___
Selamat membaca.
___
Bahkan untuk hal yang sangat kecil tentang diriku saja kamu tidak tahu, lalu, apa aku pantas menyebut bahwa aku adalah duniamu?
___
Tadi malam, Kak Jo mengatakan bahwa saat dirinya ke kamar Fallany, Fallany malah tertidur dengan nyenyak, meninggalkan Kak Jo yang tidak ingin membangunkan adik kesayangannya itu, hingga di sinilah mereka berada, di dalam mobil hitam yang dikendari oleh Kak Jo, dipagi buta kali ini Fallany memang memilih untuk pergi ke sekolah bersama dengan Kak Jo – lebih tepatnya dipaksa untuk berangkat bersama dengan Kak Jo.
Fallany sama sekali tidak mau tahu tentang Jefri yang akan menjemputnya atau tidak nanti, karena memang sih biasanya Jefri menjemputnya, tapi juga sesekali menjemput Fella, ya, kalian tidak akan pernah salah dengar kalau setiap Fallany bercerita tentang Jefri, selalu saja ada Fella berada di belakangnya, karena memang begitu ceritanya. Fella dan Jefri memang tidak bisa dipisahkan, dua orang yang begitus serasi itu memang selalu akan bersama bahkan Fallany sendiri pun tidak bisa mencegak atau melawan kenyataan itu.
“Tadi malam Kak Jo ke kamar, kamu sudah tidur,” ucap Kak Jo, laki-laki itu melirik Fallany yang terlihat masih memakan sarapannya, ya, saat ini waktu baru saja menunjukan pukul enam lewat lima belas, dan Jo sudah mengajak Fallany untuk pergi ke sekolah, keterlaluan memang, tapi Jo memang ingin keluar kota lagi, dan hal itu mengharuskan Jo berangkat sepagi buta ini, tapi Jo juga ingin berbicara dnegan Fallany hingga akhirnya laki-laki itu mengajak Fallany untuk pergi bersama.
Fallany mengangguk, ia tadi malam memang sangat tidak mood, merasakan bagaimana dirinya ditinggal oleh Jefri, merasakan bagaimana waktu pulang ke rumah ia melihat Jefri dan Fella lagi, bahkan tadi malam pun Jefri juga membentaknya hanya karena ia menolong Bang Nayuta, dan hal itu benar-benar membuat Fallany tersinggung, selama ini Fallany mencoba biasa saja dan lebih banyak memendam perasaan kesalnya saat Jefri menolong Fella – mau dibicarakan pun Jefri tidak akan mendengarkannya, oleh karena itu, Fallany lebih memilih diam, tapi, nyatanya saat tadi malam dirinya menolong dan pulang bersama Bang Nayuta, Jefri malah marah, Jefri memang benar-benar definisi laki-laki tidak tahu diri.
Dia melarang Fallany ini dan itu, tapi Jefri tidak memberikan contoh yang baik pada Fallany, saat Fallany melarangnya ini dan itu – melarang apa yang mirip dikatakan oleh Jefri padanya, nyatanya Jefri tidak melakukan hal itu juga, nyatanya Jefri juga melanggar semua janji dan ucapan yang dirinya ucapkan, jadi, buat apa Fallany susah-susah melakukan hal itu juga kepada Jefri, mengikuti apa yang dikatakan oleh Jefri.
“Capek aku habis makan malem sama Jefri eh ditinggal gitu aja, ha ha ha,” ya, Fallany mengatakannya itu sambil tertawa, rasanya mengatakan itu dengan sedih pun, dengan sakit hati pun tidak akan membuahkan hasil apa pun, Jefri tetap menyebalkan dan tidak mengubah keadaan apa pun.
“Dia nolongin Fella,” ucap Kak Jo mengingatkan, ya, disatu sisi dirinya dan Fallany harus memaklumi apa yang dilakukan oleh Jefri kepada Fella, tapi, di satu sisi Jefri memang harus menjaga perasaan Fallany juga sebagai kekasihnya.
“Ya, enggak ada bedanya kan Kak waktu aku nolongin Bang Nayuta, tadi malam dia dipukulin loh, dikeroyok,” ucap Fallany membela diri, entah kenapa ia begitu kesal tadi malam, mungkin perasaan kesal itu tidak akan sebanyak ini, tidak akan sedalam ini kalau Jefri merasa bahwa dirinya juga salah kemarin, tapi yang membuat Fallany semakin jengkel adalah saat Jefri menyalahkan dirinya saja, tanpa mau mewawas dirinya sendiri.
Kak Jo mengangguk setuju, benar, Fallany memang tidak salah juga, mendengar cerita Fallany dan melihat keadaan Nayuta yang begitu menyedihkan tadi malam, Jo memang berfikir bahwa kalau Nayuta, tidak ditolong mungkin saja Nayuta sudah tidak bernyawa lagi saat ini. “Yaudah, nanti Kakak omongin pelan-pelan sama Jefri ya,” ucap Kak Jo, sungguh, melihat tadi malam wajah Jefri dan Fallany benar-benar membuat Jo sedih, ia tidak ingin adik dan sahabatnya itu saling menyakiti pada akhrinya.
Fallany menggelengkan kepalanya, menolak apa yang ingin dilakukan oleh Kak Jo, “enggak usah, ngapain capek-capek, buang waktu ah Kak,” ucap Fallany mencegah, sungguh, dirinya sudah bersama dengan Jefri selama enam bulan lebih dan nyatanya Jefri memang tidak berubah, dan tidak ada niatan berubah kan? lalu untuk apa Fallany, dan Kak Jo mencoba untuk mengubah sifat laki-laki itu yang pada dasarnya Jefri sendiri ingin melakukan hal itu tanpa dipengaruhi oleh siapa pun.
Bukannya menolak kebaikan Kak jo, Fallany hanya ingin Jefri sendiri yang sadar dengan keadaan dan sifatnya, menyadari apa yang dirinya lakukan itu salah, dan meminta ma’af kepada Fallany denagn kesadarannya sendiri.
Jo baru saja ingin berkata sebelum ia sadar bahwa ia sudah sampai di sekolahan Fallany, membuat Fallany menghentikan pembicaraan itu dan pamit dari mobil Jo, melihat Fallany yang turun dari mobilnya membuat Jo menghela napas berat, tanda-tanda bahwa kisah cinta Fallany dan Jefri semakin susah, ditambah dengan kehadiran Nayuta dan juga Fella yang ada didalam cerita mereka membuat Jo yakin bahwa apa yang akan dilewati oleh Fallany dan Jefri kedepannya sangatlah berat.
Fallany mengehela napasnya, kalau bukan karena ingin menghabiskan waktu bersama dengan Kak Jo maka Fallany bisa memastikan bahwa dirinya tidak akan pergi sepagi ini bersama dengan Kak Jo, dan membicarakan masalah yang membuat dirinya sebal itu, saat turun dari mobil jelas sekolah masih saja terasa sepi, hanya beberapa murid yang daatang, dan salah satunya Brian yang kini sudah menepuk bahunya.
“Fallany pagiiiii,” katanya heboh, laki-laki itu melebarkan senyumnya sambil menjulurkan tangannya yang sudah terdapat selembar kertas dengan pertanyaan yang ada di dalamnya.
Fallany awalnya tidak ingin menerima kertas itu, sebelum Brian semakin memaksanya, perempuan itu mengehela napasnya saat melihat pertanyaan yang ada di sana, dan melihat ia sudah menginjak tanda panah, ada apa sih ini sebenanrya? Siapa sih yang sudah mengerjai Fallany sepagi ini.
“Buka aja dulu kertasnya yang lebar, jawab pertanyaannya,” ucap Brian memandang Fallany sambil menganggukan kepala, mencoba meyakinkan perempuan itu bahwa semua ini tidak berbahaya.
Fallany akhirnya membuka lembar kertas itu dan melihat isi pertanyaan.
Di mana pertama kali kamu bertemu dengan Jefri?
Fallany sempat terdiam, “di sekolah ini,” ucapnya menatap Brian dengan tidak semangat.
Brian mengangguk membenarkan jawaban Fallany, dan memberikan setangkai bunga mawar yang ada di dalam tasnya kepada perempuan itu, Brian pun kembali menganjak Fallany untuk segera melangkah dari depan sekolahnya menuju koridor.
Fallany memegang bunga mawar itu dengan wajah yang masih saja kebingungan, tapi, ia tidak lebih lanjut bertanya pada Brian tentang apa yang laki-laki itu lakukan padanya, hingga saat dirinya dan brian sudah di koridor, laki-laki itu kembali menjulurkan kertas dengan pertanyaan yang ada di sana.
Apa hewan kesukaan Jefri?
“Kucing,” ucap Fallany dengan singkat dan terlihat masih tidak antusias dengan apa yang ia lakukan saat ini, dan lagi, setelah menjawab pertanyaan itu, ia kembali diberikan setangkai bunga mawar oleh Brian, setelahnya, Brian kembali mengajaknya untuk melangkah hingga ke depan tangga, lagi-lagi Fallany kembali menginjak sebuah tanda, di mana Fallany mulai mengerti bahwa setiap Brian memberikan ia setangkai bunga mawar maka pertanyaan yang diberikan oleh Brian itu, dijawab dengan benar oleh Fallany dan bunga mawar menjadi hadiahnya, dan setiap dia menginjak sebuah tanda di lantai, ia kembali diberikan pertanyaan oleh Brian.
Brian kembali menjulurkan kertas yang berisi pertanyaan saat ia dan Fallany sudah berada di depan tangga, ia tersenyum, Fallany ternyata dengan mudah menjawab pertanyaan yang diberikan olehnya.
Kapan Jefri menyatakan perasaannya?
____