Part 7 | Let Me Love You

2625 Words
Rhea menatap bagaimana tatapan antusias Keyla dan Kern menyambut cemilan dari wanita itu, bahkan Kern yang biasanya berwajah datar begitu antusias dan menunjukkan keceriaannya, menunjukkan bahwa dirinya anak laki-laki pada umumnya yang suka tertawa dan menyukai cake, sangat berbeda saat bersama Rhea, anak laki-laki itu selalu menatap benci ke arahnya. Rhea menghembuskan napas panjang, hatinya tidak rela melihat bagaimana wanita itu yang bisa begitu dekat dengan Keyla dan Kern yang notabene sekarang adalah anak-anaknya, ia hanya mampu menekan dadanya yang terasa sesak, membalikkan badannya dan memilih masuk lewat pintu belakang yang langsung menghubungkan dengan dapur, ia tidak ingin merusak senyum bahagia Kern yang jarang dilihatnya, namun yang Rhea tanyakan di sini, kenapa Arche tidak menikahi wanita yang jelas-jelas sudah dekat dengan anaknya? Jika harus membalas dendam padanya, seharusnya pria itu tidak perlu mengorbankan kebahagiaan anak-anaknya, ia bisa langsung membunuhnya dan masalahnya akan selesai, dan jika masalah anak-anak yang terkena bullying, bukankah wanita tadi menjadi sosok sempurna untuk ibu mereka? "Baiklah Arche, karena kau sudah berkorban sejauh ini, aku akan berusaha untuk membahagiakan kalian, menyayangi kalian dengan segenap jiwaku dan ini tulus dari dasar hatiku," Rhea menggumam dengan langkah ringan menuju belakang rumah, ia membuka pintu belakang dan langsung bertemu dengan Christy yang tengah membersihkan meja makan. "Ooh Nyonya, kau sudah pulang? Kenapa lewat belakang?" "Kenapa kau membersihkan meja makan?" Rhea mengabaikan pertanyaan Christy dan lebih tertarik kenapa Christy membersihkan meja makan. "Ahh tadi Nona Sherlley datang dan ia membawa makanan, kebetulan Tuan Arche belum makan siang, jadi mereka makan bersama, dan sepertinya Nona Sherlley belum pulang, apa Nyonya tidak melihatnya?" Rhea tertawa pongah, lagi-lagi mengabaikan pertanyaan Christy dan menuju kulkas untuk menyimpan belanjaannya. Ah, ia lupa tadi siang Arche membanting kotak makannya dan memilih makan siang dari wanita lain, menyedihkan sekali hidupnya, suaminya lebih memilih makanan milik wanita lain. "Jadi wanita itu Sherlley? Siapa dia?" tanya Rhea masih sibuk menata bahan belanjaannya di kulkas. "Ahh setau saya dia sahabat baik Tuan Arche dan mendiang Nyonya Zee," Rhea hanya mengangguk dalam diamnya, menutup pintu kulkas dan tersenyum seperti biasanya, bagaimana pun ia harus tetap menemui wanita yang katanya sahabat suaminya itu kan? "Ya sudah, aku akan keluar menemui mereka," Christy hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya. "Mommy," Keyla yang pertama kali menyadari kedatangan Rhea langsung berlari ke arahnya dan memeluk Rhea erat walau hanya mencapai pinggang Rhea. Berbeda dengan Keyla yang sangat antusias dengan kedatangan Rhea, yang lain justru terdiam, Arche bahkan menatap benci ke arahnya, sedangkan Kern langsung diam dan membuang muka, dan Rhea bisa melihat dari sudut matanya jika wanita bernama Sherlley itu tersenyum sinis ke arahnya. "Ada tamu rupanya," Rhea mencoba bersikap ramah, menggendong Keyla yang masih menggelayut manja di pelukannya, ia menghampiri Sherlley dan menjabat tangan wanita itu. "Sherlley, sahabat Arche," "Rheana, istri Arche," Rhea tersenyum singkat dan melepaskan jabatan tangan itu, suasana menjadi canggung. "Apa Keyla mau mandi bersama Mommy?" Keyla mengangguk antusias membuat Rhea mengacak gemas rambut anaknya itu. "Apa Kern mau bergabung bersama Keyla dan Mommy?" Rhea beralih pada anak laki-laki yang masih enggan menatapnya. "Tidak!!!" teriak Kern menatap kesal pada Rhea dan lagi-lagi Rhea bisa melihat senyum sinis terukir dari bibir Sherlley. "Sherlley ke sini karena merindukan anak-anak, apa kau akan tetap mengajak Keyla mandi?" suara dingin Arche menghentikan langkah Rhea yang sudah akan meninggalkan ruang tamu, ia tahu itu sindirian untuknya, atau lebih tepatnya ia ingin mewujudkan sejenak impian keluarga bahagia bersama Sherlley yang telah pria itu sia-sia kan karena terbutakan oleh dendam. Rhea hanya mampu menghembuskan napas panjang sebelum membalikkan badannya dan memberikan senyum terbaik untuk Arche. "Ahh maaf, kupikir ini waktunya Keyla mandi, aku takut jika terlalu sore dia akan sakit," Rhea menyangkal dan ia bisa melihat rahang Arche yang mengeras, "Kau juga sebaiknya segera mandi Kern, Mommy tidak ingin kau sakit karena mandi terlalu sore," Rhea langsung meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kamar Keyla, entah mengapa ia mempunyai firasat yang buruk tentang Sherlley, ada rasa tidak rela saat wanita itu mencoba mendekati anak-anaknya, Rhea hanya merasa ada sesuatu yang misterius dalam diri Sherlley, dan entah mengapa hello effect-nya dengan Sherlley memberikan kesan buruk. "Nah, lepas dulu bajumu sayang, Mommy akan menyiapkan airnya," Keyla mengangguk dan mulai melepaskan bajunya sendiri, begitu terlepas ia langsung masuk ke bath-up dan dengan manjanya meminta Rhea memandikannya, Keyla berusaha membuat Rhea basah dan ikut mandi bersamanya, ia sengaja menyipratkan air ke wajah Rhea membuat Rhea mencubit gemas b****g anak itu dan menggelitikinya, Rhea kembali ke ruang tamu bersama Keyla yang sudah wangi, di sana ia melihat hanya ada Arche dan Kern yang sedang bermain catur, Rhea juga melihat banyaknya coretan bedak di muka ke dua laki-laki itu, dalam hati Rhea tersenyum, tidak menyangka dengan Arche yang super sibuk bisa meluangkan waktu dan bermain bersama anak-anaknya, dan lagi-lagi senyum itu menghipnotis Rhea, senyum itu bagaikan setetes embun di padang gersang, menyejukkan dan menenangkan. Keyla meronta turun dari gendongan Rhea, anak perempuan itu berlari dan memekik girang , memeluk leher Arche dari belakang dan tertawa melihat wajah ayah dan kakaknya yang penuh dengan coretan bedak. "Daddy, Kern, kalian seperti badut," Keyla tertawa diikuti Rhea yang sudah bergabung bersama mereka, "Sherlley sudah pulang?" tanya Rhea, namun Arche hanya menatapnya sinis. "Kern, kau sudah kalah sayang, akhiri permainan ini dan pergilah mandi," Arche bangun dan langsung menuju dapur membuat senyum yang sejak tadi terukir begitu manis di bibir anak kecil itu surut seketika. "Kau selalu mengganggu momenku bersama Daddy," Kern menatap kesal pada Rhea dan pergi dengan kaki yang menghentak-hentak kesal, membuat Rhea hanya mampu mengelus dadanya pelan. "Mommy," Keyla menghampiri Rhea dan memeluk wanita itu, melihat raut sendu Rhea membuat Keyla merasa sedih, "Maafkan Kern dan Daddy ya, Keyla sangat menyayangi Mommy," Rhea hanya tersenyum, bukankah Keyla menyayangi dirinya sebagai bayangan dari sosok Zee? Bukan benar-benar menyayangi sosok Rhea yang sesungguhnya. "Tidak apa-apa sayang, kau temani Daddy ya, Mommy akan ke kamar Kern," Keyla mengangguk dan menuju dapur menyusul Arche yang sedang menikmati americano dan cake dari Sherlley tadi. Rhea membuka kamar Kern dan tersenyum melihat baju Kern yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamar mandi, kebiasaan buruk Kern yang baru ia ketahui sejak kemarin, Rhea segera mengambil baju itu dan membawanya ke tumpukan baju kotor yang lain, ia mengamati kamar Kern yang rapi seperti biasanya, kebiasaan baik Kern yang lain adalah anak itu selalu membereskan tempat tidur setelah bangun, tadi pagi ia ke kamar anak itu dan sedikit terkejut mendapati tempat tidur yang sudah rapi, hanya ada baju kotor yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamar mandi seperti saat ini yang Rhea temukan. Rhea membuka lemari Kern dan mengambil setelan baby doll dengan motif beruang, duduk di single bed bermotif superman itu dan menunggu Kern keluar. "Apa yang kau lakukan di sini?" Kern bertanya dengan nada kesal membuat Rhea tersenyum. "Mommy pikir kau membutuhkan bantuan Mommy, mungkin untuk mengeringkan rambutmu," Rhea berjalan ke arah Kern yang masih mengenakan handuknya, membuat Kern berteriak agar Rhea berhenti di tempatnya. "Keluar dari kamarku sekarang!!" teriak Kern membuat Rhea hanya bisa menuruti permintaan anak itu. "Baiklah, tapi jika kau membutuhkan bantuan jangan sungkan untuk meminta Mommy, Mommy akan selalu ada untuk Kern, itu yang perlu kau ingat," Rhea berkata dengan nada tulus, membuat Kern terdiam bahkan saat Rhea sudah benar-benar pergi dari kamarnya. *** "Ke mana Arche dan Keyla?" tanya Rhea saat memasuki dapur dan hanya melihat Christy yang sedang membersihkan ayam dan beberapa bahan lainnya, "Tuan dan Nona sedang di taman belakang Nyonya, saya sudah mencuci semua bahan-bahannya, ada yang perlu saya bantu lagi nyonya?" tanya Christy sambil menujuk bahan-bahan yang sudah di cuci untuk menu makan malam. "Kau bisa memotong paprika dan bawang bombay Christy, aku akan mengolah ayamnya dulu," Christy mengangguk dan mulai mengambil pisau untuk memotong paprika-paprika itu. "Apa Arche selalu pulang sore untuk bermain bersama anak-anaknya?" "Tidak selalu nyonya, dulu sewaktu mendiang Nyonya Zee masih hidup, sesekali Tuan pulang sore untuk bermain bersama keluarganya, tapi jika kantor memang sibuk apalagi jika di kantor ada masalah Tuan pasti akan kembali ke sifat workaholic-nya yang selalu pulang tengah malam, dulu saat belum ada Nona Keyla dan Tuan muda Kern, Tuan Arche malah lebih sering menghabiskan waktunya di kantor, hingga mereka sering terlibat pertengkaran karena kesibukan Tuan Arche, tapi seiring berjalannya waktu dan kelahiran si kembar ia lebih bisa mengontrol jam kerjanya, berusaha membagi waktu antara pekerjaannya dengan keluarga," "Sudah berapa lama kau bekerja di sini Christy?" "Ah, aku? Sejak mereka menikah saya bekerja di sini." Rhea menatap Christy dengan tatapan bertanya, perempuan itu belum terlalu tua, mungkin usianya sepantar dengannya. "Kenapa kau mau bekerja di sini? Maksudku, kau masih muda dan kau bisa mencari pekerjaan yang lebih baik," "Aku bukan wanita pandai Nyonya, aku pernah mencoba bekerja di beberapa kantor namun belum ada satu bulan aku di pecat, selain itu aku juga sangat ceroboh, dan aku memang lebih menikmati bekerja di sini, di keluarga Aldene, rasanya bekerja di sini menjadi panggilan jiwa untukku, seperti aku mengabdi pada negara," Christy terkekeh sendiri, membuat Rhea menggeleng-gelengkan kepala dengan pemikiran wanita itu. Namun, ia tetap a menghargai keputusan Christy karena Rhea yakin itu pilihan terbaik yang membuat hidup Chirsty bahagia. "Ooh Kern, kau sudah selesai mengganti baju? Keyla dan Daddy sedang di taman belakang, kau bisa bergabung bersama mereka sambil menunggu makan malam," Rhea tersenyum menatap Kern yang bahkan langsung melengos pergi begitu ia memberi tahukan dimana Arche dan Keyla berada. "Nyonya yang sabar ya menghadapinya, dia memang seperti Tuan Arche, sangat dingin pada orang baru, tapi percayalah mereka akan berubah sangat baik dan sangat menyayangi jika sudah mengenal orang itu lebih jauh, jadi Nyonya harus lebih giat melakukan pendekatan pada mereka." "Ya Christy terima kasih sarannya," Rhea tersenyum, mengambil penggorengan dan menuangkan minyak secukupnya, malam ini ia ingin membuat udang tumis paprika dan juga ayam crispy. "Awalnya saya tidak mengira Tuan Arche akan menikah secepat itu setelah kepergian mendiang Nyonya Zee," Christy memulai pembicaraan, "tapi saat saya melihat bagaimana Nyonya menatap lembut pada anak-anak saya bersyukur Tuan menikah dengan Nyonya, saya bisa tahu jika Nyonya sangat menyayangi anak-anak dan tidak mungkin bertingkah jahat seperti ibu tiri di film-film jaman sekarang," Rhea terkekeh dengan ucapan polos Christy, seandainya wanita itu tau alasan sesungguhnya Rhea menikah dengan Arche pasti wanita itu akan menarik kata-katanya dan menatap sedih atau bahkan benci karena mengetahui jika faktanya ia adalah anak dari pembunuh mendiang nyonyanya itu. "Tidak ada yang alergi udang kan di sini Christy?" "Tidak Nyonya, justru itu menjadi menu favorit di keluarga ini, mereka semua sangat menyukainya," ujar Christy antusias. "Apa mereka memiliki alergi terhadap makanan tertentu?" tanya Rhea lagi, berusaha memahami keluarga barunya lebih dalam. "Ada nyonya. Tuan Arche alergi dengan daun selada sedangkan Nona Keyla dan Kern alergi terhadap keju," Rhea mengangguk dan mengingat baik-baik ucapan Christy tadi.  *** Makan malam kali itu lebih banyak diisi oleh celotehan dari Keyla yang sangat manja pada Rhea, sedangkan Arche dan Kern makan dalam diam. Setelah makan malam Rhea langsung mengiyakan permintaan Keyla yang minta ditemani mengerjakan pekerjaan rumah dan juga dibacakan dongeng sebelum tidur. Lalu saat Rhea menawari pada Kern, anak laki-laki itu langsung melengos meninggalkan meja makan yang diikuti oleh Arche, membuat Rhea lagi-lagi hanya menghela napasnya, ia berusaha menyembunyikan kekecewaannya di hadapan Keyla. "Dongeng apa yang ingin Keyla dengar malam ini?" tanya Rhea saat keduanya sudah berada di single bed bermotif princess itu, Keyla bersandar pada lengan Rhea dan memeluknya erat, mencium wangi vanila dari tubuh Rhea yang kini menjadi favorit anak itu. "Ah, sebenarnya Keyla sudah bosan dengan semua buku cerita itu, dulu Mommy selalu membacakannya berulang kali," ujar Keyla dengan suara merajuknya membuat Rhea terkekeh dan menepuk-nepuk lengan anak itu. "Mau Mommy ceritakan dongeng yang lain? Mommy yakin kau tidak pernah mendengarnya, ini cerita dari negeri ibu Mommy, nenek Keyla," Keyla langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Rhea dengan pandangan berbinar dengan kepala yang mengangguk-angguk semangat. "Oke Putri Aldene, sekarang berbaring di sini dan Mommy akan menceritakan kisahnya padamu," Rhea tersenyum, menepuk-nepuk sisi ranjang yang kosong dan menyuruh Keyla berbaring di sana sambil mulai bercerita. *** Setelah memastikan jika Keyla benar-benar sudah terlelap, Rhea mencium kening anak itu, mematikan lampu kamar dan keluar dengan tenang meninggakan kamar Keyla dan menuju kamar Kern, melihat apakah anak laki-lakinya sudah tertidur. Saat memasuki kamar Kern, yang Rhea lihat pertama kali adalah Kern yang tidur dengan posisi acak-acakan, dengan bantal dan guling yang tidak pada tempatnya, posisinya yang melintang di ranjang membuatnya seketika tersenyum, buku-buku masih berserakan di meja belajar dengan alat tulisnya, dengan langkah yang pelan Rhea menuju meja belajar bermotif salah satu super hero favorit anak-anak itu, ia merapikan buku-buku Kern dan memasukkanya ke tas sekolah, selanjutnya ia menuju ranjang dan mengambil selimut yang sudah terjatuh di lantai, menyelimuti Kern yang seketika menggeliat kecil. "Sleep tight baby boy," Rhea mencium kening Kern dan mematikan lampu sebelum keluar dari kamar itu. Rhea kembali ke kamarnya dan mendapati suara gemercik air, yang membuatnya menyimpulkan jika Arche baru saja mandi, Rhea segera menuju lemari pakaian dan menyiapkan piyama untuk Arche. "Siapa yang mengizinkanmu menyentuh barang-barangku?! Lepaskan tanganmu dari bajuku! Aku tidak sudi barang-barang pribadiku disentuh oleh tangan kotormu." Arche berujar dengan dinginnya, membuat Rhea yang baru saja mengambil piyama motif polos itu terdiam seketika. "Ini sudah kewajibanku, terserah kau mau menerimanya atau tidak, yang jelas aku akan selalu melaksanakan kewajibanku sebagai istri," Rhea menatap Arche lembut, tetap menyerahkan piyama yang tadi sudah ia siapkan, mengabaikan tatapan Arche yang seolah-olah mampu membunuhnya. Arche menyentak kasar piyama itu hingga terhempas begitu saja dari tangan Rhea, tatapan matanya nyalang dan tangannya langsung mencekik leher Rhea dan menyudutkan wanita itu ke lemari, setiap melihat Rhea entah mengapa kematian Zenita karena ayah wanita itu selalu terlintas di kepalanya, membuat ia benar-benar ingin membunuh Rhea. "Jangan pernah membantah ucapanku, b******k!!" Rhea memukul-mukul tangan Arche yang masih mencekik erat lehernya, berusaha menyadarkan pria itu, napasnya sudah terasa sulit dan kulit wajahnya sudah pucat. "Ini semua baru dimulai Rheana. Nerakamu dimulai di sini!" Arche tertawa sinis dan melepaskan kasar cekikkannya pada leher yang sudah membiru itu membuat Rhea terbatuk seketika, ia mendorong tubuh Rhea yang masih bersandar di lemari hingga membuat wanita itu tersungkur ke lantai, dan Arche dengan tidak pedulinya mengambil baju dan menuju kamar mandi. Saat pintu kamar mandi tertutup saat itu pula air mata Rhea jatuh satu-satu, wanita itu masih memegang lehernya yang terasa sakit, nyatanya perlakuan Arche begitu menyakitkan, pria itu tidak hanya menyakiti hatinya tapi juga fisiknya. "Bagaimana aku mencoba bertahan jika baru seperti ini saja aku sudah merasa takut?" Rhea menggumam, mengingat kembali nasehat ibunya tentang sebuah pernikahan yang harus ia lakukan sekali seumur hidup dan mempertahankan rumah tangganya sekuat tenaga. Rhea bangkit, menuju sofa yang kini menjadi tempat mengistirahatkan tubuhnya setiap malam, ia menarik selimut hingga batas lehernya dan tidur memunggungi ranjang, matanya terpejam dengan air mata yang masih mengalir saat mendengar pintu kamar mandi yang terbuka dan suara langkah kaki yang semakin mendekat. Entah sudah berapa lama wanita itu menangis dalam diam, nyatanya walau tubuhnya lemah tapi netranya masih tidak ingin terpejam, netranya masih meminta dirinya untuk menumpahkan semua kesedihannya melalui air mata, tubuh yang sejak tadi berbaring dengan posisi miring itu akhirnya berbalik menatap dalam diam sosok pria yang sudah terlelap dengan damai di ranjang yang cukup besar itu, entah apa yang dipikrkan Rhea saat dirinya memutuskan untuk beranjak dan menghampiri Arche lebih dekat. Dalam diam dengan jarak yang sedekat itu Rhea memperhatikan wajah Arche yang begitu damai dalam tidurnya, mimik yang tidak akan ia lihat saat pria itu membuka mata, dengan hati-hati ia membungkukkan badannya dengan mata terpejam, untuk pertama kalinya ia mengecup kening seorang pria yang kini telah menjadi suaminya. "Seburuk apapun dirimu, aku berharap Tuhan mau membantuku untuk membiarkanku mencintaimu dan juga semoga Tuhan membukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya untukmu," Rhea menggumam lirih seiring dengan air mata yang kembali menggenang di kelopak matanya, ia membenarkan letak selimut pria itu sebelum akhirnya memilih kembali ke sofa untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.  To be continue... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD