Chapter 2 Be Nerd

1123 Words
"Gimana penampilan gue my?" tanyaku pada Amy setelah kita berdua dari tadi heboh me-make over penampilan kita, biasanya kalau orang di  make over tuh makin kece badai tapi kita beda guys. Kita malah bikin penampilan kita terlihat sendeso-ndesonya, tapi ya dasar kodratnya memang cantik di bikin hancur juga masih cantik...Hadeeh susah emang. "Lo serius kita ngampus kayak gini dandanannya ... ya ampun kalo ada yang ngenalin kita bisa mampus gue..."sahut Amy dengan muka tidak yakinnya, secara selama ini dia selalu menjaga penampilannya, melihat muka kucelnya bikin aku menahan tawa jadi pingin menjahili dia. "Kenapa, lo gak mau?...kan gue udah bilang kita pake cara gini supaya kita tahu kejadian yang sebenarnya," sahutku lirih sambil menampilkan muka sedihku, dia biasanya paling enggak bisa melihat tampang memelasku. "Ya udah ... kita jadi berangkat?" tuh kan bener, sekuat tenaga kutahan tawaku dia selalu tidak bisa melawan Poppy eyes ku. "Yuk ... cuss, eh kita naik apa nih, busway ya ... lo tahu kan jurusannya," tanyaku agak gak yakin karena jujur aku enggak biasa naik kendaraan umum begitu juga dengan Amy, apalagi kami baru sampai Jakarta seminggu yang lalu. Dan banyak kebijakan baru soal transportasi umum yang aku sendiri enggak ngerti. "Seumur umur gue belum pernah naik kendaraan umum ... gimana dong ... eh kita naik gojek aja ya atau apa tuh namanya grab ato grap ya? itu lo yang Online,” jawab Amy sambil cengengesan gak jelas. nah sama , gue juga kagak tahu batinku. Kami berdua saling berpandangan bingung. Duh mati gaya deh. "Ish lo ... gue down load dulu kalo gitu." sahutku akhirnya. Wah ternyata banyak aplikasi Online di sini. Pilih yang mana ya? Binguuung. Aku mengacak rambutku kesal. Baru kali ini aku frustrasi karena hal yang selama ini kuanggap remah. "Pilih yang mana nih, habis banyak nih aplikasinya?" tanyaku akhirnya, aku beneran bingung guys. Baru kali ini aku naik transportasi umum. Kepikiran aja enggak. Aku kembali mengacak rambutku yang tiba-tiba menjadi gatal. "Ya ampun ternyata jadi nerd tuh ribet ya,”  jawab Amy lemes. Demi berhasilnya misi!! Kami akhirnya bertekad. Akhirnya dengan naik gojek Online kami sampai juga di kampus dengan selamat. Ah ternyata tidak seribet yang kami pikirkan ternyata. Hanya karena kami belum pernah mencobanya saja. "Hah sampai juga, eh busyet rambut gue jadi kayak gini sih. Ada bekas helmnya deh,” gerutu Amy, Amy dari tadi tidak berhenti mengomel gak jelas sambil ngebenerin rambutnya yang acak-acakan kena angin dan bau kena helmnya si abang gojek yang tidak kuhiraukan soalnya aku lagi sibuk memperhatikan kondisi kampus baruku yang juga merupakan kampus almarhum Merry sepupuku. Sambil menerka apa sebenarnya yang terjadi. Sampai ada suara yang menginterupsi lamunanku. Aku berpaling melihatnya, "Wah ... wah. Satu nerd sudah pergi datang dua nerd. Cih, bener-bener ya. Bikin muak aja deh," kata cewek berambut merah. Yang sangat aku yakini kalau itu hasil dari salon, dasar menor, udah gitu dandanannya Hadeeh...mau ngampus apa mau ke Club neng. Heran deh di Indonesia bukannya makin sopan dandanannya. Eh ini lebih seronok di banding di luar negeri. Paling tidak tahu tempat kek. Batinku tak suka. "Berani lo natap gue nerd," kata cewek itu lagi sambil mendorongku. Belum tahu dia siapa Sabrina? Pikirku bermonolog. Aku akui meski dandananku girly tapi jangan salah, aku tuh jago karate, tai boxing, dan olahraga ketangkasan yang lain juga, makanya dikampus lamanya gak ada yang berani cari masalah ama aku. So jangan heran kalau tadi  pas didorong aku gak jatuh. Tapi itu sepertinya bikin cewek satunya makin kalap. ‘Emang apa masalahnya natap doang’ pikirku, nih cewek memang sok keren. Mending kalau keren beneran. Lah ini semua serba palsu, batinku sambil memperhatikannya semakin lekat. "Iyah nih dasar nerd, merusak pemandangan aja," kata cewek satunya lagi yang berambut pirang. Aku memandangnya tak percaya . Apa tidak salah? Merusak pemandangan dia bilang? Yang ada Indonesia makin gerah karena kebiasaan buruk mereka yang sukanya gonta-ganti warna rambut. Dasar, apa dirumahnya semua kaca pecah sampai mereka enggak bisa berkaca. Kasihan, batinku. "Nantangin lo ya, awas saja lo gue bakal kasih lo pelajaran nerd, yuk girl cabut ... lama-lama liat dua curat ini bikin gue enek," kata cewek berambut merah itu lagi. Hei, yang ada aku yang mual lihat tampang kalian, batinku mengutuk. Ada-ada aja, hari pertama udah sial ketemu nenek Gerandong dengan rambut warna-warni. Aku mendesah lelah. Sepertinya perjuanganku akan berat. Apa salah keputusanku berpenampilan begini untuk menguak tabir kematian Merry ya? Aku menggeleng pelan mengusir pikiran ngawur ku. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut langsung pergi kembali ke kegiatan mereka masing-masing sambil membicarakan kejadian tadi, sekilas kudengar ada yang penasaran siap nerd yang bisa Nantangin cewek paling Bossy dikampus ini, itu pasti karena kedudukan ayahnya yang jadi dekan dikampus ini bikin dia jadi sok. Oh jadi gadis berambut merah itu anak orang penting. Pantas belagu, pikirku mendesah lelah. Ya cewek itu putri satu satunya dekan kampus ini, begitu yang kudengar. Pantas serasa pemilik kampus saja. "Siapa tuh cewek sok banget ih. Belum tahu dia siapa lo Bri,”  sungut Amy ikut sewot melihat sikap cewek yang sok iye. "Tahu ah, nggak peduli juga gue. Tapi kok feeling  gue dia ada hubungannya ama kematian Merry deh. Lo ingat kan pertama dia nyapa kita tadi pake bilang satu nerd udah pergi gue pikir yang dibicarain tuh si Merry deh," sahutku lirih gak mau ada yang mencuri dengar selain Amy. "Menurut lo gitu ya. Tapi semua orang patut kita curigai. Bahkan sebenarnya orang yang sok baik juga kadang bisa jadi tersangka. Ck omongan kita kayak detektif aja. Berasa jadi Serlock holmes gue ... hi ... hi ..." kata Amy cekikikan sendiri berasa geli dengan pemikirannya, tapi kurasa apa yang dikatakan Amy memang ada benarnya. Untuk hal itu aku setuju dengannya. "Pokoknya kita kudu buka mata dan telinga jangan kehilangan bagian paling kecil sekalipun, tapi kita mulai menyelidiki dari mana ya? mungkin TKP kali ya? Barangkali aja ada bukti yang gak ketahuan orang lain," kataku bersemangat. Wah aku jadi bener-bener semangat. Begitu banyak hal yang harus kami lakukan. "Emang TKP-nya dimana Bri, emang lo tahu?" tanya Amy penasaran, soalnya aku gak ada cerita kejadian kematian Merry, yang dia tahu Merry dikabarkan bunuh diri, sebenarnya kabar itu bikin keluarga Merry bener-bener terpuruk terutama mamanya Merry tante Salsa yang merupakan adik dari mamanya Sabrina, itu juga yang bikin Sabrina bertekad mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Mama Sabrina memang berasal dari Indonesia. Itulah kenapa dia dulu pernah lahir dan besar di Indonesia. Meskipun aku sering berpindah tempat karena pekerjaan daddynya. “Setahu aku di gudang,” kataku sambil berjalan sepanjang lorong. Kami berjalan beriringan menuju kelas kami tanpa bicara apa-apa lagi. Aku dan Amy tak peduli dengan pandangan para mahasiswa yang menatap kami dengan berbagai macam ekspresi. Mereka pasti penasaran dengan kehadiran kami. Sosok yang asing di mata mereka. Banyak juga yang melemparkan pandangan jijik. Tapi apa peduliku?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD