"What?! No Reservation?!" tanya Rhea pada pegawai resepsionis hotel.
"I'm sorry, Miss," jawab resepsionis perempuan itu.
"Kenapa bisa begitu?!" tanya Rhea lagi.
"Kartu kredit yang digunakan untuk memesan kamar waktu itu, tidak valid. Kami juga sudah mengirim email dalam tiga hari yang lalu. Apa, anda tidak menerima email dari kami?" Resepsionis perempuan itu balik bertanya.
"Tidak mungkin masuk ke emailku. Karena yang memesankan kamar adalah pihak perusahaan," kata Rhea dengan nada lemas, dalam bahasa Indonesia.
"Sorry?" tanya resepsionis perempuan tadi, karena tidak paham dengan bahasa Rhea.
"Tunggu, aku akan menelpon ke kantorku dulu," ujar Rhea sembari mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
"Sekali lagi, kami mohon maaf. Kamar yang sudah direservasi sebelumnya, sudah dipesan oleh tamu lain. Jadi, percuma jika anda melakukan pemesanan sekarang," jelas resepsionis tadi.
Rhea yang mendengarnya, tidak jadi mengeluarkan ponselnya. Memasukkannya kembali ke dalam saku. Ia kemudian hanya menghela nafas panjangnya.
"Ya sudah. Kalau begitu, aku ingin memesan kamar yang lain saja," kata Rhea pada pegawai resepsionis tersebut.
"Kami juga mohon maaf soal itu. Kamar di sini sudah penuh. Mungkin anda bisa menggunakan hotel lain," jelas resepsionis itu.
Rhea semakin tidak habis pikir. Perjalanan dari Indonesia ke Thailand juga tidak sebentar. Begitu sampai, dia juga sudah lelah. Tapi, ia masih harus mengalami masa seperti ini.
"Saya dari Indonesia. Apa, ada hotel lain yang dekat dengan sini?" tanya Rhea.
"Sebentar ya, Nona. Saya akan mencarikannya untuk Anda. Saya akan mencarikannya di ponsel Anda," kata resepsionis.
Resepsionis itu akan meminta ponsel Rhea. Untuk menunjukkan letak hotel lain. Rhea akan memberikan ponselnya. Tapi, belum sempat ponsel itu diterima resepsionis, ponsel Rhea sudah diambil oleh seseorang yang ada di dekat Rhea.
Rhea terkejut. Ia segera menoleh, ke arah orang yang mengambil ponselnya. Tidak sadar kalau ada orang lain yang berdiri di sampingnya. Ternyata itu adalah Nicko.
"Tidak apa-apa. Tidak perlu. Aku bisa mengurusnya," kata Nicko pada resepsionis. Rhea lebih terkejut saat ia mengetahui jika itu adalah Nicko.
"Ayo." Tanpa menunggu persetujuan dari Rhea, Nicko segera menggandeng tangan Rhea.
Nicko berjalan dengan merangkul dan membawa Rhea menjauh dari loby hotel. Saat mereka sudah beberapa langkah, Rhea segera melepaskan tangan Nicko dari bahunya. Menghadap ke arah Nicko.
"Apa yang kamu lakukan?!" tukas Rhea pada Nicko.
"Kenapa tidak bilang kalau kamu juga menginap di hotel ini? Aku juga menginap di sini," kata Nicko.
"Kenapa aku harus mengatakannya padamu? Memangnya siapa kamu?" ujar Rhea dengan nada setengah kesal.
Rhea segera mengambil kembali ponsel yang ada di tangan Nicko. Rhea lalu mengusap layar ponselnya, sejenak. Nicko memperhatikannya. Sekian detik, kemudian ia menyunggingkan senyumannya.
"Baiklah. Ayo!" kata Nicko sambil mengambil koper Rhea.
"Mau ke mana?! Aku belum pesan hotel lain."
"Ke mana lagi? Kamu menginap saja di kamarku," tawar Nicko. Rhea tersentak mendengar ungkapan Nicko baru saja.
"Tunggu! Siapa yang mau menginap bersamamu?!" ujar Rhea dengan nada ketus. Nicko menghela nafas pelan.
"Di sini memesan hotel sangat susah. Daerah sini juga sangat macet. Jadi, meskipun kamu menemukan hotel, itupun juga membutuhkan waktu yang lama untuk menuju ke sana. Apa kamu mau?"
"Tentu saja mau! Aku akan mencari hotel itu!" kata Rhea yang kembali mengusap layar ponsel untuk mencari hotel.
"Sudahlah! Tidak ada waktu lagi. Dari pada menunggu kamu memesan, hotel itu pasti juga sudah penuh. Sekarang, lebih baik kamu menurut padaku saja." Nicko segera membawa koper Rhea, tanpa harus menunggu persetujuan Rhea.
Pada akhirnya, Rhea sendiri tidak memiliki kesempatan untuk menolak. Karena Nicko sudah berjalan menjauh dengan membawa koper milik Rhea. Rhea pun tidak bisa mengelak dan mengikuti Nicko dari belakang.
Nicko berjalan lebih dulu dengan mendorong koper Rhea. Rhea juga hanya bisa terus mengikutinya. Selang sekian menit, mereka berdua sudah sampai di depan kamar hotel Nicko.
Nicko membuka pintu kamar hotelnya. Ia masuk lebih dulu dan diikuti dengan Rhea. Rhea pun ikut masuk dan melihat-lihat dalam kamar hotel Nicko. Nicko kemudian menaruh koper Rhea di sudut ruangan hotel.
"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Rhea pada Nicko dengan masih melihat-lihat di dalam kamar.
"Dua hari yang lalu. Karena hotel ini dekat dengan tempat proyek, jadi aku dipindah di sini untuk sementara."
"Memangnya, sejak kapan kamu di Thailand?"
"Sekitar dua bulan. Sebelumnya, aku dan Path tinggal di mess. Di hotel ini, mungkin sekitar satu Minggu saja."
Rhea mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Ia lalu kembali melihat sekitar. Nicko memperhatikannya.
"Aku tidak membawa barang tajam atau bom. Kamu tidak perlu mengamati semua sisi kamar seperti itu," ujar Nicko.
Rhea lalu melihat ke arah Nicko dengan tatapan aneh. Ia tidak membalas pernyataan Nicko, juga tidak mengatakan apapun pada Nicko. Hanya kembali mengalihkan pandangannya.
"Kenapa? Apa kamu takut aku berbuat macam-macam padamu?" tanya Nicko lagi. Rhea kembali melihat Nicko.
"Tidak," jawab Rhea singkat dengan setengah menunduk. Nicko kembali menyunggingkan satu senyum kecilnya.
"Aku keluar sebentar, karena masih ada urusan. Kamu bisa membersihkan diri dulu. Aku akan tinggalkan cardlock-nya di sini." Nicko meletakkan cardlock di meja kecil.
"Kamu bisa keluar juga untuk mencari makan. Mungkin, nanti aku pulang agak malam," lanjut Nicko, yang kemudian bersiap akan keluar lagi.
"Tunggu!" panggil Rhea tiba-tiba. Membuat Nicko berhenti dan kembali berbalik melihat Rhea yang sepertinya sedang, ingin mengatakan sesuatu.
"Aku, butuh nomor teleponmu," ujar Rhea dengan ragu-ragu.
"Nomorku tidak ganti. Masih sama seperti yang dulu," jawab Nicko dengan santai.
Mendengar jawaban Nicko, Rhea hanya diam. Ia setengah menundukkan kepalanya dengan ekspresi aneh. Nicko memperhatikan dan mencoba menebak isi kepala Rhea.
"Apa jangan-jangan, kamu sudah menghapus kontak nomorku?" tanya Nicko. Butuh waktu beberapa detik untuk Rhea bisa menjawab Nicko.
"Hm ... mm ...." Rhea menganggukkan kepala dua kali. Nicko tersenyum canggung dan aneh mengetahuinya.
"Sejak kapan kamu menghapusnya?" tanya Nicko ragu.
"Setelah kita bercerai," jawab Rhea juga dengan pandangan setengah menunduk. Kalimat Rhea baru saja, juga terdengar setelah beberapa detik.
Nicko nampak terdiam sesaat. Ia berpikir sejenak, dengan masih memperhatikan Rhea. Entah apa yang ia pikirkan? Nicko kemudian mengambil ponsel dari dalam sakunya.
Sekian detik, ponsel Rhea berdering. Di sana, panggilan masuk dari Nicko, muncul di ponsel Rhea. Membuat Rhea bisa tahu lagi nomor Nicko.
"Simpanlah," pinta Nicko setelah mematikan panggilannya. "Kalau ada apa-apa, hubungi aku."
Tanpa menunggu balasan Rhea, Nicko sudah berbalik kembali dari Rhea. Ia berjalan keluar kamar hotel. Rhea tidak sempat mengatakan apapun, setelah Nicko melakukan miss called padanya.
Sekian detik, Nicko sudah keluar kamar hotel. Meninggalkan Rhea sendirian di dalam kamar. Rhea lalu melihat layar ponselnya. Di layar, nomor Nicko kembali muncul setelah lima tahun. Rhea lalu tersenyum kecil.
"Ternyata dia masih menyimpan nomorku," ujar Rhea pelan berbicara sendiri.