When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dan hal itu kembali terulang dalam generasi berikutnya. Pada keluarga Jaya Sukardi, dan anak - anaknya. Namun berbeda dengan sang ayah. Jaya Sukardi memilih anak sulungnya sebagai satu - satunya pewaris baginya. Sebenarnya Jaya Sukardi mengalami kegalauan yang teramat sangat. Ia tidak ingin kembali memiliki anak, karena mau tak mau anaknya yang berikutnya harus menjadi sosok yang ditumbalkan. Jaya Sukardi merasa tak sampai hati melakukan hal keji seperti itu. Ia banyak berpikir, mencari solusi yang tepat. Apa yang harus ia lakukan untuk meneruskan pesugihan itu, tapi juga tidak dengan menghilangkan syarat yaitu dengan mengorbankan keturunannya sendiri. Hingga pada akhirnya Jaya Sukardi memiliki sebuah ide gila. Laki - laki itu menutuskan untuk bekerja sama dengan seorang temannya yang m