When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Banyu menggedor - gedor pintu rumah Abimanyu seperti orang kesetanan. Langit dan Awan sampai bingung dengan tingkah laku ayah mereka itu. Jingga menenggelamkan kepalanya di dalam selendang jarik, demi sedikit menetralisir berisik yang diciptakan oleh sang ayah tercinta. Abimanyu dari dalam berlari menuju ke pintu. Ia tadi baru saja mandi, masih mengenakan pakaian di kamar. Ia hanya segera memakai kaos dan juga selembar sarung, demi bisa segera membukakan pintu, untuk tamu yang entah siapa, ia belum tahu. Yang jelas sepertinya urusannya sangat penting, sampai - sampai menggedor sampai sebegitunya. Setelah dibuka, ternyata yang datang adalah Banyu dan juga anak - anaknya. Tentu saja Abimanyu semakin bingung dibuatnya. Padahal baru saja mereka berpisah. Tapi Banyu malah menemuinya lagi, dan