Tugas

1223 Words
Ze Shaosen benar-benar tak memahami manusia. Definisi darurat bagi manusia sungguh rumit. Beberapa jam lalu karena lapar, sekarang keran air bocor. Ze Shaosen sempat berpikir mungkin karena mereka berbeda, jadi kondisi daruratnya juga berbeda. Namun, semakin dipikir, semua semakin tak masuk akal. "Gege, jangan kesal, ini masalah darurat," Ze Shaosen menahan dirinya untuk tidak mencengkram kerah Lady Qin. Dia benar-benar harus mengendalikan diri menghadapi manusia di depannya ini. "Ze Shaosen ..." "Kau benar-benar bodoh? darurat katamu?" "Iya, ini darurat. Jika pipa air bocor, air akan keluar lalu menggenang di lantai, bagaimana jika aku tak sengaja menginjaknya? aku akan terpeleset dan jatuh, lalu kepalaku terbentur, gegar otak, masuk rumah sakit, aku beri tahu, jika manusia sudah masuk rumah sakit, berarti dia dalam bahaya," "Sial, menyebalkan sekali." Ze Shaosen menghela nafas, "Apa yang bocor?" tanya Ze Shaosen dengan enggan. "Pipa air. Itu, di lantai atas," ucap Lady Qin sambil menunjuk plafon rumahnya. Ze Shaosen menghela nafas sekali lalgi, lalu beranjak ke lantai atas tempat dimana pipa yang dikatakan Lady Qin berada. "Yang Mulia Ze Shaosen, hati-hati lantainya licin," Lady Qin berdiri di ambang pintu kamar mandi, benar saja, pipa airnya memang bocor, hanya saja, kamar mandi itu tidak digunakan sejak kebocoran pipanya, dan Lady Qin sengaja memanggil Ze Shaosen dengan alasan tersebut agar dia bisa melihat wajah Ze Shaosen. "Aku tak mengerti bagaimana memperbaiki ini," ucap Ze Shaosen kemudian. "Kau gunakan saja sihirmu," "Jangan asal bicara. Aku tak punya sihir, kemampuanku adalah kemampuan sejati, dan gunanya untuk bertarung, bukan melakukan hal konyol seperti ini!" Ze Shaosen meninggikan suaranya namun Lady Qin hanya senyum-senyum tak jelas, "Kau sedang apa! jangan berdiri saja, cepat cari cara bagaimana memperbaikinya! ah, nasibku kenapa sial sekali," Nasib pipa yang bocor menjadi tidak jelas. Walaupun Ze Shaosen yang punya kekuatan tinggi itu harus bersusah payah, dan Lady Qin juga bersusah payah mengajari dengan melihat tutorial di media sosial. Namum mereka akhirnya tetap tak bisa menyelesaikan masalah tersebut dan harus memanggil pekerja karena kebocorannya malah semakin parah. Ze Shaosen kembali ke rumahnya. Tempatnya rumaj Ferdinand, karena dia menumpang disana. Nobsoul itu tampak kelelahan dan akhirnya tertidur di sofa. Beberapa jam kemudian, tiba-tiba Ze Shaosen mendengar suara Lady Qin lagi. Gadis itu kembali memanggil dirinya. Dengan malas ze Shaosen akhirnya bangkit dan menghilang begitu saja. "Kenapa lagi?" tanya Ze Shaosen begitu tiba di rumah Lady Qin. "Zeze, tuh lampu rusak," ucap Lady Qin sambil menunjuk langit-langit. "Zeze? apa-apaan itu?" "Ah, itu nama panggilanku untukmu, Ze Shaosen sangay susah dilafalkan." "Kau saja yang lamban, dasar," "Hehehe, lampunya bagaimana?" Lady Qin cengengesan, sambil mengendip-ngedipkan matanya. "Aish!" Ze Shaosen tampak sangat kesal. Dia menatap Lady Qin tajam hingga Lady Qin menjadi gugup. "I-Ini darurat. Jika lampunya tidak segera diperbaiki, maka akan gelap. Aku bisa saja tersandung karena gelap, lalu jatuh dan kepalaku terbentur ..." "Cukup! kepalaku sakit mendengar ocehanmu. Sekarang aku harus bagaimana?" Lady Qin bergegas membuka pintu ruangan yang ada di samping dapur. Ruangan tersebut adalah gudang tempat semua peralatan rumah disimpan. Tak lama kemudian, dia tergopoh-gopoh membawa sebuah tangga dan meletakkan tangga tersebut di bawah lampu ynah yang rusak. "Zeze, naik kesini dan ganti lampunya," ucap Lady Qin sambil tersenyum seperti anak kecil. Ze Shaosen kemudian menaiki tangga tersebut. Lady Qin langsung terpana. Dia menengadah dengan tanpa sadar membuka mulutnya. Ze Shaosen seperti malaikat yang bar saja turun ke bumi. Malaikat langka yang menaiki tangga. Setelah naik beberapa anak tangga, Ze Shaosen mengulurkan tangannya kepada Lady Qin. Lady Qin yang hilang akan balas mengulurkan sambil tersenyum menatap Ze Shaosen, dia lalu menggenggam tangan Ze Shaosen. "Hei, aku minta pengganti benda itu, untuk apa tanganmu ini?" Lady Qin tersipu malu, lalu menggaruk-garuk kepalanya, "I-Ini, tinggal ganti saja." Ze Shaosen akhirnya menyelesaikan tugas yang diberikan Lady Qin. Walau itu tugas sepele, namun Ze Shaosen tak bisa menolak saat Lady Qin memanggil, karena kontrak antara Nobsoul dan Jiwa Murni yang berlaku. Kembali dari rumah Lady Qin. Ze Shaosen menghempaskan dirinya ke sofa. Dia melamun sejenak, lalu lama-lama menjadi kesal. "Ah, manusia menyebalkan sekali. Kenapa yang menjadi jiwa murniku harus manusia?" ucap Ze Shaosen sambil mengacak-acak rambutnya. "Hei, kau kenapa? wajah kesalmu itu membuat suram rumah ini," Ferdinand yang baru saja keluar dari kamarnya menghampiri Ze Shaosen yang tampak uring-uringan. "Manusia itu selalu saja dalam keadaan darurat. Dengan banyak sekali alasan yang dia buat," "Manusia kadang memang seperti itu, banyak manusia yang selalu dalam bahaya di dunia ini," "Apa lapar termasuk darurat? dia memintaku menemaninya membeli makanan," "Kau menemaninya?" "Y-Ya, karena dia berkata itu darurat. Jika tidak makan akan membahayakan nyawanya. Penjelasannya sangat panjang." "Hei, dia tak perlu keluar membeli makan, tak perlu juga ditemani, dia bisa saja memesan makanan online." "Sudah kuduga, itu bukan darurat. Ah, lalu pipa air bocor ..." "Kau menangani pipa air juga?" Ferdinand terkekeh tak percaya. "Aku membuatnya makin parah, lalu dia memanggil manusia lain untuk membantu." "Benar, ada manusia yang kerjanya memperbaiki itu. Hanya tinggal menghubungi dan kau tak perlu turun tangan. Hahaha, tapi lucu juga. Baru kali ini seorang Nobsoul memperbaiki pipa air," Ferdinand tertawa geli. "Saat seperti ini kau bisa tertawa? kau tidak tahu, selanjutnya aku memperbaiki lampu ...." Ze Shaosen berpikir sejenak, "Aish, jika manusia punya segalanya kenapa butuh Nobsoul? Manusia Qin itu, darurat, darurat, semuanya darurat." "Dengar, kau sudah terikat dengan manusia itu. Jika dia benar-benar dalam bahaya, kau pasti merasakannya. Salah sendiri kau selalu datang saat dipanggil." "Aku bisa tak datang saat dia memanggilku?" "Hmm, tugas Nobsoul benar-benar hanya menjaga manusia saat nyawa manusia itu terancam. Jadi kau tak perlu datang setiap kali dipanggil," "Baiklah, aku tak akan datang lagi. Jika dia memanggilku saat tidak dalam bahaya aku hanya akan mengabaikannya. Aku tak melanggar aturan, kan?" "Tentu saja tidak. Sudah kukatakan Nobsoul bertugas melindungi Jiwa Murni. Melindungi bukan berarti harus mendampinginya setiap saat." "Aku benar-benar hanya akan datang jika aku merasakan bahaya. Sialan, manusia itu memerintahku seenaknya saja." "Hahaha, kita lihat saja. Apa kau benar-benar tak akan datang jika dia memanggilmu. Menangani pipa air dan lampu? hahaha, lucu sekali," Ferdinand menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan Ze Shaosen yang masih kesal. Hampir enam jam lamanya, Ze Shaosen terlelap. Namun, sebuah suara mengganggu tidur lelapnya. "Hiks ... Ze Shaosen, Z-Ze Shaosen, Ze Shaosen, hiks hiks," panggilan di telinganya terus berulang. Ze Shaosen bangun, lalu mondar-mandir dengan gelisah. "Kau kenapa? hmm, aku tahu. Dia memanggilmu, kan?" ucap Ferdinand yang memperhatikan Ze Shaosen beberapa menit. "Ada apa dengan manusia itu? aku yakin dia baik-baik saja, tapi kenapa?" "Jika kau gelisah coba temui saja," "Tidak. Aku tidak akan datang," Ze Shaosen kembali duduk, dia tampak tak tenang karena masih terus mendengar panggilan Lady Qin, "Apa-apaan ini?" Ze Shaosen menyentuh dadanya karena merasakan sesuatu yang aneh. "Kau yakin dia baik-baik saja? coba pastikan lagi," "Aku yakin ini bukan perasaan dia dalam bahaya, ini seperti ... perasaan sedih?" Ze Shaosen menatap Ferdinand lekat. Mengharap mendapat pencerahan karena dia baru merasakan perasaan seperti itu, dan itu bukan perasaannya. "Mungkin dia sedang menangis?" "M-Menangis?" Ze Shaosen akhirnya menghilang dan mendatangi Lady Qin yang sejak tadi memanggilnya. "Huwaa, Ze Shaosen, hiks hiks, Zeze ...." Lady Qin ternyata benar-benar menangis dan itu membuat Ze Shaosen kebingungan. "Kau kenapa?" "Ze Shaosen," Lady Qin berlari. Pandangan Ze Shaosen tiba-tiba menjadi kabur. Tiba-tiba saja yang dia lihat hanya warna abu-abu yang tidak jelas, dan yang lebih tak dimengerti Ze Shaosen, Lady Qin melakukan hal yang aneh. Gadis itu memeluk Ze Shaosen erat sambil tersedu. "Ze Shaosen, kenapa lama sekali datangnya? hiks, hiks,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD