Di lain tempat, Miller yang berada di dalam kamarnya, membuka catatan miliknya ke atas tempat tidur dan memberikan penanda menggunakan stabillo, pada catatan yang dianggapnya penting. Miller, kemudian berhenti menelaah catatan miliknya dan memilih untuk tidur.
Sebelum tidur, Miller menyimpan catatan dan bukti yang berhasil mereka kumpulkan hari ini ke dalam brankas. Merasa semua sudah tersimpan dengan aman, Miller pun merebahkan badannya di atas tempat tidurnya yang terasa mengundangnya untuk tidur.
Di lain tempat, tepat nya di sebuah apartemen. Seorang pria muda terlihat senang menonton rekaman wawancara pihak kepolisian dengan para wartawan.
“Jadi mereka menjulukiku dengan julukan, “The Poet Killer,” sialan kedua polisi itu, mereka harus mendapatkan pelajaran dan mereka juga akan tahu, kalau aku tidak akan hanya berhenti dengan dua korban saja. Tenang saja, akan selalu memberikan berita setiap perkembangan kasus ini kepada mereka semua, para pemburu berita dan akan kubuat kedua orang detektif polisi itu menjadi bodoh dan dipersalahkan oleh banyak orang.” Gumam pria itu pelan di dalam apartemennya yang sempit.
Pria itu membakar sebatang rokok dan menghisapnya dengan perlahan. Pria itu sedang membayangkan untuk membuat kedua orang detektif itu menjadi malu dan bagaikan anak kecil saja, dalam menangani peristiwa pembunuhan yang terjadi.
Pria itu akan memberikan kejutan untuk Monza dan Miller, ia akan membuat keduanya dipaksa untuk segera menuntaskan kasus pembunuhan ini dan akan dibuatnya keduanya menjadi sapi ompong, lalu kehilangan jabatan, karena tidak berhasil memecahkan kasus pembunuhan yang sedang mereka tangani.
Kediaman Miler
Miller terbangun dari tidur nyenyaknya, saat ia mendengar suara, meski sangat pelan, tetapi telinganya yang sudah terlatih dapat mendengar suara itu. Miller langsung meraih pistol miliknya yang terletak di dalam laci terkunci samping tempat tidurnya.
Dengan sangat, perlahan Miller turun dari ranjang nya, telinganya di tajamkan untuk dapat mendengar suara sepelan mungkin. Miller memasang alarm ultras sound, sebuah alarm ciptaan dirinya sendiri. Berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai penegak hukum, yang menangani kasus pembunuhan, tidak jarang nyawa dirinya sendiri pun menjadi incaran dari penjahat yang akan ditangkapnya.
Oleh karena itu lah, ia pun berusaha menciptakan alarm sendiri yang tidak tidak akan diketahui oleh orang lain. Ia merakit beberapa rangkaian kabel yang terhubung dengan sistem komputer, melalui sebuah chip. Rangkaian kabel itu akan mengirimkan sinyal apabila ada beban di atas 20 Kg yang menginjak tanah di sekitarnya.
Itulah sebabnya, Miler dengan cepat terbangun, ketika handphone miliknya mengirimkan sinyal adanya obyek dengan beban di atas 20 Kg yang mendekat ke arah rumah nya. Tidak mungkin orang yang datang malam ini adalah orang yang bertamu, kalau pun bertamu pasti akan membunyikan bel pintu rumahnya dan suara mesin mobil nya pun akan kedengaran. Miller juga dengan sengaja, menaruh batu-batu kerikil sepanjang jalan masuk ke rumah nya, sehingga apabila ada mobil yang datang akan kedengaran suaranya.
Miller dengan perlahan membuka pintu kamar nya dan dilihatnya pintu kamar Monza masih tertutup rapat, sepertinya rekannya itu masih tertidur.
Dengan langkah kaki yang sangat pelan, Miller berjalan hanya memakai kaos kaki menuju ke arah jendela depan rumah nya. Disingkapnya sedikit korden jendela untuk melihat ke luar. Tidak ada sesuatu pun yang mencurigakan, hanya pepohonan yang bergerak-gerak tertiup angin.
Miller kemudian berpindah ke sisi bagian belakang rumahnya. Di situlah ia mendengar suara yang tadi di dengarnya hanya samar-samar saja menjadi semakin jelas.
Miller melihat lubang kunci pintu dapurnya bergerak-gerak dan terdengar gesekan besi. Miller semakin erat memegang pistol di tangannya dan mengarahkannya tepat ke arah pintu dapur rumahnya.
Tak berapa lama kemudian terdengar suara klik, jantung Miller berdebar menunggu siapapun yang tadinya berada di luar telah masuk masuk ke dalam rumahnya.
Hening, tak ada suara lain yang terdengar, hanya suara deru nafas Miller yang memburu saja. Miller bertanya-tanya, kenapa orang itu tidak juga membuka pintu dapurnya? apakah penyusup itu mengetahui, jika ia membuka pintu dapur akan disambut oleh tuan rumah yang sudah mengetahui kehadirannya.
Keheningan itu dipecahkan oleh suara Monza yang tiba-tiba saja memanggil Miller dan bertanya, “Hei Miller, ternyata kau sudah bangun juga. Kenapa kau hanya berdiri saja disitu dan tidak menyalakan lampu?”
Miller menolehkan kepalanya ke arah Monza dan menatapnya dengan kesal. Ketika itulah mereka mendengar suara orang yang berjalan dengan cepat dan kemudian berlari melalui pintu dapur Miller menuju ke arah pepohonan.
Miller dan Monza langsung saja berlari ke arah pintu dapur dan membukanya. Mereka berlari mengejar ke arah sosok yang terlihat oleh mereka.
Monza berteriak memerintahkan kepada orang dengan pakaian serba hitam itu untuk berhenti atau mereka akan menembaknya. Miller pun mengarahkan pistolnya ke arah sosok yang terus berlari itu dan mengabaikan suara dan tembakan peringatan yang mereka berdua berikan.
Dor dor dor, Miller melesatkan pelurunya ke arah sosok pria yang akhirnya berhasil menghilang di tengah kegelapan malam dan rimbun pepohonan.
Miller dan Monza mendengar suara mesin mobil dinyalakan dan tak lama berselang mereka melihat sebuah mobil pick up berwarna hitam melesat dari balik pepohonan, meninggalkan areal rumah Miller yang letaknya memang terpisah jauh dengan rumah-rumah lainnya.
Monza dan Miller pun masuk kembali ke dalam rumah dengan wajah kecewa, karena gagal menangkap pria yang sudah mencoba masuk ke dalam rumah Miller.
Begitu keduanya masuk kembali ke dalam rumah, Miller langsung saja menyalakan lampu dapur dan memeriksa kerusakan yang ada pada pintu dapur rumahnya.
Ternyata, tidak ada kerusakan yang terlalu berarti, kalau dilihat hanya sekilas saja tidak akan terlihat adanya bekas gesekan dari benda tajam pada lubang pintu tersebut. Namun, kalau diamati dengan lebih teliti, maka akan dapat terlihat adanya sedikit goresan, yang sepertinya lubang sangat kecil pada pintu Miller, akibat bekas dikikir.
Miller kemudian ke luar lagi, begitu pun dengan Monza. Keduanya mencoba untuk mencari lebih banyak bukti yang mungkin saja ditinggalkan oleh penyusup tersebut.
Monza menemukan puntung rokok, Ia pun memanggil Miller untuk mendekat ke arah nya. Miller datang dan melihat apa yang disorot oleh sinar flash dari handphone milik Monza.
“Aku akan mengambil plastik klip dan sarung tangan, bisa jadi ini adalah petunjuk kita untuk mengungkap kasus pembunuhan yang sedang terjadi.” Kata Miller.
Miller kemudian dengan cepat masuk ke dalam rumahnya. Ia menuju ke kamarnya dan membuka laci di meja kerjanya, diambilnya sarung tangan karet dan klip plastik.
Miller kemudian ke luar lagi menuju ke tempat Monza berada. Ketika sudah berada di dekat Monza, Miller pun berjongkok dan memungut puntung rokok itu lalu memasukkannya ke dalam plastik klip.
Monza dan Miller kemudian masuk ke dalam rumah dan duduk di atas kursi di depan meja bar. Miller mengambil dua kaleng beer dari dalam kulkas. Ia menyerahkan satu kaleng ke arah Monza.
Keduanya pun meminum beer tersebut hingga tandas dan melempar kaleng beer yang kosong ke tempat sampah yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka duduk.
“Aku minta maaf, sudah menggagalkan usahamu untuk menangkap pria yang berusaha menerobos masuk ke dalam rumahmu tadi. Aku benar-benar tidak mengetahuinya.” Kata Monza kepada Miller.
“Iya, tidak mengapa. Aku mengerti, kalau kamu tidak mengetahui saat itu aku sedang mengintai penyusup yang mencoba untuk masuk ke dalam rumah.”
"Apakah menurutmu penyusup itu ada hubungannya dengan pembunuhan berantai yang sedang kita tangani?, bagaimana orang itu mengetahui alamat rumahku, karena alamat ini tidak terdaftar resmi dan sengaja dirahasiakan?" tanya Miller.
""Entahlah, aku juga tidak mengetahuinya, mungkin. saja orang itu membuntuti kau pada saat pulang."
Miller mengamati puntung rokok yang diletakkannya di atas meja dan berkata, aku akan membawanya besok pagi ke lab, untuk diperiksa oleh dok. Arsen, yang bertugas di bagian forensik.
Monza, kemudian berdiri untuk membuat dua cangkir kopi untuknya dan juga Miller.
Setelah siap, Ia membawanya ke ruang kerja Miller, di mana Miller sudah ada di sana, Monza meletakkan kopi yang dibawanya bersama dengan Croisant di atas meja. Dilihatnya, Miller tengah mengeluarkan beberapa buah bukti di atas meja dan juga buku catatan miliknya.
Monza ke luar dari ruang kerja Miller menuju ke dalam kamar nya dan mengambil catatan saku milik nya yang tersimpan di dalam laci meja di samping tempat tidur.
Monza berjalan kembali ke tempat Miller berada dan duduk di samping Miller. Keduanya kemudian membacakan catatan hasil pertemuan mereka kemarin. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Ternyata keduanya tertidur dengan lelapnya sampai melewatkan makan malam mereka.
Monza mengatakan, kalau ia akan mendatangi restoran cepat saji yang dikatakan oleh Billy sempat didatanginya. Gelagat Billy sangat mencurigakan pada saat didatangi di kelasnya.
Sementara untuk Michael, Monza dan Miller akan datang ke kelab malam yang dimaksud olehnya, mereka perlu melakukan pemeriksaan dadakan di sana. Apa saja kegiatan yang dilakukan di dalam kelab tersebut, dilihat dari gelagat Michael, sepertinya ia juga seorang pemakai.
Miller mengambil laptop miliknya dan memutar rekaman CCTV dari Senior High School Valey yang mereka pinjam kemarin dan semoga saja rekaman CCTV itu tidak ada yang menghapusnya.
Miller dan Monza memperhatikan layar laptop, mereka mempercepat bagian yang memperlihatkan lorong sekolah di mana Aline terlihat sedang berjalan membawa beberapa buku dan bagaimana ia kemudian menabrak seorang pria dengan pakaian yang serba hitam dan kaca mata hitam.
Pria itu juga mengenakan topi yang menutupi sebagian wajah nya. Penampilannya sungguh mencurigakan. Mereka melihat bagaimana Aline dan pria itu kemudian terlibat percakapan dan mereka juga melihat bagaimana pria itu mencekau dagu Aline.
Miller memperbesar bagian pada saat pria itu mencekau dagu Aline, untuk melihat lebih jelas wajah dari pria itu. Sayang nya, wajah pria itu tertutup oleh topi yang dikenakannya. Mereka juga tidak dapat melihat warna bola matanya, karena tertutup oleh kaca mata. Namun, mereka mengetahui warna rambut pria itu adalah hitam.
Monza dan Miller saling berpandangan “Hitam, sama seperti warna rambut Billy.” Kata Miller.
“Sepertinya kita harus mendatangi restoran cepat saji itu terlebih dahulu, sebelum ke markas dan menurut Billy, restoran itu buka 24 jam dan malamnya barulah kita pergi ke kelab malam, tempat yang menjadi alibi Michael.” Kata Miller.
“Baiklah, sementara untuk Robert, kurasa kecil kemungkinan ia melakukan pembunuhan kepada Aline dan Karena, melihat kedatangan kita saja ia hampir kencing di celana.” Jawab Monza.
Miller membenarkan ucapan Monza, tetapi biar bagaimanapun mereka tetap harus mengecek alibi Robert, tidak boleh ada yang terlewatkan. Bisa jadi, hal yang tidak mungkin justru menjadi hal yang memberi petunjuk bagi mereka.
Miller dan Monza kemudian memutuskan untuk melanjutkan ma, lagi penyelidikan mereka. Keduanya membereskan barang bukti yang berhasil mereka kumpulkan dan memasukannya ke dalam kantong plastik berwarna putih. Lalu menyimpannya di dalam laci dan menguncinya.
Miller dan Monza menuju ke kamar masing-masing untuk mandi dan barulah, selesai mandi keduanya menuju ke dapur dan membuat sarapan mereka. Monza dan Miller memilih membuat menu sarapan Pancake yang disiram dengan sirup.
Miller yang kebagian membuat Pancake dan Monza menggoreng bacoon untuk sarapan pagi mereka. Keduanya membawa makanan tersebut ke atas meja makan dan melahapnya dengan nikmat. Mereka minum kopi pahit sebagai peneman sarapan.
Selesai makan, Monza dan Miller membawa plastik berisikan barang bukti yang sudah mereka kumpulkan dan memasukkannya ke dalam tas ransel yang di sandang oleh Miller di punggungnya.
Miller dan Monza masuk ke dalam mobil dan pagi ini, Monza yang mendapat giliran menyetir. Ia mengarahkan mobil ke sebuah restoran cepat saji yang disebutkan oleh Billy.
Sesampainya di depan restoran cepat saji tersebut, Miller dan Monza turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Keduanya langsung menunjukkan identitas mereka dan meminta ijin untuk bertemu dengan manajer restoran itu.
Miller dan Monza masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak terlalu luas, ruangan yang menjadi kantor manajer tersebut. Keduanya mengetuk pintu dan begitu diijinkan masuk, Miller dan Monza kembali memperlihatkan tanda pengenal mereka.
Manajer restoran itu mempersilahkan Miller dan Monza untuk duduk, ia bertanya ada keperluan apa detektif kepolisian Kota Tua datang ke ruangannya.
Miller dan Monza meminta ijin untuk melihat rekaman CCTV kemarin malam. Mereka memerlukannya untuk keperluan penyelidikan. Namun, manajer tersebut menolak permintaan Miller dan Monza, ia meminta kepada keduanya untuk membawa surat perintah terlebih dahulu.
“b******k, kamu hanya minta kepada anda untuk melihat rekaman CCTV saja, yang barangkali dapat membantu memecahkan kasus pembunuhan yang sedang terjadi!” Bentak Monza emosi.
“Dan saya tidak akan memperlihatkannya tanpa ada surat perintah, silahkan kalian kembali dengan membawa surat perintah, maka saya akan memperbolehkan kalian untuk melihat rekaman CCTV yang kalian minta.” Jawab manajer tersebut dengan sombongnya.
“Anda tahu, tindakan anda ini dapat disamakan dengan melindungi suatu tindakan kejahatan dan menghalang-halangi petugas hukum dalam menjalankan tugasnya.” Tegas Miller juga ikutan emosi, tetapi manajer tersebut bergeming. Ia tidak takut sama sekali dan tetap meminta kepada Miller dan Monza untuk datang kembali dengan membawa surat tugas dan surat perintah penggeledehan.”
Monza menggebrak meja sang manajer, sambil berdiri, “Kami akan datang dengan surat tugas dan surat perintah penggeledehan. Kau bersiap-siap saja, siapa tahu saja kau juga turut terlibat dalam tindak kejahatan dan kami tidak akan segan untuk memasukan kau ke dalam penjara.” Kata Monza.
Monza dan Miller kemudian berbalik pergi meninggalkan ruangan sang manajer dengan wajah dipenuhi oleh kemarahan. Mereka langsung masuk ke dalam mobil dan menuju ke markas untuk meminta dibuatkan surat yang diminta oleh sang manajer.