When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kini ia sedang berada di sana. Di rumah favoritnya yang lain, setelah rumah Leandra. Ia memutuskan untuk pergi ke sini, karena sudah tidak menganggap rumah Leandra sebagai tempat tinggal yang aman. Romza menatap senyuman mereka. Senyuman - senyuman polos, serta celoteh yang lucu nan tulus. Tanpa sadar Romza juga ikut tersenyum. Sejak dulu saat ia merasa kecewa, merasa kesal, merasa hidupnya begitu tak adil ... Romza sering keluar untuk mencari hiburan. Dan ia paling senang melihat anak - anak kecil bermain dengan cerianya. Tertawa dengan begitu polos dan murninya. Semua itu seakan membuat rasa sakit di hatinya menguar begitu saja dengan begitu ajaib. Karena hidupnya jarang berinteraksi dengan suasana luar, lebih banyak dihabiskan di rumah sakit, ia jadi tak bisa leluasa melakukan apa pu