak paham atas apa yang terjadi. "Kenapa tertawa?" Pet yang paling pertama bersuara. "Bila kau menjadi CEO. Kami justru akan bebas dari urusan mengurusi dirimu yang merepotkan." Max yang masih terpingkal pun kemudian menghentikan tawanya. Ia memegang perutnya yang masih terasa kesakitan karena menertawakan Daniel. "Benar sekali. Bila kau menjadi CEO, aku hanya tinggal duduk santai di apartemen. Bisnisku sudah berjalan lancar dan aku hanya menunggu uang datang. Pet memiliki banyak saham jadi bila dia pengangguran sekali pun, hidupnya akan baik-baik saja. Satu-satunya yang benar-benar menderita hanya kau disini." Daniel pun berdecak sebal. "Bisa-bisanya kalian bicara seperti itu. Padahal kalian dapat uang juga karena aku yang bertahun-tahun menjadi aktor." Max berdehem setelah selesai tertawa. "Baiklah. Mari kita bicarakan mengenai Pamela" Daniel menganggukkan kepalanya merasa setuju. "Dia adalah seorang designer di salah satu production house yang fokus pada serial televisi. Lebih tepatnya dia bekerja sebagai penata busana artis." "Dia lebih pantas menjadi model dengan tubuh seindah itu dan wajah secantik itu," gumam Daniel. Pet langsung bersuara. "Mungkin maksudmu adalah, dia lebih pantas berada di atas ranjangmu begitu?" Max menganggukkan kepalanya. "Ya. Kalimat seperti itu lebih cocok terdengar dari mulutmu." "Benar sekali. Itu adalah maksudku. Kalian memang sangat mengenalku dengan baik." Max dan Pet pun terdiam. Daniel jadi menatap mereka bingung. "Mari kita lanjutkan." "Selain itu ia juga sering menjadi penulis naskah di kantornya. Ia menulis beberapa episode di serial televisi dan episode hasil karyanya selalu mendapatkang rating yang bagus." "Penulis naskah?" gumam Daniel. "Kabar baiknya, kontrak kerjanya baru saja berakhir. Aku tidak tahu apakah ia berniat untuk melanjutkan kerja disana atau tidak. Akan tetapi yang jelas, sangat aman bila menculiknya." Pet pun menghela napasnya. "Kita terdengar seperti orang yang sangat jahat terhadap gadis itu." Max menganggukkan kepalanya setuju. "Tidak ada pilihan lain. Hanya itu yang bisa kita lakukan demi kebaikan." Daniel terdiam sejenak. "Bagaimana dengan keluarganya?" tanya Daniel penasaran. "Dia tidak memiliki keluarga dan besar di panti asuhan. Ia sudah lama tinggal disini sendiri. Jadi kurasa bila ia menghilang, hanya segelintir orang yang menyadarinya. Mungkin beberapa teman dekatnya?" Daniel terdiam sejenak ketika mengetahui fakta mengenai gadis itu. "Kekasihnya?" tanya Daniel kemudian. "Kau ingin mengencaninya?" tanya Pet. "Bukan. Bila ia memiliki kekasih, maka pasti kekasihnya yang akan paling menyadari bahwa ia menghilang. Itu tentu akan membuat kita dalam masalah." Max mengangguk mengerti. "Dari informasi yang ku dapatkan, ia sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa pun." "Bagaimana bisa kau mendapatkan semua informasi itu dengan cepat?" tanya Pet penasaran. Max menghela napasnya. "Aku sudah terbiasa. Jadi jangan terkagum-kagum seperti itu." Daniel pun teringat akan ponsel gadis itu. Ia segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. "Saat aku mendobrak pintu toilet. Ia sedang memegang ponselnya. Pasti ia merekam pembicaraanku dan Bella." Daniel mencoba untuk membuka kunci ponsel tersebut namun sulit karena berisi password yang harus ia pecahkan. Max segera mengambil ponsel itu dari tangan Daniel. Ia mengernyitkan kening ketika melihat wallpaper pada layar homescreen ponsel tersebut. "Robert Shawn?" gumamnya. "Itu sebabnya aku tadi terus bertanya apakah dia memiliki hubungan dengan sutradara itu." "Sepertinya dia hanya penggemar Robert," celetuk Pet. "Aku akan membawa ponsel ini." Max pun mengangkatnya ke udara. "Biar aku saja." Daniel berniat untuk mengambil ponsel itu kembali. "Jangan. Akan lebih aman bila bersamaku. Bila ada yang menghubunginya akan lebih mudah aku tangani." Daniel menghela napasnya dan akhirnya menyetujui ucapan Max. "Sampai kapan kita akan menculiknya?" tanya Pet. Daniel pun langsung menoleh kepada Pet. "Sampai beberapa bulan setelah filmku dirilis," sahut Daniel. "Kita akan menyembunyikan dia? Disini?" tanya Pet terkejut. Daniel menganggukkan kepalanya. Max terdiam untuk berpikir sejenak. "Sepertinya terlalu berisiko bila disini." Daniel dan Pet langsung menatap Pet dengan pandangan terkejut. "Apa maksudmu?" tanya Pet. "Kita harus membawanya ke pulau pribadi milik Daniel." "Apa kau gila?" gumam Daniel. "Bila dia disini, tidak ada yang akan menjaganya. Dia bisa kabur kapan saja. Akan lebih buruk bila paparazzi menemukannya keluar dari gedung apartemenmu." Daniel langsung teringat akan sesuatu. "Pet? Saat kita memasuki gedung ini, apakah kondisi benar-benar aman dari paparazzi?" tanya Daniel khawatir. "Tentu saja. Mobil kita sudah memiliki kaca jendela yang tidak tembus pandang. Lagi pula meski para paparazzi berada di dekat sini, mereka tidak pernah bisa menembus gerbang. Penjagaan disini ketat. Kau tentu tidak lupa bahwa ada banyak artis dan aktor yang tinggal disini." Daniel menganggukkan kepalanya dan menghela napas lega. "Bila dia tinggal disini, akan repot saat kita bekerja. Film 'The Week' akan segera rilis dan Daniel akan sangat sibuk. Kita juga. Jadi kurasa membawanya ke pulau pribadi Daniel akan menjadi satu-satunya cara terbaik." Pet berpikir sejenak kemudian menganggukkan kepalanya merasa setuju dengan pendapat Max. "Benar. Disana ada banyak asisten Daniel yang menjaga. Lagi pula bila dia kabur sekalipun, itu sangat tidak mungkin." Daniel terdiam sejenak. "Mengapa tidak disini saja?" tanyanya. "Itu hanya keinginanmu saja agar bisa melihatnya setiap hari," tebak Pet. "Benar. Dia sangat cantik dan dia bisa menjadi penyegar serta penyemangatku menjalani hari." Max menghela napasnya. "Kau lupa bahwa dia itu kau culik? Aku yakin dia akan melakukan pembrontakan saat sadar nanti." Daniel terdiam. "Benar juga. Dia tadi bahkan menendang milikku." Pet kemudian terkekeh. "Itu memang pantas untuk kau dapatkan." Daniel kemudian berdehem. "Jadi dia akan dibawa ke pulau pribadi? Kapan?" tanya Daniel. "Lebih cepat lebih baik." "Bagaimana bila besok?" tawar Pet. Daniel langsung menatapnya. "Besok adalah hari liburku. Kita tidak memiliki jadwal." "Ya, kau memiliki jatah libur dua hari sebelum menjadi sangat sibuk untuk acara perilisan film." Daniel pun kini terdiam. Ia berpikir sejenak. Tadinya ia ingin menikmati hari libur bersama beberapa gadis. Atau mungkin ia hanya akan bermasalan seharian.  "Sepertinya berlibur di pulau pribadi bukan hal yang buruk." "Apa maksudmu?" tanya Max. "Ya apalagi. Tentu saja aku akan ke pulau pribadi." Max mengernyitkan keningnya tidak percaya. "Jangan asal bicara. Kau harus tetap disini dan beristirahat. Aku dan Pet yang akan mengantarnya kesana." Daniel menatap Max dengan tidak percaya. Ia tentu tidak ingin melewatkan kunjungan ke pulau pribadinya. Sudah cukup lama sejak terakhir kali ia pergi kesana. "Aku ingin pergi kesana. Jadi sekalian saja." Pet pun menatap Daniel dengan intens. "Apa?" tanyanya pada Pet. "Aku akan mengawasimu." "Lakukan saja," ucap Daniel karena merasa sudah mulai terbiasa. "Jadi kita akan berangkat besok pagi." Max kemudian menghela napasnya dan menyandarkan punggung pada kursi. "Aku dan Pet akan menyiapkan beberapa hal. Kau bisa bersantai seperti biasa." "Tentu saja. Aku harus menghadapi banyak jadwal padat nanti." Daniel sudah ingin bangkit dari posisi duduknya namun Max kembali berbicara. "Sebaiknya malam ini Pamela berada di apartemenku atau Pet. Kurasa sangat berbahaya bila ia berada disini." "Apa maksudmu? Dia aman disini." "Maksudku adalah, kau predator yang bisa kapan saja memangsanya." Pet mengangguk karena merasa setuju dengan argumen Max. "Kalau begitu kau tidak tidur disini malam ini. Biarkan Pamela disini sendirian. Kau sebaiknya tidur di apartemenku." Max langsung bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Daniel. Ia kemudian menarik tangan lelaki itu. "Apa-apaan ini? Aku harus tidur di apartemenku." "Baiklah kalau begitu. Pet, tolong gendong Pamela dan bawa dia ke apartemenmu." "Hei? Apa? Tidak!" Daniel bersuara tidak terima. Pet sudah melangkah menuju kamar Daniel. Daniel pun segera berteriak. "Baiklah aku tidur di kamar Max!" "Bagus. Ayo! Aku sudah lelah seharian ini karena dirimu." Max langsung menarik tangan Daniel. "Pet, kemari cepat keluar!" pinta Daniel. Pet pun melangkah dengan santai di belakang Daniel. ---------- Ketika Pamela sadar, ia masih terdiam untuk berpikir. Lampu mewah yang ia lihat di langit-langit kamar membuatnya berpikir bahwa ia saat ini tengah bermimpi. Untuk itu Pamela pun kembali memejamkan matanya untuk melanjutkan tidur.  Akan tetapi detik kemudian ia tersadar dan langsung membuka mata. Pamela pun langsung bangun dengan posisi terduduk. Dirinya menatap ke sekeliling kamar dan merasa sangat asing dengan tempatnya berada sekarang. "Kamarku tidak mungkin sebagus ini sekarang." Pamela menampar wajahnya sendiri. Berusaha membuktikan bahwa ia hanya sedang berkhayal atau masih bermimpi sekarang. Akan tetapi setelah merasa kesakitan, dirinya sadar bahwa ini memang kenyataan. Matanya pun membulat karena terkejut. Ia kembali memperhatikan seisi kamar yang terlihat mewah. Kemudian pandangannya terhenti pada foto dalam bingkai besar yang menempel di dinding. Ia memandangi lelaki dalam foto itu. Pamela benar-benar mengingatnya sekarang. Ia telah diculik oleh aktor ternama yaitu Daniel Christian. Ketika melihat foto lelaki itu yang terpampang dengan nyata di dinding, Pamela yakin bahwa sekarang ia tengah berada di kamar lelaki itu. Ia melihat ke arah tubuhnya, pakaiannya masih lengkap. Pandangannya pun bergerilya mencari tas yang dibawanya saat pergi. Ia menemukannya di atas nakas. Pamela langsung mengambil tas itu dan membukanya untuk mencari ponsel miliknya. "Ponselku dimana?" Pamela berdecak sebal ketika tidak menemukan ponselnya dimana pun. Ia pun baru teringat bahwa ponselnya berada di tangan lelaki itu. Pamela memejamkan matanya dan mengumpat. "Sebenarnya aku ini dimana!" Pamela langsung bangkit dan menatap ke sekitar. Ia menatap ke jendela kaca besar yang gordennya sedikit terbuka. Pamela melangkah kesana dan menatap ke arah luar. "Oh, balkon." Dirinya pun memilih untuk membuka jendela besar yang rupanya  merupakan pintu kaca. Langkah kakinya pun maju hingga ia bisa merasakan hembusan angin pagi dari balkon tersebut. "Wah, pemandangan yang indah." Pamela merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Ia kemudian menghirup udara segar seraya merentangkan kedua tangannya. "Ini sangat indah." Dirinya kemudian tiba-tiba menghentikan kegiatan. "Apa yang sebenarnya aku lakukan?" Dirinya pun benar-benar berhenti melakukan itu dan segera melangkah untuk kembali ke kamar. Dirinya mengambil tasnya kemudian melangkah menuju pintu. Ketika tangannya telah menyentuh gagang pintu, Pamela membalikkan tubuhnya dan menatap ke sekeliling kamar. "Jangan-jangan ponselku diletakkan di sekitar sini." Pamela kembali berbalik dan mulai mencari-cari dimana pun tempat yang sekiranya bisa ia cari. Mulai dari laci nakas, di bawah bantal, di bawah ranjang. Di meja dekat televisi beserta laci-lacinya. Dirinya bahkan sampai masuk ke kamar mandinya. "Benar-benar mewah," gumamnya ketika ia melihat walk in closet lelaki itu. Dirinya segera menggelengkan kepala dan teringat akan tujuan utamanya. Ketika tidak menemukan ponselnya dimana pun, Pamela segera melangkah dengan cepat keluar dari kamar. Ia sebenarnya sangat takjub dengan keindahan dan kemewahan tempat ini. Akan tetapi dirinya harus segera kembali. Lagi pula ia merasa kesal karena tujuan utamanya semalam untuk bertemu Robert Shawn menjadi gagal karena lelaki itu. Bila tahu akan seperti ini, Pamela tidak akan pernah pergi ke toilet saat ini. Dirinya terdiam sejenak ketika melihat telepon rumah yang berada di atas meja. Ia berusaha mengingat nomor ponsel yang dihafalnya sehingga dapat dihubungi. Sayangnya ia hanya mengingat nomor ponselnya saja dan tidak mungkin Pamela menghubungi ponselnya. Ponselnya itu berada di tangan lelaki jahat yang membawanya kemari.  Teringat akan lelaki itu, Pamela pun mengalihkan pandangannya ke segala arah. Ia tidak melihat siapapun sejak tadi. Entah dimana lelaki itu berada. Sepertinya Pamela harus bergerak dengan cepat. Ia pun menghampiri telepon itu dan mulai berpikir siapa yang sekiranya bisa ia hubungi. Dirinya juga sedang berusaha untuk mengingat nomor telepon. Ia jadi menyesal tidak pernah mengingat nomor telepon siapa pun. Akan tetapi ia ingat satu nomor telepon. "Tapi itu nomor telepon delivery, astaga!" Bisa-bisanya Pamela hanya mengingat nomor telepon delivery makanan favorit sekaligus langganannya.  Matanya pun membulat ketika ia tahu siapa yang harus ia hubungi. "Bagus. Untungnya Riana pernah memberitahukan ini." Pamela benar-benar berterima kasih pada rekan kerjanya itu karena pernah berbicara sadis padanya. Jika tidak, maka Pamela tidak akan pernah mengingat nomor telepon polisi. Sambungan telepon pun terdengar dan Pamela merasa lega. Ia hanya tinggal menanti hingga telepon diangkat dan dirinya akan segera mengatakan kebenaran bahwa ia diculik oleh aktor Daniel Christian. Meskipun Pamella tidak tahu dimana dirinya berada, tetapi ia yakin polisi pasti dapat melecak keberadaannya saat ini. Untuk itu ia tidak perlu khawatir. "Halo-" Baru saja terdengar panggilan telepon diangkat dan Pamela hendak bicara. Gagang telepon itu diambil secara paksa dari telinganya kemudian diletakkan kembali di tempat sehingga panggilan telepon terputus. Pamela membulatkan mata terkejut ketika merasakan ada seseorang di belakangnya. Sangat tepat di belakangnya sehingga ia seperti dipeluk dari belakang.  Pamela memutar tubuhnya dan seketika langsung merasa terkejut karena melihat Daniel Christian yang kini berdiri sangat dekat dengan dirinya. Jarak wajah mereka hanya beberapa senti dan Pamela berani bersumpah. Ketampanan lelaki itu benar-benar seperti titisan Dewa Yunani. Wajahnya seolah dipahat dengan begitu sempurna. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan intens sehingga membuat Pamela merasa terintimidasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD