When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Terima kasih karena sudah percaya pada saya untuk mengerjakan proyek sebesar ini." Dokter Farhan dengan cekatan langsung mengambil sampel dalam tabung kecil itu. Larasati yang semula memegang sampel itu sampai kaget, karena pergerakan dokter Farhan yang sangat gesit. Seakan sampel itu adalah benda berharga yang diperebutkan. Hal itu jelas dirasakan oleh Jaya Sukardi dan Larasati. Perasaan mereka yang sejak awal sudah tak enak tentang dokter Farhan, kini jadi makin terasa nyata. "Kami belum mempercayakan proyek ini pada Anda sepenuhnya. Kenapa Anda begitu lancang mengambil sampel itu begitu saja?" Jaya Sukardi dengan amarahnya yang terpacu berusaha mengambil sampel itu kembali dari tangan dokter Farhan. Namun jelas ia tak berhasil. Dokter Farhan jauh lebih gesit dan cekatan darinya. Do