5. Scandal

1110 Words
"Apa kamu hanya akan duduk seharian di sana?" Alexa mendongakkan wajahnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Halen. Berdecak pelan, lalu mengganti saluran televisi sambil meraih satu bungkus snack di meja. "Jika tidak? Apa aku harus berjalan-jalan di luar?Menunjukkan wajah di hadapan banyak orang?" "..." Halen terdiam beberapa saat. "Bu-bukan itu maksudku- ... Tapi apa tidak ada hal lain yang dapat kamu lakukan selain duduk di sana menonton televisi?" Halen terlihat geram. "Ini sudah empat jam kamu di sana tak melakukan apapun." "Tunggu! Bukankah harusnya hari ini ada kelas yoga? Sekarang sudah jam satu siang. Di mana instrukturnya?" tanya Halen sambil melirik jam dinding di sebelah kanannya. "Hari ini libur." "..." Halen yang baru mengeluarkan ponsel berniat menghubungi instruktur yoga sontak menatap Alexa dengan kening mengernyit. "Libur? Siapa yang bilang?" "Aku. Barusan aku bilang. Kamu tidak mendengarnya?" Raut wajah Halen langsung menjadi datar. Sedetik kemudian dia menjerit. "Alexaa!!" Alexa bahkan terkejut dan tak berpikir Halen akan benar-benar berteriak padanya. "Kamu ... Kenapa akhir-akhir ini kamu terus berteriak padaku? Kamu lupa, aku ini lebih tua dua tahun darimu. Kamu harus lebih sopan." Halen berdecak. "Kamu lupa, aku seperti ini juga karena kamu yang terus berulah." "Matikan televisinya sekarang. Akan ku telpon instrukturnya." Halen menunggu, tapi sepertinya Alexa tak mengindahkan apa yang dikatakan sepupunya. Bahkan dia menyembunyikan remot di balik punggung agar Halen tak bisa mematikan televisinya. Tentu melihat hal itu Halen tidak tinggal diam. Dia bangkit meninggalkan tempatnya dan berjalan ke tempat Alexa. "Sini! Kemarikan remotnya." Karena niat baik tidak diindahkan Halen hanya bisa melakukannya secara paksa. Kendati demikian Alexa tidak menyerah, mengakibatkan pertarungan di antara kedua sepupu itu. "Matikan, Alexa!" "Tidak!" Saat keduanya masih berebut remot tanpa sengaja chanel televisi yang ditonton beralih. Yang semula memperlihatkan acara olahraga sekarang berubah menjadi saluran gosip. "Hei! Kembalikan, tidak?!" ancam Alexa setelah kehilangan penguasaan remotnya. "Tidak!" Halen berniat menekan tombol power untuk mematikan televisi itu. Namun dia menahan jempolnya saat melihat beberapa wajah tak asing yang muncul di depannya. "Alexa ...." Alexa juga melepas tarikan tangannya saat melihat siapa yang muncul di televisi. Siapa lagi jika bukan pasangan tidak tahu malu itu. Reyhan dan Carissa, yang dengan pedenya tampil di depan kamera. "Mas Reyhan. Bagaimana pendapat Mas Reyhan tentang rumor yang beredar beberapa hari ini?" Beberapa wartawan tampak mengerubungi mereka dan meminta komentar Reyhan tentang foto Alexa dengan seorang pria di bar. Menanggapi pertanyaan itu Reyhan tampak tersenyum sekilas sebelum memperlihatkan ekspresi terpukul. "Saya juga terkejut melihat foto-foto itu. Saya tidak menyangka saya akan dikhianati. Padahal saya adalah pria yang sangat setia. Tapi sudah seperti ini ... Jadi saya pikir sudah waktunya untuk menjalani hidup masing-masing." Keripik kentang di tangan Alexa hancur lebur dan jatuh berhamburan ke lantai. Tangannya benar-benar terkepal. Sangat emosi mendengar pria itu menyebut dirinya sebagai pria yang setia. Halen di samping juga ikut kesal melihat wawancara tersebut. Dia melirik ke Alexa, kemudian mengambil nafas dalam sebelum membantunya duduk kembali ke sofa. "Apa ku bilang? Jangan melihat televisi untuk sementara waktu." Saat itu, Halen berniat mematikan televisi. Namun niatnya kembali tertunda saat mendengar pertanyaan seorang wartawan pada Carissa. "Mbak Carissa. Menurut beberapa sumber yang ada Mbak Carissa dipilih untuk peran utama wanita menggantikan Alexa yang karena scandal ini dikeluarkan dari tim. Apa itu benar? Bagaimana tanggapan Mbak Carissa?" Carissa diam cukup lama sambil memandang ke arah kamera. "Ya. Sebenarnya saya juga tidak enak untuk menerima projek ini memikirkan dia yang lebih senior. Tapi kalian juga pasti tahu jika scandal ini membuat tim produksi marah besar. Ini adalah usaha terbaik yang bisa saya lakukan untuk mendukungnya sebagai junior." "Wah! Mbak Carissa junior yang sangat baik. Bahkan saat senior membuat scandal seperti itu Mbak Carissa masih mau mendukungnya. Mbak Alexa mungkin harus mengucapkan terima kasih suatu hari nanti." Halen langsung mematikan televisi. Begitu muak dan marah melihat kedua orang itu berkomentar seolah tidak melakukan kesalahan. "Benar-benar- ... Dua puluh tujuh tahun aku hidup belum pernah bertemu orang yang tidak tahu malu seperti mereka. Mereka ...." Halen sangat kesal sampai tidak bisa menemukan kalimat yang pas untuk menggambarkan kekesalannya. "Tapi Alexa. Mungkin ... Eh! Di mana dia? Ku yakin barusan masih di sini." Halen tidak menyadari Alexa sudah berjalan ke kamarnya. Tampak terburu-buru sambil membawa ponsel yang membuat Halen cepat-cepat mengejarnya. "Hei! Kamu mau hubungi siapa?" "CEO. Aku mau mendengar penjelasannya. Dia tidak bisa seenaknya membuat keputusan tanpa bicara dulu denganku. Bahkan jika dia punya kuasa, dia juga masih harus bicara sebelum memberikan peran utama wanita itu pada orang lain." Tut... Tut... Tut... Panggilan telepon tidak terangkat. Alexa mencobanya sekali lagi. Berharap akan ada jawaban. Namun seolah sengaja mengabaikan telepon darinya sekali lagi panggilan itu tidak terangkat. "Mungkin CEO sibuk," timpal Halen. "Sibuk? Jika aku orang asing aku akan berpikir begitu. Tapi jangan kira aku ini tidak tahu jika dia mengalihkan hampir seluruh pekerjaannya ke asisten. Aku yakin dia sengaja tidak menjawabnya." ___ Sementara itu, kantor CEO Primera Entertainment. "Lihat! Dia sudah menelpon lima kali. Dia pasti melihat siaran gosip itu di TV. Kamu yakin ini tidak akan jadi masalah?" Ferry Roy, pria 43 tahun yang juga merupakan CEO agensi Primera Entertainment itu bertanya pada sosok pria di depannya. "Anda tidak perlu khawatir. Bahkan jika dia datang ke sini dia tidak akan bisa melakukan apapun karena scandal yang dibuatnya sendiri. Selain itu sebagai sutradara film ini saya juga memiliki pengaruh untuk menggantikan aktris yang bermasalah. Ini telah diputuskan." "..." Ferry jauh merasa tenang setelah mendengar hal itu. Tidak masalah jika bukan Alexa. Yang terpenting posisi pemeran utama dalam film tersebut masihlah berasal dari agensinya. "Omong-omong, saya penasaran tentang satu hal. Apa hubungan kalian benar-benar berakhir?" Reyhan diam beberapa saat sebelum mengangguk. "Walaupun tepat sehari setelah foto itu tersebar dia menelpon menjelaskan situasinya, masih terlalu sulit untuk menjaga hubungan ini tetap berlanjut. Kami memutuskan mengakhirinya tanpa ada perasaan dendam." "Begitukah? Dia sampai menelpon menjelaskan situasinya?" tanya Ferry terdengar ragu karena itu terdengar seperti bukan Alexa yang dia kenal. "Saya bisa menunjukkan pesan-pesan yang dikirimnya jika Anda ingin melihat." "Oh! Tidak perlu sejauh itu. Saya tak mau terlibat terlalu jauh," tolak Ferry saat melihat Reyhan benar-benar mengeluarkan ponselnya. Hanya dengan melihat kepercayaan diri yang ditunjukkan dia tahu apa yang dikatakan Reyhan kebenaran. Reyhan tersenyum. Pria itu kemudian bangkit dari sofa lalu berpamitan. Dia berjalan keluar melewati pintu ruangan itu sembari sembari tangannya menggulir ruang obrolan yang sebenarnya terlihat kosong. Sudah tidak ada pesan dari Alexa sejak malam itu. Semua yang dikatakannya adalah kebohongan. Namun Reyhan tidak menyesal. Dia tahu sudah tidak punya harapan untuk hubungan mereka. Mustahil Alexa akan mau menerimanya kembali setelah apa yang terjadi di kamar hotel waktu itu. Dia berpikir daripada memohon pada Alexa lebih baik mempertahankan hubungannya dengan Carissa dan menggunakan scandal perselingkuhan itu untuk menutupi perbuatannya. "Alexa. Kamu akan menyesal putus denganku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD