"Kau dalam bahaya?"
"Wuaaa!" Lady Qin hampir terkena serangan jantung karena tiba-tiba Ze Shaosen sudah berada di kamarnya, "Kau ... kau datang dari mana?" Lady Qin berlari ke arah jendela dan memeriksa kunci jendela yang ternyata sama sekali tak terbuka, "Kau masuk dari sini? dari jendela? tapi kuncinya baik-baik saja," Lady Qin menggaruk kepalanya kebingungan.
"Kenapa kau memanggilku?"
"Kenapa kau malah kembali bertanya? jawab dulu, kau datang dari mana!?"
"Aku? bukankah sudah kukatakan, aku dari langit utara,"
"M-Maksudku ... ya ampun. Apa yang sebenarnya terjadi?" Lady Qin tampak makin kebingungan.
"Kenapa memanggilku? kulihat kau baik-baik saja, tak ada keadaan darurat atau berbahaya sedikitpun."
"Tunggu dulu, kau datang kemari karena kupanggil? kau benar-benar mendengar panggilanku?"
"Manusia. Berhenti mengulang pertanyaan yang sama. Sungguh tidak berguna. Sudah kukatakan aku harus melindunginmu selama sepuluh tahun!"
"Kau benar-benar melakukan itu! wah, aku kira ini hanya dongeng,"
"Apa semua manusia seperti ini? tak mempercayai sesuatu, setelah dijelaskan masih juga tak mempercayai, lalu dibiarkan, lalu bertanya, dijelaskan lagi, masih tak mempercayai. Beginikah cara kalian hidup?"
"Y-Ya maaf, banyak penipu berkeliaran belakangan ini."
"Aku bukan penipu!" Ze Shaosen hampir habis kesabarannya.
"Maaf, jangan berteriak. Tapi, kau masuk dari mana? menembus tembok? atau ..."
"Berhenti bertanya hal bodoh. Sekarang apa yang terjadi. Bahaya apa yang terjadi padamu!"
Lady Qin tersenyum menampakkan barisan giginya yang putih, "Aku lapar," ucap Lady Qin sambil menggosok-gosok perutnya dan berkedip genit.
"Kau ... memanggilku hanya karena lapar?"
"Ayo temani aku beli makanan. Aku tak suka pergi sendiri,"
Ze Shaosen diam sejenak. Setelah beberapa detik, laki-laki itu menarik nafas panjang, mengeluarkannya dengan kesal, "Hei, manusia! sudah kukatakan jangan memanggilku untuk sesuatu yang tidak penting! kau harus memanggilku saat darurat. Darurat! kau mengerti? saat nyawamu terancam, saat kau hampir mati dan tak punya harapan hidup lagi!"
"Tapi ini darurat!"
"Kau bodoh? kau tak bisa membedakan mana yang darurat mana yang tidak perlu?"
"Tapi bagiku ini darurat. Aku lapar, jika aku lapar aku akan sakit kepala. Lalu aku sakit perut, dan segalanya menjadi lemah. Jika sudah begitu aku bisa tak sadarkan diri lalu masuk rumah sakit. Jika sampai masuk rumah sakit bukankah berbahaya? bagaimana jika aku pingsan dan tak ada yang menemukanku? ini darurat. Lapar adalah masalah darurat!"
Ze Shaosen tak bisa berkata apapun lagi. Dia benar-benar tak habis pikir. Apa definisi darurat bagi manusia memang seperti ini?
Satu jam kemudian. Lady Qin sumringah karena sudah berhasil membawa Ze Shaosen untuk menemaninya makan. Semua orang yang ada di restoran pinggir jalan menatap mereka. Lebih tepatnya menatap Ze Shaosen yang terlihat tak manusiawi dengan wajah tampannya.
"Ah, kenyang," ucap Lady Qin sambil menggosok perutnya, ",Woo, Ze Shaosen kau sepertinya mendapatkan banyak pengagum malam ini. Lihatlah, semua orang menatapmu. Itu semua karena aku, ayo ucapkan terimakasih."
"Jangan memanggil namaku sembarangan."
"Wah, jika sudah tampan. Walau cemberutpun akan tetap tampan," Lady Qin menatap Ze Shaosen sambil tersenyum, dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menatap langsung laki-laki tersebut.
"Kau senang sekarang? aku pergi. Jangan memanggilku untuk hal konyol lagi," Ze Shaosen hendak beranjak. Namun, Lady Qin menahan tangannya hingga membuat Ze Shaosen menghela nafas kesal, "Kau mau apa lagi?"
"Gege, jangan pergi dulu. Aku ingin berdiskusi," ucap Lady Qin dengan wajah penuh harap, "Maksudku, ini sangat langka. Orang-orang terlihat iri padaku. Aku harus menyombong sedikit lebih lama."
"Diskusi apa lagi? kau membuang waktuku saja."
"Ze Shaosen. Memanggil namamu tiga kali dengan tambahan "Yang Mulia" dan "Aku butuh bantuan" itu sangat merepotkan. Bisakah aku hanya memanggil namamu saja?"
"Kau ... kenapa kau mengatur bagaimana harus memanggil namaku?"
"Begini. Anggap aku benar-benar hampir mati. Aku sekarat. Bagaimana mungkin bisa memanggil namamu tiga kali dengan kalimat sepanjang itu? ayolah, dirubah saja."
"Tidak bisa. Harus seperti itu. Itu sudah aturannya."
"Rumah menjadi "Ze Shaosen" saja, dan harus datang dengan hanya sekali panggil."
"Tidak."
"Kalau begitu. "Yang Mulia Ze Shaosen" hanya sekali panggil."
"Tidak."
"Hah, kaku sekali. Kau katakan bahwa kau sangat hebat. Pangkatmu tinggi, kenapa memanggil harus dengan cara merepotkan? sangat tak sesuai dengan kesombonganmu itu."
"Aku memang Nobsoul tingkat tinggi, aku bangsawan!"
"Bangsawan apanya. Kau hanya menyombong. Hah, kau tahu, makin tinggi level seseorang tentunya akan semakin mudah untuk membantu orang lain. Kau tau ilmu padi?"
"Padi? memangnya sehebat apa dia?"
"Wah, kau juga bodoh ternyata."
"Hei! kau ... jaga kata-katamu!"
"Padi itu tumbuhan. Awal nasi nasi yang kumakan ini, dia semakin menghasilkan biji yang bagus, semakin banyaj, semakin gemuk, dia akan semakin merunduk. Artinya, orang hebat itu semakin hebat semakin tidak sombong dan rendah hati."
"Kau menyamakan aku dengan tumbuhan? hei, aku lebih hebat dari itu."
"Hebat apanya. Memanggil saja butuh kalimat panjang yang merepotkan."
"Yang Mulia Ze Shaosen, tiga kali."
"Hanya Ze Shaosen, tiga kali."
Ze Shaosen dan Lady Qin saling adu pandang. Mereka tampaknya tengah berperang saraf. Beberapa menit kemudian. Ze Shaosen menghela nafas, lalu duduk bersandar dengan kesal.
"Baiklah, lakukan seperti itu saja," ucapnya. Terlihat tidak ikhlas sama sekali.
"Benarkah? kau jangan mencabutnya lagi. Aku hanya perlu memanggil Ze Shaosen tiga kali."
"Hmm, kemarikan tanganmu."
"Untuk apa?"
Meski gugup, Lady Qin mengulurkan tangannya ke arah Ze Shaosen. Karena Ze Shaosen tampaknya akan meledak lagi jika Lady Qin terus bertanya.
"Ini kontraknya," Ze Shaosen menaruh telapak tangannya di atas telapak tangan Lady Qin, lalu mengusapnya sekali. Setelah itu, tampak cahaya putih muncul sebentar di tangan Lady Qin, xdan kemudian menghilang. Setelah itu, Ze Shaosen langsung menyingkirkan tangan Lady Qin dengan kesal.
"Dasar manusia tampan yang kasar," gumam Lady Qin, sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "Tunggu dulu, bukankah tadi telapak tanganku bercahaya? aku tak salah lihat, kan?" Lady Qin membolak-balik tangannya namun tak menemukan cahaya yang dia liat beberapa saat tadi.
"Karena diluar kesepakatan, aku harus membuat kontrak. Jadi mulai sekarang, kau bisa memanggilku hanya dengan menyebut Ze Shaosen tiga kali."
"Wah, bagus sekali. Kau memang hebat."
"Tentu saja aku hebat! dasar manusia. Darurat? darurat apanya, merepotkan sekali."
***
Lima jam kemudian, Lady Qin berputar dengan gelisah di kamarnya, lalu terhenti. Dia tersenyum sambil menatap langit-langit di atasnya, "Wah, ini darurat. Ze Shaosen, Ze Shaosen, Ze Shaosen," beberapa detik setelah Lady Qin memanggil, Ze Shaosen langsung muncul, "Wah, kau benar-benar langsung datang? senang sekali,"
"Ada apa?"
"Itu, pipa air bocor,"
"Hei, Manusia!"