Begitu sampai di markas Monza dan Miller, langsung masuk ke dalam ruangan mereka dan menyimpan berkas yang berhasil mereka kumpulkan ke dalam sebuah brankas yang kodenya hanya mereka berdua saja yang mengetahuinya.
Saat Monza dan Miller baru saja duduk, pimpinan keduanya masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang merah, karena emosi, “Apa yang kalian
lakukan, bukankah kalian sudah mengetahui prosedurnya, kalau hendak melakukan penggeledehan atau pun meminjam barang bukti harus meminta surat terlebih dahulu. Saya baru saja mendapatkan laporan, kalau kalian datang ke restoran cepat saji dan hendak melihat rekaman CCTV di restoran tersebut tanpa membawa surat perintah.” Berang sang Komisaris.
“Maaf, Sir. Kami tadi hanya ingin menyingkat waktu saja, sebelum ke markas ke sana terlebih dahulu, karena jalannya yang se arah dan kami fikir juga tidak akan ada masalah, karena hanya minta ijin untuk melihat rekaman CCTV di restoran tersebut.” Terang Miller.
“Tetap saja, apa yang kalian lakukan menyalahi prosedur dan di persidangan nanti tidak dapat kita gunakan sebagai barang bukti.” Kata Pimpinan Miller dan Monza.
“Mintalah surat penggeledahan dan surat pemeriksaan, saya tidak mau usaha kalian menjadi sia-sia, hanya karena bukti yang kalian temukan tidak dapat digunakan, karena dianggap di dapatkan dengan cara yang ilegal.” Tambah Phillipe, pimpipnan Miller dan Monza.
“Oke, Sir. kami akan meminta surat perintah penggeledehan dan pemeriksaan kepada Marie.” Sahut Monza.
“Satu lagi, kalian harus cepat menuntaskan kasus ini, wartawan sangat berisik sekali, mereka seolah-olah lebih mengetahui daripada kita pihak kepolisian.” Kata Phillipe lagi.
Begitu Phillipe meninggalkan ruangan mereka, Monza dan Miller pun menghembuskan napasnya dengan lega. “Pagi-pagi, belum sempat minum kopi, sudah kena semprot.” Kata Miller gusar.
Monza tertawa mendengar keluhan rekannya itu. Ia pun beranjak menuju ke mesin pembuat kopi yang ada di pojok ruangan mereka. Monza dan Miller yang sering bekerja lembur dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, meminta untuk disediakan mesin pembuat kopi di ruangan mereka.
Monza meletakkan cup berisi kopi hitam di atas meja Miller, “Itu kopimu, minumlah dahulu, aku yang akan ke ruangan Marie.” Kata Monza.
Miller tertawa, “Tentu saja, bukankah kau juga sedang melakukan pendekatan dengannya!” sahut Miller, sambil mengedipkan sebelah matanya.
Monza cemberut dan dilemparkannya pulpen ke arah Miller, yang justru tertawa, “Semoga kau berhasil mendekati Marie yang kaku.” Tambah Miller lagi bercanda.
Monza tidak menanggapi perkataan Miller, Ia langsung berjalan ke luar menuju ke ruangan Marie di bagian administrasi. Tiba di depan pintu bagian Administrasi, Monza mengetuk pintunya dan langsung menuju ke meja Marie, “Pagi, Marie. Tolong buatkan aku surat perintah penggeledehan di restoran cepat saji yang ada di jalan Palm.” Pinta Monza.
Marie mendongak dari komputernya dan ditatapnya wajah Monza dengan cemberut, “Bos besar tadi sudah datang terlebih dahulu ke ruanganku dan meminta untuk membuatkan kalian surat tersebut, ia mau kasus pembunuhan Aline dan Karen ini cepat terungkap. Mengapa kalian bertindak di luar prosedur, seharusnya sebagai polisi senior yang sudah sering berurusan dengan hal seperti, surat menyurat permintaan melakukan penyelidikan sudah sangat kalian hafal, ini tindakan kalian malah seperti polisi Junior yag baru saja lulus dari Akademi.” Omel Marie panjang lebar.
Monza menatap kesal ke arah Marie, “Aku tidak perlu ceramahmu, sekarang mana suratnya, kalau Bos sudah mendatangimu, berarti kamu sudah menyiapkan suratnya.” Tegas Monza.
Marie pun mengulurkan amplop yang berisikan surat perintah melakukan penggeledehan kepada Monza. “Thank you, Marie. Nanti, setelah kasus ini selesai, aku akan mengajakmu untuk makan malam.” Kata Monza dan dikedipkannya sebelah matanya, membuat Marie yang kaku menjadi tersipu malu.
Monza kembali lagi ke ruangannya dan ditaruhnya surat untuk melakukan penggeledehan di restoran cepat saji, “Itu surat kita untuk membuat Manajer yang sombong itu terdiam.” Kata Monza.
“Tentu saja, akan kita buat dia mterdiam dan mempersilahkan kita untuk memeriksa restorannya.” Sahut Miller.
Monza dan Miller, kemudian membawa barang bukti berupa puntung rokok yang pagi tadi mereka dapatkan ke ruangan dok. Arsen, untuk diteliti.
“Pagi, dok. Kami minta tolong bisakah kau memberikan kami informasi DNA siapakah yang ada di puntung rokok ini dan kalau beruntung, mungin saja sidik jarinya tertinggal di sana.” Kata Miller dan diserahkannya klip plastik yang berisikan puntung rokok.
“Baiklah, aku akan menyelidikinya untuk kalian, apakah ini berkaitan dengan kasus pembunuhan yang baru saja terjadi?. Tahukah, kalian mendadak menjadi selebritis, nama dan wajah kalian kemarin seharian ada di televisi.” Kata dok. Arsen, sambil terkekeh.
Monza dan Miller mendengkus bersamaan, “Huh, mereka itu hanya mengganngu jalannya penyelidikan saja, dengan asumsi yang mereka ciptakan dan yang membuat kami menjadi heran, darimanakah mereka bisa mengetahui informasi tentang pembunuhan Aline dengan cepat.” Sahut Monza.
Miller dan Monza memperhatikan bagaimana, dok. Arsen menyelidiki puntung rokok yang mereka bawa.
“Kalian belum menjawab pertanyaanku, apakah puntung rokok ini berkaitan dengan pembunuhan Aline?” Tanya dok. Arsen sekali lagi. Ia mengoles puntung rokok tersebut dengan bubuk yang halus, lalu mengambil kuas dan kemudian ditaruhnya perekat pada puntung rokok tersebut.
“Entahlah, kami tidak tahu apakah ini berhubungan atau tidak. Hanya saja, pagi tadi ada penyusup yang mencoba untuk masuk ke rumahku dan untungnya aku berhasil bangun, tetapi sayangnya kami kehilangan penyusup tersebut, ia berhasil kabur.” Kata Miller.
“Entahlah, kami tidak tahu apakah ini berhubungan atau tidak. Hanya saja, pagi tadi ada penyusup yang mencoba untuk masuk ke rumahku dan untungnya aku berhasil bangun, tetapi sayangnya kami kehilangan penyusup tersebut, ia berhasil kabur.” Kata Miller.
Monza dan Miller terus memperhatikan dok. Arsen mengambil sidik jari pada puntung rokok tersebut. Monza dan Miller memperhatikan bagaimana dok. Arsen membandingnkan sidik jari yang didapatkannya di puntung rokok tersebut dengan bank data yang ada di komputernya.
Dok. Arsen tersenyum ke arah Monza dan Miller, aku sudah berhasil mendapatkan sidik jari penyusup yang datang ke rumah kalian. Dok. Arsen kemudian menyerahkan printout wajah dan sidik jari dari penyusup di rumah Miller.
“Billy!” Seru Monza dan Miller serempak. “Kita memerlukan surat penangkapan untuk Billy.” Kata Miler dan karena kau sedang melakukan usaha pendekatan kepada Marie, urusan surat perintah penangkapan Billy kuserahkan kepadamu.” Ucap Miller menggoda Monza.
“Wah, aku tidak tahu, kalau ada gosip baru di kantor.” Timpal dok. Arsen.
“Tentu saja, Kau hanya memegang mayat setiap harinya dan terkurung di ruanganmu, bagaimana mungkin kau mendengar gosip.” Sahut Miller. Miller dan dok. Arsen pun kemudian tertawa terbahak, sementara Monza hanya diam saja, “Tertawalah terus kalian, aku akan meminta surat penangkapan itu dan kita langsung berangkat ke rumah Billy, sebelum ia kabur.” Kata Monza, yang kemudian berlalu pergi dari ruangan dok. Arsen.
“Bagaimana dengan jenazah Aline, apakah kau sudah melakukan autopsi pada mayat tersebut dok?” Tanya Miller.
Dok. Arsen menarik napasnya dan berkata, “Kurasa kalian menemukan kasus yang berat. Pembunuhan Aline dan Karen, sepertinya pelakunya adalah orang yang sama. Aku menduga ini adalah pembunuhan berantai dan pelaunya tidak akan berhenti sebelum kalian berhasil menangkapnya.” Kata dok. Arsen.
Aline dan Karen, keduanya sama-sama dibunuh dengan menggunakan pisau dan pola tusukan di leher korban juga sama. Pelaku kalian, sepertinya memiliki dendam kepada gadis-gadis yang popular.” Tambah dok. Arsen lagi.
Tak lama kemudian, Monza datang kembali ke ruangan dok. Arsen dengan amplop surat di tangannya. “Kita sudah mendapatkan surat untuk melakukan penangkapan kepada Billy.” Kata Monza.
“Terima kasih, dok. Atas bantuanmu, kami akan datang kembali, kalau ada yang perlu kami tanyakan.” Kata Miller dan Monza. Keduanya lalu ke luar dari ruangan dok. Arsen. Mereka berjalan dengan cepat menuju ke parkiran dan langsung masuk ke dalam mobil milik Miller.
Monza menyebutkan alamat rumah Billy dan Miller pun langsung melajukan mobilnya ke alamat rumah yang disebutkan oleh Monza. Miller menyalakan sirine mobilnya, agar tidak ada mobil maupun kendaraan lainnya yang menghalangi laju jalan mobil mereka.
Dengan kecepatan 100 km/jam Mobil yang dikemudikan oleh Miller sampai di depan rumah Billy. Baru saja keduanya turun dari mobil, mereka melihat Billy yang terkejut melihat kedangan mereka. Ia langsung berlari mau kabur.
Monza dan Miller dengan sigap mengejar Billy, sehingga terjadilah aksi kejar-kejaran antara Billy dengan Monza dan Miller. Monza berhasil menyergap Billy, hingga ia terjatuh ke tanah dan cepat Monza menarik kedua tangan Billy ke belakang. Monza mengambil borgol yang terselip di pinggangnya menggunakan satu tangan, sementara tangan satunya memegangi tangan Billy.
Tangan Billy pun akhirnya terborgol dan Monza membangunkan Billy secara paksa dari tanah. Monza memaksa Billy untuk masuk ke dalam mobil. Monza dan Miller mendengar suara teriakan dari seorang wanita paruh baya yang tidak terima anaknya dibawa masuk ke dalam mobil.
“Berhenti!, siapa kalian! dan kenapa kalian membawa anak saya?” Tanya wanita itu galak.
Monza dan Miller mengeluarkan lencana mereka dan juga surat tugas yang mereka bawa, “Pagi, Mam. Kami dari kepolisian Kota Tua dan kami datang membawa surat penangkapan untuk putra anda.” Kata Miller.
“Atas tuduhaan apa kalian membawa putraku?, ia tidak mungkin melakukan kejahatan. Aku sangat mengenal putraku.” Tambah wanita itu lagi.
“Maaf, Mam. Putra anda tadi pagi berusaha menyusup masuk ke dalam rumah rekan saya dan kami harus membawa putra anda untuk penyelidikan lebih lanjut.” Timpal Monza.
keduanya lalu masuk ke dalam mobil, tetapi sebelum kembali ke markas dengan membawa Billy, Miller melajukan mobilnya ke restoran cepat saji untuk mendapatkan rekaman CCTV dua hari yang lalu.
Miller yang masuk ke dalam restoran tersebut, sementara Monza tetap di dalm mobil, menjaga tahanan mereka.
Miller berjalan menuju ruangan manajer restoran cepat saji dan begitu masuk ke dalam ruangan tersebut, Miller langsung meletakkan surat penggeledehan di atas meja sang manajer. “Berikan kepada kami rekaman CCTV dua hari yang lalu dan kalau anda menolaknya kembali. Kami akan melakukan penahanan kepada anda, karena sudah menghalang-halangi jalannya penyelidikan.”Kata Miller mengancam sang manajer dengan tatapan tajam dan mengintimidasi.
Manajer tersebut kemudian menekan tombol intekom yang ada di atas mejanya dan memerintahkan kepada seseorang yang bernama John untuk membawakan kaset berisikan rekaman CCTV dua hari yang lalu.
Miller tersenyum mendengarnya. Tak lama berselang, masuklah seorang pria dengan postur badan yang tinggi besar dan berotot. Pria itu menyerahkan rekaman kaset CCTV kepada detektif Miller.
Miller menerima rekaman kaset CCTV tersebut dan berkata, “Kami akan melihat isi rekaman dari kaset ini dan apabila kami melihat ada bagian yang dipotong, maka kami beranggapan kalian sudah menghilangkan barang bukti dan mengganggu jalannya penyelidikan tindak kejahatan, maka kami akan melakukan penahanan kepada kalian berdua.” Ancam Miller dan beranjak pergi dari ruangan sang manajer.
Miller langsung menuju ke dalam mobilnya dan duduk di jok sopir. Ia melajukan mobilnya menuju ke markas mereka dengan kecepata tinggi. Ia dan Monza sudah tidak sabar untuk melakukan interogasi kepada Billy.
begitu tiba di parkiran Markas Kepolisian kota Tua, Monza membuka pintu mobil bagian belakang dan memerintahkan kepada Billy untuk ke luar dari mobil dengan nada suara yang tegas.
mereka pun langsung masuk ke dalam markas kepolisian dan membawa Billy menuju ke ruangan interogasi untuk memperoleh keterangan dari Billy.
Billy dimasukan ke dalam sebuah ruangan yang tidak terlalu lebar dengan tangan terborbol, Billy didudukan disebuah bangku, sementara Miller dan Monza ke luar dari ruangan tersebut. Kedunya mengamati melalui cermin dua arah. Monza dan Miller dapat melihat Billy, sementara Billy tidak dapat melihat mereka.
Monza dan Miller kemudian ke luar dari ruang interogasi menuju ke ruangan mereka untuk melihat rekaman CCTV yang baru saja mereka dapatkan.
Monza membuka komputernya dan memasukkan kaset rekaman CCTV tersebut ke dalam CPU . Keduanya memperhatikan rekaman CCTV itu dengan seksama. Mereka melihat pada pukul 22.12 menit Billy memasuki restoran tersebut dan menuju ke bagian pemesanan lalu membayar di kasir. Billy hanya 30 menit saja berada di restoran cepat saji tersebut.
Terlihat Billy masuk ke dalam sebuah mobil pick up berwarna hitam dan kemudian menghilang dari layar CCTV. “Kita tidak mengetahui apakah ia langsung pulang ke rumahnya ataukah ia pergi ke rumah Aline. Kita harus menanyai para tetangganya untuk mengetahui apakah mereka melihat Billy pada jam-jam saat Aline ketakutan melihat ada orang yang mengacungkan pisau ke arahnya dan saat terbunuhnya ia.” Kata Monza.
“Yeah, meski kita pasti sedikit kesulitan menemukan saksi yang melihat keberadaan Billy pada jam-jam tersebut, karena saat itu sedang terjadi badai. Orang-orang pasti lebih suka berada di dalam rumah daripada ke luar rumah.” Sahut Miller.
“Kau benar, lebih nyaman berada di dalam rumah dan tidur pada cuaca, malam saat terbunuhnya Aline.” Kata Monza.
“Yah, tetapi tidak untuk semua orang, terkecuali kita dan juga sang pembunuh yang beraksi.” Timpal Miller, sedikit bercanda untuk mengurai emosi yang terkuras dalam penyelidikan kasus pembunuhan Aline dan Karen.
Keduanya kemudian membaca membuka kembali rekaman CCTV yang mereka dapatkan dengan rekaman CCTV yang mereka peroleh darin restoran cepat saji, yang baru saja mereka dapatkan. mereka mencoba membandingkan sosok pria yang ada di dalam rekaman CCTV di seolah Senior High School Valey dengan Billy.
Monza memprint rekaman CCTV yang memperlihatkan bentuk tubuh kedua pria tersebut untuk mencari persamaannya dengan detil. Apakah pria yang terlibat percakapan dengan Aline di lorong sekolah adalah Billy?, pria yang baru saja mereka bawa ke kantor polisi untuk dilakukan pemeriksaan.