Satu Kamar Hotel

1031 Words
Pintu kamar hotel dibuka dari luar. Rhea yang ada di dalam, segera melihat ke arah pintu. Tentu saja, Nicko yang baru datang. "Kamu sudah kembali?" tanya Rhea pada Nicko. Nicko lalu berjalan masuk dan menutup kembali pintu kamar hotel. "Ya." Nicko kemudian melangkahkan kaki lebih ke dalam dan memperhatikan Rhea yang sedang menata selimut tipis miliknya di atas sofa. "Ini sudah jam sebelas malam. Kamu, kenapa belum tidur?" tanya Nicko. "Ini, aku mau tidur," jawab Rhea dengan membentangkan selimut tipisnya. Nicko memperhatikannya. "Kamu, membawa selimut sendiri?" "Ya. Hanya selimut tipis saja. Masih banyak ruang di koperku." "Tidurlah di ranjang. Aku akan tidur di sofa." "Mana mungkin begitu! Ini kamarmu. Aku akan tidur di sofa!" bantah Rhea. "Tidak apa-apa. Aku yang akan tidur di sofa." "Aku yang akan tidur di sofa," ujar Rhea tetap bersikukuh. "Sudahlah! Berhentilah membuat keributan." Nicko berjalan mendekat ke arah Rhea. Rhea nampak tidak mempedulikannya, dengan tetap membentangkan selimut tipisnya. Nicko memperhatikan Rhea yang bahkan tidak menoleh ke arahnya. "Kelihatannya kamu suka sekali tidur di sofa," ujar Nicko. "Apa mungkin ... kamu mau tidur denganku?" tanya Nicko. Rhea segera menoleh ke arah Nicko degan tatapan tajamnya. Diam, tidak habis pikir dengan kalimat Nicko baru saja. Rhea juga tidak mengatakan apapun untuk menanggapi Nicko. Sedangkan Nicko, membalas tatapan Rhea dengan pandangan biasa. Rhea yang awalnya duduk pun, akhirnya berdiri. Ia setengah melempar selimut tipisnya begitu saja di atas sofa. Nicko bergeser memberikan ruang untuk Rhea berdiri. "Ya sudah! Tidurlah di sofa!" kata Rhea dengan nada galak. Rhea berjalan dengan wajah datar ke arah ranjang. Nicko tersenyum kembali memperhatikannya. Nicko pun duduk di atas sofa dan merebahkan tubuhnya. Sedangkan Rhea, juga sudah sampai di atas ranjang dan melakukan hal yang sama. Mereka berdua sudah saling berbaring di tempat masing-masing. Nicko yang kelihatannya memang nampak lelah, membentangkan selimut milik Rhea, dan menangkupkannya ke tubuh. Rhea melihatnya sebentar. Ada sebuah perasaan aneh yang mendadak muncul ketika Nicko memakai selimutnya. Tapi, Rhea segera menepisnya. Ia kemudian memakai selimut tebal di ranjang hotel, dan tidak membiarkan perasaannya mengalir. Kemudian ia menatap langit-langit kamar hotel. "Terima kasih, sudah menolongku malam ini," kata Rhea pada Nicko. "Tidak perlu berterima kasih. Jangan salah paham. Aku juga pasti akan melakukannya pada orang lain," jawab Nicko dengan nada datar. Rhea lalu menoleh ke arah Nicko, menyipitkan kedua matanya dengan tatapan malasnya. "Aku tidak salah paham! Tidak bisakah kamu menerima ketulusan seseorang untuk berterima kasih?" tukas Rhea dengan memberi tekanan pada kalimatnya. "Nadamu itu, justru semakin menunjukkan kalau kamu salah paham," balas Nicko menggoda Rhea. Rhea menjadi kesal. Ia semakin melihat Nicko dengan tatapan sebalnya. Enggan membalas kalimat Nicko lagi. Lalu, Rhea membalikkan badannya, berusaha tidur membelakangi Nicko. Sekian detik, kamar hotel menjadi hening. Nicko melihat ke arah Rhea yang tidur tidak menghadap ke arahnya. Ia pun merasakan ada hal aneh yang tidak bisa dijelaskan di dalam hatinya. Nicko kemudian tersenyum tenang melihat Rhea yang sepertinya sudah terlelap. Ia sendiri mulai perlahan memejamkan matanya. Sedangkan Rhea, yang membelakangi Nicko, sebenarnya belum bisa tertidur. Ia bahkan tidak memejamkan kedua matanya. Meskipun sebenarnya, hari ini cukup melelahkan baginya. Lamat-lamat, di dalam pikiran Rhea, terjadi kilas balik kejadian lima tahun lalu. Satu kenangan yang telah Rhea dan Nicko lalui, saat mereka masih menjalin hubungan pernikahan. "Kamu sudah pulang?" tanya Rhea pada Nicko yang baru saja membuka pintu rumah. "Hm ... mm ...." Nicko menganggukkan kepala sembari tersenyum. Kemudian Nicko masuk dan menutup pintu kembali. Nicko melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Ia lalu melangkah masuk ke ruang tamu. Nicko melihat Rhea yang masih ada di dapur. "Kamu, kenapa belum tidur? Ini sudah malam," kata Nicko. "Aku menunggumu pulang," jawab Rhea yang masih mengaduk sesuatu di dalam panci. "Aku sudah pulang. Sekarang, lebih baik kita tidur di kamar saja." "Sebentar. Kamu pasti lelah, kan? Aku sudah membuatkanmu sup untuk menghangatkanmu. Tunggu, ya. Sebentar lagi, supnya akan matang," kata Rhea dengan nada senang. Nicko melepas jaketnya. Menaruhnya di atas sofa. Ia juga ikut duduk di sofa, menyamping dengan menyandarkan badannya. Melihat Rhea yang masih mengaduk sup di dalam panci. Karena tubuhnya yang sangat lelah, Nicko hanya termenung di sana. Ia tidak dapat menahan rasa kantuknya. Kemudian, lamat-lamat pandangan mata ke arah Rhea, mulai kabur, dan tidak ingat ia sudah tertidur di sofa. Sedangkan Rhea, yang baru saja mematikan kompor, mengambilkan sup di dalam mangkuk kecil. Kemudian, ia membawa mangkuk itu, pada Nicko. Saat Rhea sudah setengah jalan, menuju ruang tamu, ia baru tahu kalau Nicko tertidur di sofa. Rhea tidak jadi menghidangkan supnya. Ia lalu menaruh kembali mangkuknya, di meja dapur. "Dia pasti sangat lelah?" gumam Rhea pelan. Rhea melihat suaminya, dan ia tersenyum sebentar. Rhea berjalan ke arah kamar. Mengambil selimut dan kembali ke ruang tamu. Ia menyelimuti Nicko yang tidur dengan posisi duduk itu. Rhea lalu juga duduk di depan Nicko, dan ikut masuk dengan selimut yang ia bawa tadi. Mereka tengah berhadapan saat ini. Rhea mengamati wajah suaminya. Saat terlelap, Nicko kelihatan sangat tampan. Rhea tersenyum sambil membelai lembut wajah Nicko. Membuatnya tenang dan bahagia akan wajah damai suaminya itu. Suara dering ponsel mendadak membuyarkan lamunan Rhea. Membawa Rhea kembali ke masa sekarang. Di kamar hotel yang ada di Thailand. Rhea terperanjat akan suara dering ponselnya sendiri. Ia buru-buru mengambil ponselnya. Melihat layar, ada panggilan masuk dari ibunya. Rhea dengan cepat mematikan panggilan itu. Rhea lalu segera mengirim pesan pada ibunya. Bilang, kalau dia sudah sampai di Thailand dengan selamat dan pekerjaan hari ini lancar. Dia juga bilang, tidak bisa mengangkat panggilan, karena pasti tarifnya mahal. Kasihan ibunya. Setelah mengembalikan ponselnya, Rhea melihat ke arah Nicko. Di sofa, Nicko nampak sudah terlelap. Rhea memperhatikannya. Bagaimanapun, Nicko sudah membantu dan mengalah untuknya. Wajah Nicko yang tertidur sekarang, sepertinya masih sama dengan lima tahun lalu. Rhea lalu kembali melihat ke arah langit-langit. Entah kenapa, Rhea bisa teringat dengan jelas kejadian lima tahun lalu? Apa mungkin karena malam ini, nampak familiar dengan malam waktu itu? Masa-masa bahagia mereka saat masih menjadi pengantin baru? Tunggu! Apa ini?! Kenapa Rhea jadi semakin terbawa arus akan kenangannya? Tidak! Rhea harus segera menghilangkannya. Ia tidak boleh terhanyut. Rhea lalu menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba mengalihkan imajinasinya. Berusaha tenang, dan meng-aplikasikan semua ilmu yoga yang ia pelajari. Sesaat setelah itu, ia pun mulai mengantuk, dan pada akhirnya ikut tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD