[ 07 - Jarak ]

2198 Words
STORY 07 - Jarak *** Tahun 2040 – Pemakaman Khusus Anak-anak Hanya mereka bertiga di area makam Ravin. Asta pergi lebih dulu. Meninggalkan Arsen dalam keadaan penuh amarah, “Hh, sejak kapan dia belajar membantah orangtua seperti itu,” desah laki-laki itu pelan. Ratu menutup kedua mata sesaat, dan kali ini setelah menyelesaikan doa. Wanita itu bergegas bangkit dari posisinya tadi. Arsen menengadah, “Kau sudah selesai?” tanya lelaki itu singkat. Mengangguk sekilas, “Kurasa Ravin pun tidak ingin aku berlama-lama di sini,” jawabnya dengan senyuman tipis. Melihat bagaimana Arsen berdiri cepat, dengan wajah tertekuk, “Dia putramu Ratu, jangan berpikir seolah Ravin membencimu.” Satu kalimat dingin terucap. Ratu hanya tersenyum, “Jika memang itu kenyataannya tidak apa. Karena aku akan menerima semua karmaku,” Menatap sosok paruh baya itu, Rheandra ikut berdiri, menatap Ratu sekilas. “Nyonya Ratu, sekali-kali ikut berbincanglah dengan kami berdua. Sudah lama kita tidak berkumpul,” Ratu melihat jelas bagaimana Rhea dengan sengaja menarik pelan salah satu lengan Arsen, dan memeluknya dengan senyuman. “Kau pasti setuju juga ‘kan, Arkha?” Kedua manik Arsen hanya tertuju pada Ratu, menatap lekat tanpa ekspresi. Membuat sang Edrea bingung, pandangannya teralih. “Jika memang itu yang dia inginkan, aku tidak akan bisa menolak.” Detak jantung Ratu terasa berhenti, satu kalimat familiar terlintas di pikirannya. Manik itu reflek menatap Arsen lagi, bagaimana raut tegas mantan suaminya seolah tidak goyah dan tetap menatapnya datar. Jika memang itu keinginanmu, aku akan melakukannya. Ratu gemetar tanpa Ia sadari, kenapa dia tiba-tiba teringat ucapan Arsen dulu? Aku bukanlah laki-laki tampan dan kaya raya seperti yang kau bayangkan. Jadi apa aku punya hak untuk berpendapat? Kepalanya semakin pening, kedua tangan terkepal kuat. Ratu berusaha keras menahan ekspresinya agar tetap tenang, dia tidak boleh panik. Menarik napas sekilas, pandangan datar itu berhasil Ia balas dengan senyuman tipis. “Tentu saja. Kehidupan kalian pasti sudah jauh lebih bahagia sekarang,” ucapnya lagi. Rheandra memeluk erat lengan Arsen, “Terimakasih, Nyonya.” Tanpa rasa bersalah sedikit pun, wanita itu membalas ucapannya. Ratu mendengus tipis. Tidak bisa menahan diri lebih lama, wanita itu bergegas merapikan pakaiannya. “Kalau begitu aku permisi lebih dulu, ada beberapa rapat yang harus kuselesaikan.” tukas Ratu cepat. Bersiap-siap pergi dari area makam, Sebelum Arsen kembali berucap tipis, “Kau sama sekali tidak berubah.” Satu kalimat menohok yang mampu membuat dinding pertahanannya pecah. Tidak, dia tidak boleh kalah. Menahan semua ekspresi, tanpa menoleh ke belakang. Wanita itu tetap berjalan meninggalkan area makam. Dengan wajah menatap ke depan, menggigit bibir bawah sekuat mungkin, menarik napas yang sesak berulang kali. Dia harus menerima semuanya. Seorang Ratu harus kuat, tetap berdiri walau hati ini sudah hancur karena perbuatannya sendiri. *** Keluar dari area pemakaman, entah kenapa Ratu tidak beruntung hari ini. Padahal dia sudah yakin tak akan bertemu dengan ketiga orang itu, tapi Tuhan sepertinya berkehendak lain. Mendesah panjang, berjalan menuju area parkir mobil. Setelah ini masih ada beberapa pertemuan yang harus dia lakukan. Kedua manik Ratu mengerjap bingung saat melihat sosok Tania nampak melamun berdiri di depan pintu mobil. Mempercepat langkahnya, Menghampiri wanita itu, “Tania,” Menepuk pundak sang assisten, Tania langsung terkejut. Menatap Ratu bingung, "Nyo-nyonya,” Manik Tania teralih, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi dia terlalu sungkan. Sekilas berpikir, tapi begitu tahu ekspresi Tania. Ratu seolah mengerti, Ia tersenyum tipis, “Kau pasti melihat Asta keluar dari area pemakaman ‘kan?” tebak Ratu yakin. Tania mengangguk cepat, “Iya, Nyonya. Baru saja tadi Asta keluar dari pemakaman. Apa tuan Arsenio dan nyonya Rheandra ada di sana?” tanya wanita itu pelan. Melangkah lagi, Ratu bergerak masuk ke dalam mobil, tak terganggu dengan pertanyaan Tania. “Ya, mereka masih ada di dalam. Aku tidak bisa berlama-lama,” jawabnya singkat. Padahal, seingat Tania. Saat peringatan kematian Ravin. Nyonya Ratu akan menghabiskan waktu berjam-jam di dalam sana. Bahkan kerap memintanya pulang lebih dulu. Tapi sekarang, apa karena keberadaan dua orang itu? Ah, sepertinya Tania hampir melupakan sesuatu yang penting. Wanita itu bergegas masuk ke dalam mobil. Dia harus segera memberitahu informasi ini. *** Area Pemakaman Tepat setelah Ratu pergi, Arsen kembali mensejajarkan tubuh dengan makam Ravin. Melepas pelukan Rheandra dari salah satu lengannya, Bergerak mengelus batu marmer kecoklatan itu, “Maaf, ayah harus memperlihatkan hal tadi di depanmu, Ravindra,” ucapnya pelan. Tersenyum pedih, tangan besar mengusap lembut. Semua sikap dinginnya tadi menghilang. Meski sudah bertahun-tahun terlewati, dia tak akan pernah lupa. Perasaan yang sudah terkubur, seolah dihempas oleh angin besar saat melihat wanita itu lagi. Kalau saja dulu dia bisa bersikap tegas, apa kejadian ini tak akan terjadi? Penyesalan terbesar Arsenio, rasa cintanya yang begitu besar pada Ratu. Membuat Ia semakin buta, “Rakha,” Rheandra ikut berjongkok di sebelah Arsen, mengusap punggung tegap laki-laki itu dengan raut sendu. “Apa sampai sekarang pun kau tidak bisa melupakan nyonya Ratu,” Satu pertanyaan itu terucap. Gerakan tangan Arsen terhenti, terdiam sesaat. Seolah memikirkan jawabannya sendiri, “Tidak, aku memang harus melupakannya.” Menggigit bibir bawahnya sekilas, Rhea belum puas, “Walau itu artinya nyonya Ratu menikah lagi dan bertemu dengan laki-laki lain, apa kau tidak masalah, Arkha?” Meski akan berakhir menyakitinya, tapi Rhea harus memastikan sekali lagi. Kalau Arsen tidak akan menyukai Ratu atau kembali pada wanita itu. Meski mereka sudah berpisah selama bertahun-tahun, ketakutan Rhea masih ada. Menatap bagaimana ekspresi tenang Arsen perlahan mengeras meski sesaat, Sosok itu menghela napas panjang, “Ya, aku tidak ada hak untuk ikut campur dengan kehidupannya lagi. Lagipula,” Kedua mata Arsen perlahan menatap Rhea. “Aku sudah memilihmu, Rheandra.” Senyuman yang tipis, dan sesaat. Seketika rasa lega langsung mengampiri Rhea. Wanita itu tersenyum senang, menyenderkan kepala di pundak Arsen. “Terimakasih, Rakha.” Akhirnya semua perjuangannya tidak berakhir sia-sia. Setelah terputus dan berpikir tak akan pernah bersatu dengan Arsen. Rheandra akhirnya mendapatkan apa yang Ia impikan. Bersama laki-laki tercintanya. *** Di dalam perjalanan “Apa kau bilang, Tania?” Ratu reflek menaikkan suara saat mendengar semua penjelasan Tania. Sementara Tania, meski tetap terfokus menatap jalan. Wanita itu berusaha menjelaskan sepelan mungkin. “Saya tidak salah lihat, Nyonya. Tadi saat Asta keluar dari pemakaman. Saya mengira dia akan memanggil taksi, tapi ternyata yang datang justru teman-temannya.” Saat bertemu lampu merah, Tania bergegas mengambil handphone. Mencari nomor plat mobil teman Asta. “Saya hanya bisa mengambil nomor plat mobil itu, karena posisi mereka dekat dengan mobil. Jadi saya pasti tidak salah lihat, Nyonya.” Bagaimana penampilan teman-teman Asta, terutama lelaki yang merangkul Asta masuk ke dalam mobil. Sosok dengan tindik dan tato di lengan. Oke, dia memang tidak bisa memastikan apa orang itu baik atau buruk. Tapi dari percakapan mereka, Tania langsung berprasangka buruk. “Mereka bilang akan mengajak Asta untuk menghancurkan beberapa kelompok musuh nanti malam.” Tubuh Ratu semakin menegang, “Nanti malam,” Itu artinya hari ini? Pikiran Ratu semakin takut, dia tak boleh mengambil keputusan gegabah. Apa maksudnya menghancurkan kelompok musuh? Itu artinya Asta akan melakukan hal berbahaya?! Apa Arsen dan Rheandra tahu tentang ini? Kenapa putranya bisa berteman dengan orang-orang seperti itu?! Tanpa basa-basi lagi, “Cari nomor plat mobil yang kau foto tadi, dan suruh dua bodyguardku mengawasi gerak-gerik Asta. Jangan sampai semua terlewat,” “Jika perlu, aku harus tahu jam berapa rencana mereka berjalan dan kemana tujuan mereka.” “Baik, Nyonya. Saya akan segera menghubungi beberapa orang untuk melacak mobil tersebut,” Mengambil keputusan tanpa menghubungi Arsen atau Rhea terlebih dahulu. Semua pikiran Ratu semakin kacau. Dia tak yakin bisa fokus dengan pekerjaannya hari ini. Semoga saja, apa yang Ia takutkan tidak terjadi. *** Flashback On – Tahun 2025 – Ruang Rapat Suara dering handphone Ratu terdengar cukup keras, memenuhi seluruh isi ruang. Wanita itu terkejut, semua kegiatan presentasinya buyar dalam sekejap. “Maaf, saya permisi angkat panggilan dulu.” ucapnya tipis. Dengan tenang, mengambil handphone dan berjalan pergi dari ruangan. Meski rapat penting ini dihadiri oleh banyak orang penting, Ratu meringis sekilas. Melihat nama tempat bermain Asta dan Ravin menghubunginya. Usia kedua putranya sudah menginjak 5 tahun, dan wajar bagi Ratu serta Arsen menempatkan mereka di taman belajar dan bermain anak. Guna menambah wawasan dan teman mereka. Lalu, kenapa sekarang guru di tempat itu menghubunginya? Mengangkat panggilan cepat, “Selamat siang, Bu guru Vera. Ada apa ya tiba-tiba menghubungi saya?” Bertanya sesopan mungkin, “Selamat siang, Nyonya Edrea. Maaf mengganggu, tapi saya ingin menginformasikan kalau Asta berkelahi dengan teman di kelas tadi pagi,” Berkelahi? Alis Ratu mengernyit sekilas. Kedua putra mungilnya bertengkar? Anak sekecil itu? “Astaga, Asta berkelahi? Dengan siapa? Anak-anak kan biasa berkelahi kecil, Bu.” tanya Ratu cepat, “Asta berkelahi dengan kakak kelasnya, dan membuat salah satu dari mereka terluka.” “Bagaimana bisa? Tubuh putraku masih kecil, Bu Vera. Masa dia sampai melukai kakak kelasnya sendiri?” Ratu tak percaya, “Saya kurang tahu, apa alasan Asta melakukan itu. Tapi Ravin sudah berusaha melerai kakaknya, mereka sekarang sedang ada di ruang guru. Kalau ibu dan bapak Arsen bisa menjemput sekarang, kami akan menunggu hingga pukul 5 sore nanti.” jelas ibu Vera sekilas. Tubuh Ratu menegang, saat panggilan terputus. Dia masih berdiri tak percaya, bagaimana bisa Asta bertengkar dan melukai kakak kelas yang badannya pasti lebih besar darinya. Manik itu melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukan pukul 12 siang. Dia masih ada beberapa rapat penting, dan kemungkinan akan selesai malam nanti. ‘Ck, aku akan meminta Arsen ke sekolah,’ batinnya cepat, menghubungi sang suami. Dia pasti tidak bisa hadir ke sekolah. *** Pukul 19.00 pm – Kediaman Ratu Pulang dengan keadaan lelah, setelah meminta Arsen menggantikannya menjemput Asta dan Ravin. Entah kenapa Ratu ingin memastikan sekali lagi, apa benar Asta memukuli kakak kelasnya? Berjalan ke arah kamar sang kembar, dengan wajah tertekuk membuka pintu kamar. Wanita itu langsung melihat Asta dan Ravin tengah bermain berdua dengan Rheandra. Teriakan dan tawa mereka terhenti kompak saat melihat sang ibu masuk ke dalam kamar. “Ibu!” Ravin tersenyum lebar, berlari menghampiri Ratu, namun tidak bagi Asta. Pemuda kecil itu justru menunduk dan langsung berjalan ke tempat tidur. Menarik selimut, menggulung tubuh mungilnya di dalam sana. “Anda sudah pulang, Nyonya?” Rheandra segera bangkit dari posisinya. Sementara Ratu, wanita itu masih nampak tegas, tanpa ekspresi menatap tempat tidur. “Faresta Aksa Mahapranu, keluar dari selimut sekarang juga. Ibu ingin bicara denganmu,” ucapnya seketika. Mengabaikan Ravin yang sejak awal ingin meminta gendongan sang ibu, pemuda kecil itu tertekuk bingung. Melihat ke arah tempat tidur, kakaknya sedang bersembunyi di situ. “Kakak, kok sembunyi?” tanya pemuda kecil itu polos. Mengikuti langkah Ratu yang perlahan berjalan mendekati tempat tidur. “Nyo-nyonya, jangan marahi Asta. Dia hanya sedikit melakukan kesalahan,” Ucapan Rhea terhenti saat melihat manik Ratu nampak tajam menusuk. “Asta, keluar sekarang juga.” tegasnya lagi. Beberapa detik terhenti sampai akhirnya gulungan selimut itu tersingkap pelan. Menyembulkan wajah manis Asta yang kini nampak ketakutan, “I-ibu,” Sosok ibunya sudah ada dekat di pinggir tempat tidur. Tanpa basa-basi lagi, “Ibu, memasukanmu ke tempat itu untuk belajar dan bertemu dengan teman-teman baru. Bukannya berkelahi, Asta.” Suara yang tegas dan dingin, membuat tubuh Asta semakin menunduk takut. “Ta-tapi Bu, A-asta tak sengaja,” “Tak sengaja apa?” “Asta, tidak suka sama kakak kelas itu,” ucap Asta terbata. “Tapi tidak seharusnya kau berkelahi, Asta. Ibu tidak pernah mengajarkanmu itu,” Asta merengut, “Ta-tapi, Bu. Dia yang salah! Bukan aku!” Suara pemuda kecil itu mulai merengek dan menangis. “Hh, kau menangis lagi? Usiamu sudah 5 tahun, Asta. Jangan cengeng, apapun alasanmu. Tak seharusnya kamu melukai atau bertengkar sembarangan!” Tubuh Asta menegang saat Ratu dengan sengaja menaikkan suaranya, “Dengarkan aku dulu, Bu! Asta, tidak salah! Tidak salah!!” Rengekan semakin kuat. Asta mulai menangis, “Asta tidak bersalah! Huaaa!! Ini salah kakak kelas itu!! Bukan Asta!!” “Kenapa kau malah menangis?! Ibu, tidak suka itu!” “Huaa, dia yang mau pukul Asta duluan!! Dia mau melukai Ravin, aku tidak suka!!” Merengek dan menangis lagi, Ratu mendesah panjang. Menahan amarahnya, Ravin berdiri dengan wajah khawatir, tidak tahu harus melakukan apa, “Hu-hue, kak Asta, jangan nangis,” “Apapun alasanmu Ibu tidak suka, kau melakukan kekerasan seperti ini! Paham!?” tegas Ratu lagi. Manik Asta melebar, antara shock dan kaget, tangisannya mulai turun, membanjiri pipi. Tak percaya kalau sang ibu justru memarahinya sekeras ini. “Pokoknya Asta tidak bersalah!! Titik!!” “ASTA!! Bibirnya bergetar, tanpa aba-aba Asta turun dari tempat tidur, dengan sengaja mendorong tubuh Ratu menjauh darinya. “IBU JAHAT!! JAHAT!!” “Astaga, anak itu!! Asta, kau mau kemana!!” Melihat tubuh mungil itu berlari keluar dari kamar. Hendak mencari sang ayah, tapi siapa sangka saat pintu terbuka. Tubuh tegap Arsen sudah berdiri tak jauh dari pintu. Dengan wajah bingung, melihat Asta menangis. “Lho, ada apa ini?” *** Ratu tidak tahu bahwa tindakan sekecil itu pun. Bentakan dan amarahnya pada Asta hari itu ternyata mampu merubah sikap Asta padanya. Setitik perubahan yang akan membuat Ratu semakin menyesal. Hal sepele yang Ia anggap tak berguna, akan menjadi satu alasan kenapa sikap Asta berubah perlahan. Tiap waktu usia pemuda kecil itu bertambah. Tidak ada lagi tangisan dan rengekan Asta memanggil namanya. Flashback Off – Tahun 2025
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD