BILLY DIINTEROGASI

1287 Words
Houston Ryan baru saja kembali dari kota kelahirannya menuju ke tempat ia kuliah saat ini. Ryan yang dikenal sebagai seorang mahasiswa teknik juga sebagai seorang tukang servis. “Hi, Ryan. Kapan kamu kembali dari kotamu?” Tanya Annie, gadis yang diam-diam naksir Ryan. Namun, sayangnya Ryan mengacuhkan perhatian yang diberikan oleh Annie. “Hi Annie, maaf saya harus buru-buru masuk ke dalam kelasku. Aku tidak mau terlambat, kau tahu bukan, kalau aku ini hanyalah seorang mahasiswa dengan program beasiswa.” Kata Ryan yang bergegas meninggalkan Annie dengan tatapan kecewa. Ryan masuk ke dalam kelasnya dan membuka handphone miliknya dan ia lalu sibuk dengan aplikasi yang ada di handphonenya tersebut. Hingga dosennya akhirnya masuk ke dalam kelas, ia pun menyimpan handphone miliknya ke dalam tas dan memperhatikan penjelasan dosennya dengan tekun. Ryan di kampus dikenal sebagai mahasiswa teladan yang tidak pernah membuat ulah dan nilai-nilainya selalu bagus, hingga ia tidak pernah kehilangan beasiswanya satu semester sekalipun. Selesai jam perkuliahan, Ryan dan sahabatnya, Douglas pergi ke kantin sekolah. Ryan yang sekarang berbeda dengan Ryan yang merupakan siswa di Senior High School Valey. Ryan yang sekarang tidak lagi pendiam, akan tetapi mempunyai banyak teman dan yang terutama disukai banyak gadis. “Ryan, kulihat tadi Annie menghampirimu lagi, kasihan gadis itu, ia mencintaimu. Kenapa kamu tidak mau menerima cintanya?” tanya Doughlas kepada Ryan. Ryan menusuk steaknya dengan garpu dan memasukkannya ke dalam mulut, lalu mengunyahnya dengan perlahan. “Aku tidak menyukainya, sebenarnya aku sudah pernah menolaknya, tetapi Aline tetap saja mendekatiku.” Sahut Ryan, sambil menelan makanannya. “Hmm, gadis yang malang, harus mendapatkan penolakan darimu.” timpal Doughlas. Sepulang kuliah, Ryan langsung menuju ke tempat kerjanya sebagai seorang tukang servis. Ryan memasuki sebuah gedung dan menuju ke ruangan yang terletak di lantai lima. Ryan membuka pintu ruangan dengan papan nama “Sam’s Service and Reparation.” Ryan langsung disambut oleh bosnya dengan ramah dan berkata. “Kupikir kau belum kembali dari kota kelahiranmu.” “Sorry, sir. Saya menambah waktu ijin saya, karena ternyata urusan di sekolah lama tidak dapat cepat diselesaikan.” Sahut Ryan merasa bersalah. “Tidak mengapa, saya mengerti. Kebetulan, orderan untuk perbaikan juga tidak terlalu banyak. Nanti sore, kau datanglah ke sebuah rumah yang alamatnya ada di catatan, yang di atas mejamu. Mereka minta minta dipasangkan alarm rumah dan juga pendingin di rumah mereka mengalami kerusakan.” Perintah bos Ryan. “Siap, Sir. Nanti sore saya akan pergi ke rumah tersebut.” Sahut Ryan. Ia langsung saja memperbaiki beberapa peralatan elektronik yang ada. Dilihatnya catatan, barang elektronik manakah yang harus dikerjakannya terlebih dahulu. Tepat pukul 16.00, Ryan menyelesaikan tugasnya dan berpamitan kepada bosnya untuk menuju ke rumah yang ada di catatan yang diletakkan bosnya di atas meja. Ryan mengemudikan mobil pick up miliknya menuju ke rumah yang terletak di Avenue Road. Dalam waktu 20 menit Ryan sampai di rumah tersebut. Ryan membunyikan bel dan seorang pelayan yang membukakan pintu. Ryan pun memperkenalkan dirinya dari Sam’s Service and Reparation. Ia pun dipersilahkan masuk, Ryan langsung saja mengeluarkan peralatannya untuk memasang alarm dan mengajarkan kepada sang pemilik rumah bagaimana cara mengoperasikan alarm tersebut, yaitu bagaimana cara mematikan dan menyalakan. Selesai memasangkan alarm, Ryan lalu memperbaiki Air Conditioner di rumah tersebut yang mengalami kerusakan. Tepat pukul 19.00, Ryan pun menyelesaikan pekerjaannya, ia langsung pulang menuju ke apartemennya yang terletak tidak jauh dari kampusnya. Sesampainya di apartemen, Ryan langsung saja mandi. Badannya bau matahari dan terasa lengket. Selesai mandi, Ryan langsung menuju ke dapur dan menggoreng bacon juga membuat roti bakar. Ryan menikmati makan malamnya ditemani sekaleng beer. Ryan merasa puas pekerjaannya hari ini lancar dan tidak ada masalah sama sekali. Dilain tempat, Kantor Kepolisian Kota Tua Seorang wanita masuk ke dalam kantor kepolisian dengan wajah cemas. Wanita itu berteriak-teriak minta agar anaknya dibebaskan dan ia akan melapor kepada walikota, kalau pihak kepolisian telah berlaku tidak adil dengan menangkap anaknya. Monza dan Miller ke luar dari ruangan mereka, begitu mendengar suara teriakan wanita tersebut. Keduanya menatap kesal ke arah ibu Billy yang berteriak-teriak, wanita itu bisa mempersulit proses penyelidikan mereka. Mereka berdua mempersilahkan kepada ibu Billy untuk masuk ke dalam ruangan mereka dan kalau wanita itu masih saja berteriak-teriak dengan terpaksa mereka akan menahannya, karena sudah mengganggu ketentraman umum. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam ruangan, Monza mempersilahkan kepada ibu Billy untuk duduk dihadapan mereka. Setelah duduk ibu Billy langsung saja bertanya kepada Miller dan Monza kenapa anaknya dibawa ke kantor polisi?, apa kesalahan yang sudah dilakukan oleh anaknya. Miller pun menjelaskan kepada ibu Billy, kalau anaknya sudah berusaha menyusup masuk ke dalam rumah polisi. Namun, ia berhasil kabur dari rumah detektif Miller saat akan ditangkap. “Malam Rabu, kemarin apakah Anda ada di rumah, Mam?” Tanya Miller. Ibu Billy menjawab dengan tegas, kalau pada malam Rabu kemarin ia tidak ada di rumah ia menemani adiknya yang baru saja melahirkan. Monza kemudian bertanya, apakah ada orang lain di rumah yang menemani Billy, selama ia menginap di rumah adiknya?. Ibu Billy pun menjawab, kalau ia hanya tinggal berdua saja dengan anaknya Billy, karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Monza dan Miller kemudian mengajukan banyak pertanyaan kepada ibu Billy dan setelahnya mereka memberikan kesempatan kepada ibu Billy untuk bertemu dengan anaknya. Namun, Billy tetap harus ditahan, karena mereka memiliki bukti untuk melakukan penahanan kepada Billy. Setelah ibu Billy ke luar dari ruangan mereka, menuju ke tempat anaknya ditahan dengan diantar oleh seorang petugas kepolisian wanita. Monza dan Miller pun menganalisis apa yang sudah dikatakan oleh ibu Billy. “Kita hanya memiliki bukti rekaman CCTV yang membenarkan kalau Billy berada di restoran cepat saji, tetapi Ia di sana dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kita tidak mengetahui apakah ia langsung pulang ke rumah ataukah ia pergi ke rumah Aline.” Kata Monza. “Benar sekali dan kita tidak dapat membuat tuduhan, kalau ialah yang sudah melakukan pembunuhan kepada Aline dengan bukti yang tidak terlalu kuat. Kita hanya dapat menahannya dengan tuduhan usaha masuk paksa ke rumah orang.” Jawab Miller. Monza dan Miller pun sepakat, kalau mereka akan menanyai tetangga Billy dan semoga saja mereka akan mendapatkan beberapa petunjuk dari tetangga Billy yang bisa membantu mereka memecahkan kasus pembunuhan Aline. Beberapa saat kemudian, Miller dan Monza pergi ke ruang interogasi, mereka sudah mendapatkan laporan, kalau ibu Billy sudah pulang dari markas mereka. Monza dan Miller melihat Billy duduk di kursi dengan kepala yang tertunduk. Namun, ia langsung mengangkat wajahnya ketika merasa ada yang masuk ke dalam ruangannya. Monza dan Miller mengambil kursi dan duduk dihadapan Billy, “Ceritakan kepada kami apa maksud kamu dengan diam-diam mencoba untuk masuk ke dalam rumah saya?, apakah kamu merasa takut, kalau kami sudah berhasil menemukan bukti kamulah orangnya yang sudah melakukan pembunuhan dan mencoba untuk menghilangkan brang bukti yang kami miliki?, ataukah kamu mencoba untuk menyingkirkan kami?” Tanya Miller galak dan dengan wajah yang mengintimidasi. Billy menatap ke arah Miller dengan raut wajah takut, ”Saya tidak bersalah, saya hanya mau melihat saja bukti yang kalian miliki, tetapi saya tidak melakukan pembunuhan kepada Aline.” Jawab Billy dengan suara pelan. “Benarkah kamu tidak melakukan pembunuhan kepada Aline?, bukankah kalau kamu tidak melakukan pembunuhan kepada Aline, kamu tidak akan mencoba untuk merusak ataupun mengambil barang bukti!. Dengan kamu mengakui secara tidak langsung tujuan kamu hendak memasuki rumah detektif Miller sama saja dengan kamu mengakui, kalau kamu berusaha menghilangkan barang bukti yang nantinya dapat memberatkan kamu sebagai pelaku pembunuhan Aline.” Tuduh Monza dengan dingin. “Saya melakukan itu, karena takut kalian akan menemukan barang bukti palsu yang membuat seolah-olah sayalah pelaku pembunuhan Aline. Saya sama sekali tidak melakukan pembunuhan kepada Aline, tetapi saya sama sekali tidak melakukannya.” Sangkal Billy setengah berteriak dan hampir menangis. “Kalian harus percaya bukan sayalah yang sudah melakukan pembunuhan kepada Aline.” Tambah Billy lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD