Chapter 3 First Meet

1089 Words
Suasana di kelas udah mulai ramai, mahasiswa udah mulai masuk. Beberapa memilih duduk bergerombol entah membahas apa saja. Ada yang asyik dengan gadgetnya, entah asyik melihat apa di dalam kotak persegi panjang yang belakangan begitu diminati oleh kebanyakan manusia di era modern dan canggih ini. Ada yang masih asik nongkrong di depan kelas sambil menunggu dosen datang. Ada yang asyik berhias diri, oh ayolah ini tuh dikampus bukannya di salon. Aku menahan diri untuk tidak mendengus saat  melihatnya. Bahkan dari semua aktivitas mereka ada juga nih ya yang paling parah, ada yang asyik mojok berduaan tanpa peduli keadaan. Bukan mojok sambil baca buku atau diktat ya, tapi mojok sambil melakukan aktivitas yang menjijikkan. Camkan, M E N J I J I K K A N. Itu lagi bener-bener gak punya malu kali ya...mereka asyik b******u. Aduh aku sampai merinding dan berasa mau muntah karena merasa bener-bener jijik. Kalau ini di Club atau tepi pantai yang orang memang biasa melakukannya, mungkin aku bisa toleransi. Tapi ini kampus, tempat orang cari ilmu bukannya di suguhi pemandangan yang menjijikkan seperti itu. Duh, aku bergidik ngeri. Nih ya, lihat! Bulu kudukku sampai meremang. Bukan karena ikutan terangsang. Demi Tuhan, apa tidak bisa mencari tempat yang lebih privat lagi? Apa hotel sudah penuh? Aku yakin mereka punya uang untuk sekedar menyewa satu kamar. Membuat mata polosku ternoda saja. Di luar Negri yang orang bilang negara yang bebas tapi aku tidak melihat ada yang berbuat m***m juga saat di kelas. Ini di Indonesia, yang katanya negara dengan kultur budaya ketimuran kok melakukan hal yang m***m dikelas. Benar-benar kampungan. Entah berapa kali aku mendengus melihatnya. Amy mengikuti sudut pandangku, dia juga ikut mendengus kesal dan jengah. Banyak hotel juga, kalau sudah tidak tahan mending mencari kamar di sana. Mereka tuh kayak gak punya tempat buat berbuat m***m saja. Memang hanya kissing tapi kissing mereka kelewatan. Suara decapan lidah mereka bener-bener bikin geram.  Bukannya iri tapi lebih ke jijik. Aku sekuat tenaga menahan diri untuk ikut tidak campur. Biasanya kalau dikampus lama kami, sudah bisa dipastikan aku tidak akan tinggal diam jika ada yang melakukan hal yang keluar dari aturan, aku pasti udah kasih peringatan tapi sekarang kami lagi menyamar jadi aku butuh tenaga lebih buat menahan diri. Tahan.... Lepas.... Tahan.... Lepas.... Ambil minum eh...salah. Ambil napas pelan deh biar lebih tenang.... Berasa kayak mau melahirkan saja. Aku terkekeh geli dengan pemikiran absurdku sendiri. "Ehm ... maaf ...bisa kalian yang lagi mojok berduaan bisa berhenti. Sepertinya dosen akan segera datang," ucapku sok polos dengan nada paling lembut yang aku bisa, sekuat tenaga aku berusaha buat menutupi emosiku yang sudah mulai sampai diubun-ubun. Suara geraman dari pria itu membuatku bergidik ngeri apa dia segitu terganggunya? Hallo disini siapa sih yang salah sebenarnya? Aku melirik ke arah kedua insan yang tengah di mabuk gairah aku tidak yakin itu cinta karena kalau cinta lelaki itu pasti akan melindungi sang pujaan hati, pria itu pun melihat siapa yang udah ganggu kegiatannya tadi. Ya mata kami bertatapan dalam sepersekian detik. Sepasang mata hijau langsung membuatku terpaku sejenak, terpesona. Ingat ya, cuma sejenak karna aku sudah bisa ngontrol diriku dengan sangat baik. Dengan  polosnya aku langsung menampilkan wajah bersalah. Ya walau aku tidak merasa bersalah sebenarnya. "Ma ... maaf kak,” cicitku seolah merasa terintimidasi olehnya. Lelaki dengan netra hijau yang sempat membuatku terpesona hanya menatapku tajam dan seolah bertanya siapa yang sudah berani mengganggu keasyikannya barusan. Oh tatapannya seolah mengulitiku, membuatku meremang alih-alih ketakutan karena tatapannya yang menghujamku. "Ck ... dasar nerd, ganggu aja lo," kata suara perempuan, bukan cowok itu yang menjawab tapi cewek tadi. Cewek yang sedang dicumbu sama cowok bernetra hijau. Dan coba tebak siapa ? Yap gadis yang tadi kutemui  di halaman kampus. Ck, apa kami satu jurusan. Bakalan berwarna hari-hariku disini. "He ... malah bengong. Lo emang selalu aja bikin kesel ya. Dasar nerd," bentak cewek norak itu lagi. Berasa kecakepan banget sih tuh wadon, geramku kesal. Perasaan dulu pas masih populer diriku nggak segitu nya deh. "Udah Nit gak usah diladeni,” kata satu teman si rambut merah, oh cewek itu namanya Nit mungkin lengkapnya genit, pas banget dah he...he...tanpa sadar aku nyengir sendiri dengan pemikiranku sendiri. "Napa lo malah nyengir. Ngeremehin gue lo?" tanya si Nit berang,  wanita ‘genit’ itu bahkan berkacak pinggang sambil membusungkan dadanya yang kayak mau tumpah-tumpah. Mungkin nih cewek ke kampus  enggak pake BH kali ya, ampek ngeleber kemana-mana. Aku hanya bisa  geleng-geleng kepala  melihatnya. Dikiranya aku takut apa? "Ehm. Selamat pagi ... apa kelas bisa dimulai?" tanya suara berat yang sangat berwibawa. ‘Wah itu suara dosen galak’ gumaman beberapa mahasiswa yang sempat kudengar. Tanpa memperdulikan ucapan cewek berambut merah itu aku langsung duduk dengan manis. Begitupun dengan yang lain.  Langsung saja semua pada duduk ditempat masing-masing dan mulai fokus sama perkuliahan mereka. Aku bernafas lega karena kedatangan dosen ini membuatku dapat menahan diri dari emosi yang mulai tak terbendung. Ahh syukur deh, bukannya takut sama mereka tapi lebih takut lepas kontrol menghadapi mereka. Tapi cowok bermata hijau itu bikin aku enggak bisa konsentrasi sama keterangan dosen didepan. Cowok itu..., Hot? Pake banget Ganteng? Sudah pasti. Cool? Tentunya Dan matanya serta tatapannya seperti tidak asing. Aku seakan pernah melihatnya entah dimana? Tapi Mesuuum. Entahlah aku mencoba berkonsentrasi dengan penjelasan dosen di depannya mengenyahkan bayangan lelaki itu. Tanpa sadar aku kembali melirik pada sosok itu. Mata kami kembali bertemu, karena ternyata lelaki itu juga sedang mencuri pandang kearahku. Aku kembali menunduk menghindari tatapannya yang tajam, berusaha kembali fokus memperhatikan penjelasan dosen di depan. Tapi pikiranku kembali memikirkan  cowok bermata hijau itu, kenapa serasa pernah berjumpa. Terasa familier. Tapi siapa? Mata hijaunya yang indah...desahku tak sadar. Aku melirik Amy yang masih fokus memperhatikan dosen. Ah, untuk dia tidak dengar. Aku mendesah lega. Ck kenapa juga aku malah memuji tuh cowok songong bin m***m sih, tapi mata hijau itu menggangguku. Entah karena apa? Ingat ya Bri, cowok itu mesumnya kebangetan. Amit-amit jabang bayi kalau sampai kamu kena rayuannya. Najis...Hah??? Gimana enggak m***m coba? Nyosor ditempat umum...dasar otak diselangkangan. Rapalku dalam hati. #Bahasanya deh. Cowok type playboy bin m***m tentunya bukan type ku ya, seorang Sabrina pastinya berharap mendapatkan kekasih yang setia, hanya mencintaiku seorang. Makanya aku selalu menghindari type kayak gitu. Type casanova. Kelaut aja. Lelaki itu salah satunya, sekarang pun aku tidak akan terpengaruh...ya tentu saja, janjiku dalam hati. Sanggupkah mereka ??? Mereka bahkan tidak tahu permainan takdir akan membawa mereka kemana? nasib apa yang akan mereka jalani bersama? Takdir yang akan mempermainkan mereka, karena cupid sudah menembakkan panah asmaranya kearah mereka. Bisakah mereka lari dari takdir???                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD