When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Nak Abimanyu ... tolong buka pintunya. Kita bicarakan baik - baik. Tolong jangan berbuat nekat." Pak Raharja berusaha membuat Abimanyu kembali. Ia berusaha membuka pintu gerbang itu. Tapi sia - sia saja, karena kunci yang tadi menggantung di gerbang, kini sudah berpindah ke tangan Abimanyu. "Nak Abimanyu ... saya mohon ... ayo buka pintunya. Jika sampai ketahuan Bu Rena, bisa gawat nanti. Ayo, kembali lah." Pak Raharja terus berusaha, pantang menyerah. Merasa kasihan pada laki - laki renta itu, Abimanyu pun akhirnya menoleh. Ia mengamati raut wajah Pak Raharja. Apakah ia harus menuruti ucapan laki - laki itu, atau meneruskan rencana B yang sedang ia mulai. Rencana B yang memang penuh risiko. Rencana B yang ditentang oleh Leandra, Banyu, dan bahkan oleh Romza sendiri. Karena memang ini