When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Romza akhirnya telah membuat keputusan. Tentu saja ia harus mengesampingkan egonya. Karena kejelasan nasib Yaya jauh lebih penting untuk saat ini. Dan satu - satunya orang yang bisa membantunya, adalah Abimanyu. Ia harus mengesampingkan segala rasa tak suka yang begitu besar di dalam dadanya. Romza keluar dari ruangan tempatnya terdiam sedari tadi. Ia menuju ke ruang tamu, duduk di salah satu sofa tunggal. Ia menunggu kedatangan Abimanyu. Laki - laki itu tidak ada di rumah, karena sedang menjadi imam sholat Maghrib di masjid. Romza tidak lagi menyembunyikan diri. Maka nanti, saat Abimanyu datang, ia akan langsung bisa melihat Romza. Selagi menunggu, Romza sekaligus sedang menata hatinya sendiri. Supaya bisa menghadapi apa yang akan terjadi dengan kepala dingin dan hati yang tenang. Ia