Chapter 11. Jangan Mengungkit Masa Lalu

1021 Words
Happy Reading. Gazelle masih sibuk dengan laptopnya di atas meja makan, sedangkan Gisella sudah sibuk memakan cereal dengan s**u hangat. Tadi mommy mereka berpesan jika mereka harus makan siang dulu karena belum bisa pulang cepat. "Apa kau tidak lapar, Gazelle?" "Tidak, aku nanti saja menunggu mommy," jawab Gazelle masih fokus pada layarnya. "Apa tadi kau tidak dengar jika mommy menyuruh kita untuk makan cereal terlebih dahulu, mommy pasti sangat sibuk jadi belum bisa pulang," jawab Gisella. Gazelle tidak menjawab, dia masih menyibukkan diri dengan kegiatannya yang menurutnya begitu penting, padahal itu bukan hal yang penting sama sekali. Gisella melirik layar kakaknya yang kini sudah berpindah menjadi sebuah angka-angka yang tidak jelas. "Kenapa sekarang kamu jadi sibuk memata-matai mommy?" tanya Gisella. "Karena mommy butuh kita," jawab Gazelle membuat Gisella mencebikkan bibirnya. Kakaknya itu sekarang benar-benar gencar mencari tahu identitas sang ayah biologis mereka. "Sial, mommy pasti sudah bertemu dengan pria itu karena ternyata yang memimpin perusahaan itu yang sekarang adalah Arsenio!" seru Gazelle menggebrak meja makan hingga menimbulkan suara yang sedikit keras. Gisella langsung menoleh menatap sang kakak. "What? Jadi akhirnya mommy ketemu sama daddy setelah 8 tahun bersembunyi? Bagaimana pertemuan mereka sekarang? Apakah masih ada dendam yang membara, ataukah akan ada adegan saling pukul memukul atau mereka berpura-pura tidak saling mengenal?" tanya Gisella. Tentu dia sangat penasaran dengan reaksi sang ayah yang sudah lama tidak pernah bertemu dengan wanita yang dulu pernah dia lukai hatinya itu. "Ini tidak bisa dibiarkan Gisel, aku tidak sudi jika mereka harus bertemu secepat ini!" Gazelle nampak begitu marah ketika mengetahui jika ibunya bertemu dengan pria yang telah menyakitinya. Gazelle adalah anak yang cerdas bahkan dia memiliki otak yang jenius, dia tahu apa penyebab dirinya dan Gisella hadir dan juga bahkan meskipun Keyla tidak menceritakan kepada mereka kejadian waktu dulu, sebagai seorang anak Gazelle sudah paham dengan situasi yang terjadi saat itu. "Iya, tapi mau bagaimana lagi, buktinya perusahaan pertama yang diajak kerjasama oleh perusahaan uncle Pedro adalah Saputra corporation dan setelah ku selidiki memang perusahaan itu adalah perusahaan turun temurun dari keluarga Saputra. Nama Saputra cukup terkenal di Indonesia dan juga mancanegara karena jaringan koneksi mereka sudah sampai ke Eropa bahkan ada beberapa cabang yang berada di Asia tenggara, tentu saja Uncle Pedro memilih perusahaan itu karena bisa menguntungkan bagi perusahaannya," ujar Gisella panjang lebar. "Kita harus buat rencana untuk membalas dendam kepada deddy!" Gisella langsung memulai ketika mendengar ucapan Gazelle. Bahkan gadis cantik itu membuka rahangnya lebar. "Barusan kamu memanggilnya apa? Deddy? Apa sekarang kau sudah bisa menerimanya?" Gisella berseru senang. Sedangkan Gazelle langsung mendengus kesal. "Meskipun aku sangat membencinya tapi karena dia tidak ada di dunia ini entah bagaimana caranya pria itu menaburkan benih ke dalam rahim mommy—" "Gazelle, stop! Usiaku masih 7 tahun dan aku tidak mengerti bagaimana cara reproduksi seperti itu, jadi tolong jangan bahas di depan anak kecil ini, ya?" "Tapi kau tahu bagaimana caranya reproduksi tumbuhan dan hewan," sela Gazelle. "Ya, itu ada di pelajaran sekolah, Gazelle!" "Kau masih kelas satu Elementary school, pelajaran seperti itu belum ada, belum di pelajari, adikku yang cerewet!" "Oke, mungkin karena otak kita yang cerdas, sehingga menurut ku seharusnya kita sudah kelas 6," kedua anak yang lahir dari rahim yang sama itu pun mendebatkan hal yang tidak perlu. Karena anak seusia biasanya masih bermain boneka atau menggambar. Tetapi Gazelle dan Gisella sudah bisa meretas pengamanan milik pemerintah Amerika. *** Keyla akhirnya tidak tahan dengan sikap Arsen yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Dengan keras dia menginjak kaki Arsen membuat pria itu mengaduh dan melepaskan Keyla. "Aww, Key ini sakit sekali!" "Aku tidak akan segan-segan menendang asetmu jika berani melakukan hal ini lagi padaku, ingat Arsen. Jangan pernah mengungkit masa lalu lagi, semua itu terlalu menyakitkan untukku dan seharusnya kamu membenci ku seperti dulu, aku malah suka!" Keyla berjalan meninggalkan Arsen, tetapi baru lima langkah dia berhenti dan berbalik. "Anggap saja kita tidak pernah kenal sebelumnya dan aku akan bisa bersikap lebih profesional lagi!" ujar Keyla. Wanita itu melanjutkan langkahnya untuk menemui Pedro, dia akan pamit dan pulang saat ini juga. Keyla sudah tidak ingin bertemu lagi dengan pria itu. "Ayo, Pedro. Kita pulang. Aku tadi sudah berpamitan pada tuan Arsenio," ajak Keyla menarik lengan Pedro. "Oh, baiklah. Maaf tuan Ibnu dan Nona Kartika, kamu permisi dulu," ujar Pedro berpamitan kepada dua orang itu. Sedangkan di toilet, Arsen hanya bisa menghela nafas panjang, dia tahu pasti akan sulit untuk mendapatkan maaf dari Keyla. Tetapi dia akan terus berusaha. Arsenio tersenyum, tadi apa yang di ucapkan oleh Keya? Anggap saja mereka tidak saling kenal? Baiklah, dengan seperti ini malah akan membuat Arsenio senang, dia akan menjadikan momen itu untuk berkenalan kembali dengan Keyla. Ya, dia akan mulai semua dari awal, Arsen akan mengenal Keyla lebih dalam dan akan dia ambil hatinya kembali. "Ya, aku akan menuruti kata-katamu, Key. Aku akan membuatmu nyaman berada di dekatku lagi," gumam pria itu. *** Pedro hanya melirik wanita di sampingnya ini tetapi tidak berani bertanya pada Keyla. Pedro bisa melihat jika wajah Keyla berubah menjadi pucat, dia tidak memiliki semangat dan seperti orang yang sedang sakit. Padahal tadi pagi Keyla begitu bersemangat dan ceria, sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi dengan sahabat sekaligus sekretarisnya itu. Pedro tidak berani menanyakan pada Keyla karena dia tahu bagaimana tempramen Keyla. Wanita itu bisa marah jika hatinya sedang tidak baik. Pedro memilih untuk diam saja sampai Keyla bercerita sendiri padanya. Wanita itu memang tidak mengatakan pada Pedro jika pria yang menjadi alasannya pergi ke Mexico dan bersembunyi di sana adalah Arsenio Abian Saputra. Berulang kali Pedro bertanya dan ingin tahu siapa ayah biologis si kembar, Keyla hanya diam saja atau menggeleng. Karena Keyla sudah mematikan nama itu di otaknya. "Pedro, apa kita masih bertemu dengan tuan Arsen lagi?" Pedro langsung mengangguk. "Ya, kita harus menyiapkan surat-surat untuk penandatanganan kontrak kerjasama, jadi kita akan membuat jadwal lagi untuk bertemu mereka," jawab Pedro. Keyla menghela nafas, kalau begitu nanti dia tidak perlu ikut bertemu dengan Arsenio, mungkin bisa dengan alasan tidak enak badan. Karena Pedro saja sudah cukup kalau hanya masalah penandatanganan kontrak kerjasama itu. Mereka berhenti di sebuah gedung apartemen, keduanya keluar dari dalam taksi tanpa mereka tahu ada yang telah membuntuti. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD