"Untuk apa aku cemburu? kau benar-benar pengarang yang hebat." Lady Qin melotot. Dia tidak terima disebut cemburu. Tak ada yang harus dia cemburu dari Ze Shaosen yang tampan, dari Shaosen yang mendapat semua perhatian, dari Ze Shaosen yang dikejar-kejar gadis kampus.
"Kau yakin tidak cemburu? karena aku melihat kekesalan aneh di wajahmu itu. Tenang saja, aku tak kan bersama wanita lain karena aku terikat kontrak menjadi pacar palsumu. Nobsoul tidak akan melanggar kontrak yang telah mereka sepakati."
"Jangan bicara hal aneh. Aku tak cemburu. Aku masih menyukai Tan Lishen, dan tujuanku tetap sama. Ingin kembali padany."
"Hah, apa hebatnya Tan Lishen. Aku jauh lebih tinggi, lebih tampan, dan saat ini lebih populer darinya."
"Hentikan, jangan membandingkan Tan Gege denganmu,"
"Aku tak membandingkan, hanya saja kejataannya begitu. Aku masih lebih baik darinya."
"Hah, dasar narsis menyebalkan. Tapi kita bukannya berpura-pura pacaran agar Tan Gege kembali menyukaiku? kenapa belum ada efeknya sampai sekarang? hah, pengaruhmu tidak mempan sama sekali."
"Bukan pengaruhku yang tidak mempan, kau saja yang bodoh, kukatakan padamu, dia tidak menyukaimu sama sekali."
Lady Qin bangkit dari tempatnya duduk, lalu memukul bahu Ze Shaosen dengan kesal, "Kau sangat menyebalkan. Berhenti bicara padaku dan tebar pesona saja pada gadis-gadis sesuka hatimu!" seru Lady Qin lalu beranjak pergi.
"Kenapa dia marah? hah, manusia memang sulit mengakui keistimewaan orang lain. Mereka menjadi kesal tanpa sebab, dan biasanya dengan aktif menyangkal semua kenyataan yang ada. Seperti yang dia lakukan sekarang. Dasar pemaksa keadaan, kapan dia akan sadar bahwa tujuannya untuk kembali ke mantan pacar itu sangat tidak berguna?" Ze Shaosen menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan jalan pikiran manusia.
Keesokan harinya, kelas dimulai. Para mahasiswa yang berada di ruang kelas heboh menatap ke kursi yang berada di pojok paling belakang. Orang asing tiba-tiba menempati kursi tersebut, dan itu adakah Ze Shaosen. Para gadis tentu saja sangat menyukai pemandangan itu. Sementara yang laki-laki hanya bisa merasakan iri karena keberadaan Ze Shaosen yang tampan dan tak dapat dibantah. Lady Qin yang duduk di barisan kedua dari atas menutup wajahnya karena malu. Sejenak dia berpikir bahwa telah melakukan kesalahan besar karena meminta Ze Shaosen menjadi pacar palsunya. Laki-laki itu bukannya membantu hubungannya dengan Tan Lishen, malah membuat keonaran dengan tebar pesonanya. Kali ini dia bahkan masuk ke kelas. Yah, siapa yang bisa melarang Ze Shaosen. Dia melakukan apapun yang dia mau, dan Lady Qin tak berdaya untuk mencegahnya.
"Lihatlah, dia tampan sekali," ucap seorang gadi yang menenakan atasan berwarna kuning dengan motif garis-garis vertikal berwarna biru.
"Bukankah dia pacar Lady Qin? aaa Lady Qin pasti penyelamat negara sebelumnya hingga bisa memiliki pasangan setampan ini," gadis dengan pakaian serba merah ikut bicara dengan agak sedikit heboh sesuai warna pakaiannya.
"Bagaimana jika aku merebutnya dari tangan Lady Qin? sepertinya dia cocok denganku," ucap seorang gadis dengan style yang sangat modern, dia adalah calon idola, dan tentu saja sangat menjaga penampilannya.
Lady Qin menghela nafas mendengar komentar semua orang tentang Ze Shaosen. Seolah dia dianggap tak ada, gadis-gadis terus saja membicarakan Ze Shaosen, dan yang paling banyak dia dengar adalah kata bagaimana bisa mendapatkan pacar setampan Ze Shaosen.
"Dia tampan? iya sih, dia memang tampan. Menyelamatkan negara? aku bahkan takut kecoa. Cocok denganmu? yang benar saja. Sudah jelas Ze Shaosen pacarku, dasar," Lady Qin mengomel dalam hati. Beberapa menit kemudian, seorang dosen wanita masuk. Dia menatap mahasiswa satu persatu. Ketika melihat Ze Shaosen, dosen tersebut tertegun sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.
"Kau mahasiswa baru?" tanya dosen kemudian.
"Tidak," jawab Ze Shaosen singkat.
"Lalu kenapa kau di kelas ini?"
"Hanya duduk saja,"
"Kenapa aku duduk disini?"
"Karena aku pacarnya Lady Qin,"
"Wuaa!" kelas menjadi heboh. Para gadis terpesona dan bertepuk tangan, sementara Lady Qin bersembunyi di balik buku sambil menahan malunya.
"Lady Qin, benar dia pacarmu?" Dosen tersebut menatap Lady Qin. Lady Qin terpaksa keluar dari persembunyiannya lalu menghela nafas panjang.
"I-Iya, Bu. Dia pacarku," ucapnya terbata-bata.
"Kenapa dia ada di kelas ini?"
"Bu, saya tidak boleh ada di kelas? kalau begitu saya akan keluar dan menunggu di luar saja." ucap Ze Shaosen kemudian.
"Tidak!" semua gadis di ruang kelas berseru.
"Bu biarkan dia tinggal,"
"Dia hanya duduk dan tak mengganggu."
"Bu, kami butuh penyemangat belajar, biarkan dia disini. Lagipula semua mahasiswa sudah hadir, dan kursi itu memang kosong."
Semua gadis berharap agar Ze Shaosen tetap berada di kelas. Dosen diam sejenak, tampaknya dia juga ingin melihat Ze Shaosen lebih lama lagi. Maka diputuskan bahwa Ze Shaosen tetap berada di kelas, dengan syarat jangan mengganggu selama perkuliahan berlangsung. Para gadis bersorak gembira, kecuali Lady Qin yang hanya bisa menghela nafas.
***
"Hei, aku dengar kau pacaran dengan laki-laki dari rumah Ferdinand, dan katanya hari ini dia bahkan masuk ke kelas apa benar?" Lady Lin mengintrogasi adiknya ketika di rumah.
"Aih, darimana kau mendengar itu? hah, aku harusnya menyembunyikan dia. Seharusnya aku tak meminta dia menjadi pacarku sama sekali.
"Seantero kampus heboh, tentu saja aku mendengarnya. Jadi kau benar-benar pacaran dengannya? wah, seleramu boleh juga."
"Memangnya seleraku selama ini bagaimana? aku ini punya selera yang sangat tinggi."
"Yah, tapi semua mantanmu tidak ada yang tampan kecuali Tan Lishen. Setan apa yang membuatmu memacari laki-laki itu? tidak mungkin hanya karena tampan."
"Sudahlah, kenapa cerewet sekali? biarkan aku melakukan apapun yang aku mau."
"Kau tak bisa melakukan apapun yang kau mau karena kita kembar. Aku mengawasimu, jika kau melenceng, aku akan adukan pada Pa dan Ma,"
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan, A Lin. Sudahlah, aku mau istirahat."
"A Qin!"
"Hmm, apa lagi,"
"Aku juga sedang mengejar saudaranya."
"Saudara?"
"He eh, Ferdinand, saudara pacaramu. Jadi mulai sekarang mari kita akur,"
"Hei, kau benar-benar menyukainya? laki-laki dengan rambut dan gaya aneh itu?"
"Jangan lupa dia tampan, dan tinggi."
"Kau benar-benar menyukainya? hingga ingin menjadikan dia pacar?"
"Tidak, aku ingin menjadikan dia suami,"
"Wah! A Lin. Kau benar-benar sudah gila. Kau tiba-tiba ingin menikah? sebelumnya kau katakan akan sendiri seumur hidupmu."
"Itu sebelum aku bertemu Ferdinand. Dia adalah calon suami sempurna, aku akan mengincarnya apapun yang terjadi. Aku sudah mengikutinya kemana-mana, namun dia masih menghindar,"
"A Lin, kau sekarang jadi penguntit? makanya kau tak masuk kelas hari ini."
"Tepat sekali. Akan terus menguntitnya hingga dia lelah, dan tak bisa lari dariku."
"A Lin, kau benar-benar tak waras!"