Hukuman Dari Kekalahan

2711 Words
“Eh, Gri. Katanya kamu udah jadian ama Kaname??” tanya Puput pada Agri yang lagi asyik membaca komik yang dipegangnya itu. Ini adalah jam pelajaran terakhir yaitu pelajaran bahasa indonesia, tapi lagi-lagi guru mereka nggak ada. Hanya tugas yang ditinggalkan dan itupun dikumpulinnya minggu depan. Nadia CS mengisi waktunya dengan membaca komik yang dipinjam oleh Agri di Marvel salah satu tempat peminjaman komik, majalah, dan kaset CD atau DVD yang letaknya tak jauh dari SMA mereka. “Siapa yang kasi tau kamu kalau aku jadian ama Kaname?” kata Agri, komik yang tadi dibacanya pun ditutup. Mulai sudah ini para pencinta khayalan tingkat tinggi membahas para cowok-cowok khayalan mereka. “Zero yang kasi tau aku, kemarin Zero dateng nemuin aku terus dia cerita deh.” jawab Puput, Agri membalikkan badannya ke belakang. “Ternyata Zero tukang penyebar gosip juga ya?. Sama aja kayak Hadi.” kata Agri seraya melirik ke arah Hadi, Puput yang mendengar ucapan Agri langsung hot, nggak terima sang pujaan hatinya disamain sama Hadi yang mukanya itu mirip kayak cewek dan mulutnya juga sudah kayak ember bocor, nyebarin gosip mulu. “Sialan kamu Gri, nggak terima aku Zero kamu samain ama Sasuke jadi-jadian itu.” protes Puput, mendengar ucapannya Puput, Desi juga angkat bicara. “Eh Put, aku juga nggak terima ya, Hadi kamu panggil Sasuke, dia itu nggak pantes jadi Sasuke, aku sebagai Sakura nggak mau Sasukeku disamain sama Hadi.” Protes Desi. “Aku juga nggak setuju Hadi jadi Sasuke, makanya kan aku bilang dia Sasuke jadi-jadian.” Puput membela diri. “Sudah-sudah kok jadi malah ngeributin Hadi sih. Ntar orangnya denger lho, tambah besar kepala itu anak.” Nadia menetralkan suasana. “Bener itu katanya Nadia, ntar orangnya denger lagi. Tambah kayak balon udara ntar kepalanya anak itu. Aku juga nggak setuju kalau Sasuke, apalagi Zero disamain ama Hadi. Jauh banget bedanya, nggak sifatnya aja yang jauh beda. Mukanya juga jauuuuuuh sekali bedanya. Zero ama Sasuke kan cakep sangat, nah Hadi tampangnya udah kayak cewek gitu, nggak jelas banget.” tambah Agri. “Nah gitu donk Gri, aku baru setuju. Hadi kan mukanya itu muka cewek” tambah Desi lagi, semuanya pada tertawa. Untung saja Hadi tidak mendengar pembicaraan mereka karena jarak mereka lumayan jauh, tempat duduk Hadi berada di deretan paling barat dekat pintu, sementara Nadia CS ada di deretan kedua dari timur. “Ooya Gri, lanjutin pembicaraan kita yang tadi. Kalau kamu jadian ama Kaname, terus Garra ama L kamu kemanakan?” tanya Nadia melanjutkan pembicaraan. Kaname itu adalah nama tokoh di komik VK (Vampire Knaight) dan Kaname itu adalah salah satu vampire ras darah murni, Kaname juga ketua asrama di sekolahnya, salah satu sekolah yang menerima para vampire menjadi murid-muridnya. Zero adalah salah satu guardian di sekolah itu bersama satu rekannya yang bernama Yuki. Mereka berdua bertugas untuk menertibkan dan pengamanan untuk sekolah Day Class dan Night Class, dan juga mengawasi para vampire agar tidak mengganggu para manusia. Karena para vampire-vampire itu sangat cute sehingga membuat cewek-cewek dari sekolah Day Class jatuh hati pada mereka, jadinya setiap pergantian jam sekolah para guardian sibuk untuk menjaga para murid Day Class yang berdesak-desakkan untuk melihat para vampire itu, memberikan kado untuk mereka, dan hal-hal yang lain seperti yang selalu dilakukan para fens kepada idolanya, para murid Day Class tidak mengetahui kalo idola-idola mereka itu adalah para vampire. (Udah segitu aja tentang kaname dan Zero, kalo mau cerita yang lebih lengkap baca saja komiknya). Ehh, ada yang ketinggalan ‘L’ belum diceritain. ‘L’ itu adalah seorang detektif yang saat ini sedang memecahkan masalah misteri tentang ‘Kira’, seorang yang telah membunuh para penjahat dengan cara yang misterius. Ceritanya di kemas dalam komik yang berjudul DEAT NOTE. “Tau ini anak, banyak banget selingkuhannya. Nggak takut apa diamuk sama Garra,,?” tambah Desi. Agry cuma senyum-senyum aja. “Tenang aja, Garra sama L nggak bakalan tau kok. Pokoknya aman deh. Ooya beberapa minggu lagi aku akan nikah ama Kaname. Walaupun aku akan punya dua suami dan satu pacar, tentunya yang paling aku cintai ya suami pertamaku Garra.” kata Agry. “Haaah gila kamu Gry.” kata ketiga sahabatnya kompak. “Emang aku gila, baru tau ya,? Gimana sih kalian ini, sesama orgil (orang gila) itu harus saling mendukung. Hehehehe.” “Ember, hahahaha.” kata ketiganya membenarkan. Semuanya tertawa, dasar orang-orang gila komik. Setelah selesai bercerita yang nggak ada bosan-bosannya itu, Nadia CS memainkan sebuah permainan yang mereka buat sendiri yaitu menyebutkan nama-nama tokoh anime yang ada di film maupun komik. Nama permainannya ABC, caranya dengan mengeluarkan jari tangan sesuai keinginan terserah maunya berapa, ntar jari-jari tangan itu akan dihitung berdasarkan abjad dari A-Z, nanti huruf terakhir yang ditunjukkan dari jari tangan yang terakhir itu yang akan menjadi inisial nama tokoh anime yang akan disebutkan nanti. Mereka harus menyebutkan nama tokoh sebanyak-banyaknya, dan yang paling sedikit menyebutkan nama dialah yang akan mendapatkan hukuman. Season pertama, kedua, ketiga, nadia bisa menyebutkan nama tokoh lebih banyak dari ketiga sahabatnya, jadinya dia selamat dari hukuman. Tetapi season keempat Nadia mendapat kesulitan menyebutkan nama tokoh komik yang berinisial P. yeah emang sih huruf P jarang ada. Jadinya Nadia nggak bisa sebutin deh. Ketiga sahabatnya saja masing-masing cuma bisa menyebutkan satu nama saja, sementara Nadia tidak ada. Dan ini saatnya dia mendapatkan hukuman dari ketiga sahabatnya. “Nah sekarang kamu kena hukuman Nad. Hukumannya nyanyi di depan!” kata Agri, Puput dan Desi cuma mengangguk tanda setuju. “Haaah nyanyi? Nggak, nggak mau, yang lain aja udah” tolak Nadia. “Nggak boleh gitu dong, curang itu namanya. Udah cepat ke depan sana!!” kata Desi. “Malu tau.” Nadia masih nolak. “Ngapain harus malu, toh yang liat cuma temen-temen kita doang. Ayo ke depan sana, maju cepetan!” pinta Agri seraya menarik tangan Nadia. “Masa kamu aja yang lolos dari hukuman. Curang dong, nggak adil. Kita aja melaksanakan semua hukuman yang disuruh sama yang menang.” ucap Puput seraya menyenggol bahu Nadia. “Tapi kan kalian hukumannya ringan, cuma minta tandatangannya Hadi aja, nah diriku disuruh nyanyi di depan” protes Nadia. “Nggak ada tapi-tapian, siapa bilang hukuman kita ringan. tau sendiri Hadi kayak gimana, cepet kepedean, jail, sok ke cakepan, sok imut, semuanya deh pokoknya.” protes Desi juga yang nggak suka sama Hadi, karena dia sering digangguin sama Hadi. “Okey kalau kamu nggak mau nyanyi. Biar sama, kamu juga minta tanada tangan tapi bukan sama Hadi, melainkan sama Pian. Gimana??? Mau?” tawar Agri. “Nggak, nggak, ogah tau nggak. Gila apa aku harus minta tandatangan ama itu anak.” tolak Nadia yang wajahnya langsung berubah merah. “Ya udah kalau nggak mau, sekarang maju ke depan. Nyanyi sana!! Lagian ini kesempatan buat kamu bales dendam sama Pian. Dia kan udah keseringan buat kamu kesel sepanjang hari di sekolah, dan sekarang giliran kamu yang buat dia kesel juga. Mumpung ada kesempatan nih, selagi Pian-nya juga ada di sini.” kata Puput. “Nadia, Nadia, Nadia,” seru ketiga sahabatnya menyemangati. “Iya, iya ini aku maju,” kata nadia akhirnya mengikuti perintah ketiga sahabatnya. “Oke, baiklah temen-temen mari kita dengarkan sama-sama!! Nadia akan menyanyikan sebuah lagu khusus untuk seseorang, berikan tepuk tangannya!.” teriak Agri, kontan semua isi kelas bertepuk tangan seraya bersorak sorai mengalihkan perhatian mereka ke Nadia yang berdiri di depan. Tanpa terkecuali Pian juga ikut mengalihkan pandangannya ke Nadia, Hadi CS tak mau ketinggalan melihat pertunjukan seru yang akan terjadi nanti, mereka tak kalah hebohnya dengan teman-temannya yang lain. “Ayok Fitri, Farel akan setia mendengarkanmu.” teriak Hadi bersemangat. Nadia langsung menyeringai ke arahnya, tetapi Hadi tak memperdulikan tatapan sinis Nadia. Nadia pun tak lagi menghiraukan Hadi dan kawan-kawan. “Terserah sudah mereka mau ngapain, lebih baek aku mulai aja nyanyi biar cepet kelar hukumannya. Males banget harus berdiri lama-lama di sini.” Batin Nadia. Nadia mulai menarik nafas. Dan dengan perlahan mulutnya terbuka mulai mengeluarkan suara merdunya. “Kuakui ku sangat sangat menginginkanmu” Baru saja satu lirik lagu dinyanyiin sama Nadia, eh Hadi CS sudah berkicau lagi. “Wiiiiiih, lagunya D’masiv, lagunya Pian tuh. Pian, Nadia nyanyiin kamu tuh.” teriak Hadi CS, serentak seisi kelas menyambut berteriak, “Cie,cieeee” Mukanya Pian langsung berubah menjadi merah, sudah kayak tomat panggang saja itu muka. Waduh gawat nih, Pian marah. sebentar lagi perang dunia ke tiga bakalan terjadi nih. Tetapi Nadia cuek bebek tak peduli dengan sikap teman-temannya, dia terus melanjutkan hukumannya. Ketika lagu selesai semua anak bertepuk tangan dan bersorak sorai. Nadia pun kembali duduk ditempatnya. Tiba-tiba saja Pian menghampiri Nadia, dia terlihat sangat marah. Perang lagi sudah ini,,!. ***** “Assalamualaikum,” suara seorang cewek terdengar dari luar. Nadia yang lagi asyik nonton TV itu pun langsung berlari menuju pintu. Karena dia sangat kenal siapa pemilik suara itu. “Waalaikumsalam, kak Ayu.” Nadia langsung memeluk kakak barunya itu setelah dia membukakan pintu. “Hok, hok, hok, udah Nad, lepasin,!! Kecekek kakak nih.” pinta Ayu. Nadia Pun melepas pelukannya. Ayu memperbaiki jilbab yang membalut wajahnya itu. Jilbabnya jadi berantakan gara-gara tadi dipeluk Nadia. “Maaf kak, abisnya Nadia senang banget kakak dateng ke sini,!” kata Nadia. “Yeah tadi kebetulan kakak lewat daerah sini dan kakak pikir nggak ada salahnya kakak mampir ke rumah kamu, kebetulan juga kakak lagi males pulang ke rumah. Bosen di rumah sendiri nggak ada teman.” jelas Ayu. “Oohh, sering-sering aja kakak mampirnya, mau nginep juga nggak apa-apa. Nadia juga di sini kesepian nggak ada temen. Kalau begitu kita ketaman Nadia aja yuk!!! Ada yang mau Nadia certain, banyak banget.” ajak Nadia seraya menggandeng lengan Ayu dan menariknya berjalan menuju taman. “Iya, iya, pelan-pelan dong!!” Sore yang indah, langit tampak cerah dengan warna kuning keemasan. Angin bertiup sepoi-sepoi menambah nyamannya suasana sore itu. Waktu yang tepat untuk ngobrol-ngobrol santai. “Kamu mau cerita apa?? Biar kakak tebak, pasti ceritain Pian kan?” kata Ayu setelah mereka sampai taman, mereka duduk di ayunan yang ada di tengah-tengah rerimbunan tanaman bunga. Nadia tersipu malu saat ayu menyebut nama Pian, mukanya merona, tapi dengan cepat raut mukanya berubah. “Yuppss, kakak benar banget. Tadi siang di sekolah ada kejadian yang seru abis,” “Pasti kalian kelahi lagi?” “Yoa, pastinya dong kak,” kata Nadia mantap. Nadia Pun mulai menceritakan peperangannya dengan Pian tadi siang, dari awal sampai akhir. “Nad, sekarang kamu dengerin kakak,!! Giliran kakak yang ngomong, kamu udah selese kan ceritanya,?” tanya Ayu setelah Nadia selesai bercerita. “Udah kak,” “Oke, sekarang kamu dengerin kakak baik-baik, dan kamu nggak boleh motong ataupun membantah apa yang kakak ucapin sampe ntar kakak selese bicara!!” pinta Ayu, Nadia pun menganggukkan kepala tanda setuju. “Gini Nad, kakak bisa mengambil kesimpulan dari semua cerita kamu dan gaya cerita kamu setiap kamu certain Pian itu. Kalian berdua itu saling suka, tapi kalian berdua itu nggak ada yang mau mengakuinya, kalian itu sama-sama egois tentang perasaan kalian masing-masing, nggak cuma gaya cerita kamu aja, tapi sikap kamu juga menunjukkan kalau kamu itu suka sama Pian, begitu juga Pian. Cuma aja kalian belum menyadari hal itu, tapi suatu saat dengan seiring waktu yang berjalan kalian pasti akan menyadari semua yang kalian rasakan. Kamu suka ama Pian, Nad. Kamu suka ama dia, dan beg….” ucapan Ayu terhenti karena Nadia angkat bicara. Dia tidak terima dengan ucapan Ayu. “Udah kak, cukup. Nadia nggak mau denger lagi. Nadia nggak suka ama Pian, kesimpulannya kakak itu salah, salah besar. Nadia itu kan udah sering bilang ke kakak kalau Nadia nggak, nggak, nggak dan tetap nggak suka sama Pian, yang Nadia suka itu Dhika, dan cuma Dhika yang Nadia suka. Nggak akan ada yang bisa gantiin Dhika di hatinya Nadia.” bantah Nadia. “Nad, kamu harus tetap dengerin kakak!! Dan jangan potong omongannya kakak lagi!! Sekali lagi kamu potong omongannya kakak, kakak nggak akan mau ngomong lagi ama kamu!!” ancam Ayu. “Yoohh, jangan gitu dong kakak. Ya udah maaf, Nadia janji deh nggak akan motong omongan kakak lagi.” “Bagus sudah, Nad kakak dulu udah pernah ngalamin hal yang sama dengan yang kamu alami sekarang, kan kakak juga pernah cerita ama kamu. Jadi kakak tau dan gerti sekali perasaan kamu. Oke Lah, orang yang kakak cintai nggak pergi ninggalin kakak untuk selamanya. Tapi Nad, kamu kamu juga nggak bisa terus-terusan ngebebanin pikiran kamu dengan semua khayalan kamu itu. Dan kamu juga nggak bisa terus-terusan nutupin perasaan kamu kalau kamu juga punya rasa ama Pian. Jalan hidup kamu itu masih panjang Nad, nggak cuma sampai di sini aja. Masih banyak lagi yang akan kamu hadapi dan alami nantinya, nggak berarti Dhika udah pergi terus kamu stop sampai sini aja, nggak kayak gitu Nad, jalan cerita kamu masih panjang. Kakak yakin Pian itu beneran suka ama kamu, bahkan bukan sekedar rasa suka tapi lebih dari itu. Ingat katanya Hadi, lagu yang kamu nyanyiin itu adalah lagunya Pian buat kamu. Lirik lagu udah jelas menyatakan kalau Pian itu sayang ama kamu, tapi dia nggak bisa memiliki kamu karena kamu udah jadi milik orang lain. Dan satu hal yang Pian nggak tau, orang yang milikin kamu itu sebenernya udah nggak ada.” Ayu berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya, dan melanjutkan kembali ucapannya,“Nad, sekarang saatnya kamu untuk membuka lembaran baru. Membuka hati kamu untuk orang lain, dan nggak terus-terusan buat sibuk khayalin Dhika. Karena dengan itu kamu hanya akan menyiksa diri kamu sendiri, menyakiti hati kamu sendiri. Kakak juga dulu kayak gitu, kakak hanya bisa memiliki orang yang kakak sayang hanya dalam khayalannya kakak aja, emang kakak bahagia, bahagia banget kalau sudah membayangkan tentang dia, tapi di dunia nyata kakak menderita, hati kakak sakit, sepi rasanya Nad, bosen dan nggak enak banget. Sesuatu yang kita harapkan berbeda jauh dengan kenyataan. Makanya sekarang kamu harus mengakhiri semua khayalan kamu, karena belum tentu juga Dhika itu cinta pertama kamu. Sekalipun dia adalah pacar pertama kamu. Bisa aja cinta pertama kamu itu adalah orang lain yang suatu saat nanti kamu temui di masa yang akan datang. Kita tak pernah tau apa rencana Allah SWT. untuk kita. Kamu itu beruntung Nad, Pian itu bener-bener sayang ama kamu walaupun dia selalu buat kamu kesel dan marah, tapi sesungguhnya itu adalah caranya dia buat nunjukin kalo dia sayang sama kamu, karena dengan cara itu dia bisa dapat perhatiaan dari kamu. Emang sih caranya aneh, dan menyebalkan. Tapi buat kakak itu nggak masalah. Dari pada kakak, ceritanya nggak jelas. Sudah, itu aja yang mau kakak sampaikan. Capek juga ngomong panjang lebar, kalau juga kamu dengerin kakak. Tapi kakak berharap semoga apa yang kakak ucapin tadi bisa kamu pikirin dan jadi bahan renungan kamu nantinya!!!” Ayu mengakhiri pembicaraannya. “Oya kak, Nadia udah tau siapa orang yang selalu kakak panggil Bintang itu, nama cowok itu juga Pian kan.?” Nadia mengalihkan pembicaraan, Ayu nampak kaget mendengar ucapan Nadia. “Kok kamu bisa tau, kamu tau dari mana?” tanya Ayu sedikit terbata. “Tau donk, malahan Nadia kenal banget ama orang itu. Coba kakak dari dulu kasi tau nama aslinya Bintang itu, Nadia kan nggak perlu jadi penasaran dengan orang itu. Nadia kira orang itu siapa kek gitu, taunya dia kakaknya Nadia juga, pantesan aja cerita kita sama, nama cowok yang kita ceritakan juga sama. Kak Pian itu kakaknya Dhika, dan biasanya kita manggil dia Fahri.” jawab Nadia. “Apa,,?? Dia kakaknya Dhika, berarti rumahnya yang itu donk??” kata Ayu tambah kaget seraya menunjuk rumah yang satunya lagi yang ada di samping taman. “Iya,, Nadia aja kemarin kaget pas kak Fahri nelpon terus ceritaiin tentang kakak juga setelah dengerin ceritanya Nadia. Kak Fahri juga kaget setelah dia tau kalau Nadia kenal kakak.” “APAA??” “Kalian jodoh kali ya?” tambah Nadia. “Idih ogah kakak berjodoh sama dia, nggak mau. Kakak kan udah bilang, okelah kakak dulu pernah suka ama dia, tapi kakak juga benciiiiiii banget sama dia.” bantah Ayu, Nadia cuma ketawa denger ucapan Ayu. “Liat aja kak, ntar Nadia comblangin kakak. kalau kalian nggak jadian, seenggaknya kalian bisa balikan lagi jadi sahabat kayak dulu. Dengan ini kita impas kakak. Kakak udah bantuin Nadia, dan sekarang giliran Nadia yang bantuin kakak.” bisik Nadia dalam hati. Obrolan mereka terus berlanjut, dengan suasana kebahagiaan satu sama lain dengan kisah cerita tentang Pian-nya masing-masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD