Chapter 4

1789 Words
Daniel segera mencegah Pet yang berniat untuk menggendong Pamela.  "Biar aku saja." Lelaki itu pun langsung menggendong Pamela ala bridal style dan Pet melangkah untuk menekan tombol lift. Pet hanya menggelengkan kepalanya begitu melihat Daniel yang terus saja memperhatikan wajah gadis itu. "Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Dan." Pet langsung mengatakannya begitu mereka memasuki lift dan pintu lift tertutup. Ucapan itu membuat Daniel mengalihkan pandangannya sejenak kepada Pet. "Berhentilah menerka-nerka." Pet pun terkekeh. "Max berpesan agar aku memastikanmu tetap waras untuk tidak menidurinya." Kini Daniel yang terkekeh. "Bukankah aku tidak waras sejak awal?" Melihat seringaian yang sangat jelas di wajah Daniel, Pet pun menghela napasnya. Bisa-bisanya ia berurusan dengan Daniel seperti ini. "Aku akan memastikan kau waras." Pintu lift pun terbuka dan Pet melangkah lebih dahulu untuk dapat menekan password di pintu apartemen. Mereka tinggal bersebalahan. Baik Daniel, Pet, ataupun Max tinggal di gedung apartemen ini. Itu hanya untuk mempermudah pekerjaan ketiganya. Di antara mereka bertiga, hanya Pet dan Daniel yang bekerja sesuai passion mereka. Sementara Max akhirnya meninggalkan karir di dunia bisnis dan tergoda menjadi manager Daniel setelah berbagai penawaran menarik yang diberikan Daniel. Max memang paling cocok untuk menjadi manager Daniel. Selain itu mereka sudah bersahabat sejak lama jadi pasti terasa lebih nyaman bila bekerja sama. Sementara Pet sebenarnya adalah orang yang sangat kaya. Meski ia dikenal sebagai supir Daniel dan juga asistennya, tetap saja lelaki itu tidak bisa dianggap biasa saja. Ia memiliki banyak saham di berbagai perusahaan berkat kepiawaiannya mengelola keuangan. Meski dulunya berasal dari keluarga yang sederhana, kini ia benar-benar kaya berkat usahanya sendiri. "Hei, itu bukan apartemenku." Daniel langsung menegurnya ketika Pet justru menekan password di pintu apartemennya. "Ini memang bukan apartemenmu." Daniel pun mengernyitkan keningnya. "Tolong tekankan pintuku." "Kemarilah, Dan. Pamela akan bermalam di apartemenku." Daniel pun berdecak kesal tidak terima. "Apa kau gila?" "Aku lebih waras darimu. Kemarilah." Daniel menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mempercayakannya padamu." Pet pun menghela napasnya merasa kesal. "Daniel Christian-" "Ayolah, Pet. Aku tidak akan segila itu. Kapan lagi ada perempuan cantik masuk ke dalam apartemenku." Pet pun berdecak sebal. Ia kemudian kembali menutup pintu apartemennya dan melangkah menuju pintu apartemen Daniel. Sepertinya ia harus menginap disana malam ini. ---------- "Berhentilah memandangi dirinya. Kau benar-benar terlihat seperti predator." Daniel lantas menatap Pet dengan tatapan mencemoohnya. "Apa kau akan benar-benar mengawasiku 24 jam disini?" Pasalnya Pet sejak tadi duduk di sofa kamar Daniel dengan nyaman. Matanya memperhatikan gerak-gerik Daniel. Padahal sejak tadi Daniel hanya diam saja dan tidak melakukan apapun. "Ya. Aku sudah biasa melakukannya." Pet memang adalah pawang yang tepat untuk Daniel dalam beberapa kasus. "Aku merasa bosan karena ada kau disini." "Aku mendengarnya sebagai 'pergilah dari sini, aku ingin melakukan sesuatu pada Pamela'." Daniel menghela napasnya. "Bukan begitu. Aku tidak nyaman bila diawasi terus-terusan. Kau benar-benar melanggar privasiku." Pet kini menghela napasnya. Entah sudah berapa kali ia menghela napas sejak tadi karena tingkah Daniel. Lelaki itu kadang menjadi teman yang sangat menyenangkan namun juga kadang sangat menyebalkan hingga Pet tidak tahu harus bagaimana menanganinya. "Aku sudah biasa masuk kesini untuk membangunkanmu dan apartemenmu ini sudah seperti tempat tinggal untuk aku dan Max." "Tapi kali ini aku butuh privasi." "Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan, Dan?" Daniel pun menghela napasnya dengan keras kemudian bangkit dari posisi duduk di atas ranjang. "Berhentilah memandangku, Pet! Kau seperti para gadis yang tergila-gila padaku." Lelaki itu kemudian keluar dari kamar dan meninggalkan Pet. Pet pun kembali menghela napasnya. Baru beberapa detik pintu kamar Daniel tertutup, lelaki itu kembali muncul dengan tiba-tiba. "Kapan Max kembali?" tanyanya dengan setengah tubuh dari pinggang yang muncul di pintu. "Kau merindukannya?" tanya Pet. "Kau memang sialan, Pet!" "Kau mau kemana?" "Kemana saja! Aku risih ditatap olehmu." "Jangan bodoh. Aku tidak bisa mengawasimu bila kau pergi." "Itu bagus. Awasilah gadis itu." Pintu lkamar pun secara tiba-tiba dibanting dengan keras "Kau yakin? Aku akan tidur bersamanya bila begitu." Pintu kamar kembali terbuka dan Daniel langsung melangkah menuju ranjangnya. "Kenapa kembali?" tanya Pet heran. Daniel tidak menjawabnya dan langsung merebahkan diri di sebelah Pamela. Ia tidur di atas ranjang dan langsung memejamkan matanya. "Hei! Kau gila." Pet langsung bangkit dari posisi duduknya. Ia memang harus berhati-hati bila Daniel benar-benar sedang tertarik untuk meniduri perempuan. Lelaki itu bisa saja berbuat kesalahan bodoh. Entah sudah berapa model yang hamil karena ulah lelaki itu. Daniel memang benar-benar b******k. Pet tidak mau lagi berusaha dengan banyak perempuan yang minta dinikahi oleh Daniel. Akan lebih mudah bila ia mencegah Daniel melakukan hal bodoh yang berpotensi menimbulkan masalah dibandingkan dirinya harus mengatasi masalah yang timbul akibat kebodohan Daniel. "Aku hanya tidur dan memejamkan mata di atas kasurku." Pet pun menyilangkan tangannya di depan d**a. "Aku akan mengawasimu." "Silahkan saja." ---------- Max memasuki apartremen Daniel dan langsung melangkah menuju kamarnya. Ketika masuk ia melihat Daniel yang tengah tertidur di atas kasur bersebelahan dengan perempuan cantik yang baru saja mereka culik dari acara gala premiere film 'KNIFE'. "Bagaiamana?" tanya Pet yang melihat kedatangan Max. Max pun langsung menghela napasnya. "Si b******k Daniel benar-benar selalu merepotkan!" keluhnya. "Aku mendengarnya, Maximus!" Daniel langsung bangkit dari posisi tidurnya dan melangkah menghampiri Max. "Akhirnya dia sedikit tahu diri untuk tidak tidur nyenyak di posisi seperti ini," gumam Max. "Dia memang hanya pura-pura tidur sejak dua jam yang lalu," sahut Pet. "Jadi, mari kita makan malam seraya membicarakan si gadis cantik di ranjangku." Daniel memberikan senyuman termanisnya kepada Max dan Pet. Senyuman yang selalu berhasil membuat para perempuan menjerit kegirangan namun senyuman itu justru membuat Max dan Pet merasa jijik. --------- Mereka telah berkumpul di meja makan untuk membicarakan mengenai masalah yang baru saja terjadi. Untungnya Max tadi sempat memesan makanan delivery di perjalanan pulang sehingga makanan itu telah tiba begitu Max juga tiba di apartemen. Mereka pun makan terlebih dahulu atas permintaan Pet. Lelaki itu sengaja meminta mereka makan malam agar terdapat sedikit jeda untuk saling menenangkan diri dan berpikir. Di antara mereka bertiga, memang Pet yang paling santai dan bisa bersikap tenang ketika ada masalah. "Ini sangat enak. Sudah lama aku tidak makan makanan seperti ini." "Tidak ada yang melarangmu makan apapun. Kau sendiri yang pemilih untuk mempertahankan otot-otot perutmu itu." "Ya. Para gadis suka menyentuhnya saat kami bersetubuh." "Kau membuat nafsu makanku hilang," keluh Max. "Karena gairahmu meningkat?" tanya Daniel. "Kau benar-benar menjijikkan, Dan."  Pet menghela napasnya melihat perdebatan kecil yang biasa ia lihat. Daniel dan Max memang seperti itu. Suka memperdebatkan hal kecil yang tidak perlu. "Tidak bisakah kalian saling diam dan menghabiskan makanan dengan tenang?" tanya Pet. "Aku bisa. Daniel saja yang terlalu banyak bicara." "Aku tadi bicara pada diriku sendiri. Kau saja yang menyahut." Pet pun menggebrak meja dan membuat Max serta Daniel terkejut. Hal itu pun kemudian membuat Daniel terkekeh. Mereka kemudian melanjutkan kegiatan makan malam hingga semuanya menghabiskan makanan di piring mereka. "Baiklah. Kita mulai dengan Bella," ujar Max. Daniel menghela napasnya karena merasa tidak tertarik dengan topik pertama. Ia merasa tidak perlu membicarakan mengenai hal itu karena tidak perlu dikhawatirkan. "Aku akan bicara dengan Bella nanti. Jadi mari kita bicarakan Pamela." "Jangan bodoh. Aku akan memberikan informasi penting." Daniel pun menghela napasnya. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. "Baik, katakanlah." "Bella tadinya ingin mengatakan bahwa ia hamil. Ia akan memutuskan hubungan dengan Edward." "Apa dia gila?" tanya Daniel tidak menyangka. "Tapi aku berhasil merubah pikirannya. Dia benar-benar gila kalau ingin mengatakan pada publik bahwa dia hamil anakmu." "Dia memang hamil anak Daniel," sahut Pet. "Bukan itu masalahnya, Pet. Kalau dia mengatakan itu pada publik. Itu akan menghancurkan namanya. Ia tidak berpikir seberapa besar dampak yang diperoleh bila ia melakukan itu." Daniel menganggukkan kepalanya karena setuju dengan pendapat Max. "Lalu selanjutnya bagaimana dengan Bella?" tanya Pet. "Daniel harus bicara padanya." "Untuk apa?" tanya Daniel heran. "Tentu saja untuk meyakinkannya lagi. Bella pasti akan lebih yakin bila kau yang mau bicara dengannya. Katakan saja kembali dampak-dampak yang akan muncul. Lagipula kalian tidak saling mencintai. Aku tahu kau juga tidak ingin terikat pernikahan. Apalagi hanya karena hubungan satu malam." Pet kemudian tertawa. "Baiklah. Aku akan bicara dengan Pamella nanti." "Kalau bisa kau bicara secara langsung dengan menemuinya, Dan. Bukan hanya melalui telepon. Pembicaraan ini cukup serius." Daniel menghela napasnya. "Itu pasti sulit. Aku yakin ada banyak paparazzi yang sedang menyorotnya saat ini. Infotainment saja sedang ramai memberitakan mengenai reaksi Bella atas adegan romantis yang dilakukan Edward dengan Adelay di film terbaru ini. Menemuinya hanya menimbulkan masalah." "Ya! Kau sudah tahu itu tapi bisa-bisanya berbincang dengan Bella di toilet wanita." "Dia yang menarik tanganku dan menangis, astaga!" Daniel mengusap rambutnya kasar. "Baiklah. Karena situasi sedang berbahaya, kau cukup bicara via telepon. Tapi pastikan masalah mengenai Bella beres." "Itu mudah." "Jangan terlalu meremehkan segala hal, Dan." Pet mengingatkan. "Baiklah, baiklah." Daniel memilih untuk mengalah karena malas untuk berdebat. "Apa ada lagi yang perlu dibicarakan mengenai Bella?" tanya Daniel. "Pastikan urusan dengan Bella benar-benar selesai. Filmmu akan segera rilis dan jangan membuat masalah apapun." Daniel merasa tertampar karena baru ingat ia memiliki film yang akan segera rilis. Film yang digadang akan menembus box office dalam waktu cepat. "Ah, benar. Aku jadi ingat masa syuting dengan Caroline yang cantik." Lawan mainnya adalah Caroline Huntington. Seorang artis muda ternama dengan segudang prestasi yang cantik dan seksi.  "Berhentilah hanya memikirkan wanita seksi," pinta Max kemudian. "Baik. Ayo lanjutkan pembicaraan." pinta Daniel. "Masalah ini akan menjadi sangat serius bila tidak hati-hati. Ajang penghargaan HA akan segera digelar. Film 'KNIFE' akan menjadi saingan film 'The Week' dalam bulan ini. Kemungkinan besar keduanya akan masuk dalam nominasi yang sama." Daniel menganggukkan kepalanya. "Pada akhirnya akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku dan Edward yang bersaing sengit." Max menganggukkan kepala setuju. "Padahal kalian sangat akrab, tapi dalam dunia Hollywood, kalian selalu dijadikan dalam posisi yang bersaing." "Strategi marketing," sahut Pet. "Ya seperti itulah. Jadi pastikan kau mengurus Bella dengan baik, Dan. Bila dia buka mulut, karirmu benar-benar akan hancur." "Ayolah. Aku hanya akan terlibat skandal saja." Pet pun berdecak sebal. "Tapi Ayahmu akan langsung melaksanakan serah terima jabatan CEO dan aku berani bertaruh aku akan segera menjadi groomsmen." Daniel membulatkan matanya saat mengingat fakta itu. "Ah, tidak! Itu mengerikan dan itu benar-benar kehancuran hidupku." "Maka dari itu berhentilah bertindak gegabah dan tahan junior-mu itu." Keheningan pun tiba karena Max dan Pet sedang memperhatikan ekspresi wajah Daniel. Lelaki itu saat ini pasti sedang overthinking mengenai kemungkinan terburuk bila dirinya menjadi CEO. "Apa bahasan mengenai Bella sudah bisa diakhiri?" Max terdiam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya. "Bagus. Mari bicarakan mengenai Pamela," ucap Daniel dengan sangat bersemangat. "Kau terdengar terlalu bersemangat," sindir Pet. Ekspresi Daniel sebenarnya sudah cukup serius. "Mari bicarakan dengan serius," pinta Daniel. Pet dan Max pun mengangkat satu alisnya menatap Daniel yang tiba-tiba ingin serius. "Jangan sampai aku menjadi CEO. Jika iya maka Max yang biasanya menjadi managerku akan menjadi pengangguran. Dan Pet yang biasa menjadi supir serta asistenku juga akan menjadi pengangguran."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD