Part 6 | Honestly He Is Angel

2272 Words
Setelah melihat mobil Arche yang menghilang di tikungan komplek, Rhea memutuskan kembali masuk rumah dan menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya langsung. Wanita itu langsung memasuki kamar utama yang menjadi tempatnya mengistirahatkan tubuh walau hanya sebatas di sofa, kamarnya dengan Arche, ia melihat selimut yang tadi telah ia lipat kembali berantakan begitu juga dengan bantal dan guling yang sudah tidak pada tempatnya, bahkan kemeja yang tadi ia siapkan untuk Arche teronggok begitu saja di sudut lemari, sepertinya Arche sengaja melemparnya. Rhea hanya bisa menggelengkan kepala dengan tingkah menyebalkan Arche. "Aku tidak tahu kau akan bersikap kekanakan seperti ini untuk membalas sakit hatimu Arche," Rhea tersenyum mengingat pertengkarannya dengan Arche pagi ini, baginya itu bukan apa-apa, tapi ia juga tidak tahu jika mungkin setelah ini Arche akan melakukan hal yang lebih gila dalam menyakitinya, mengingat bagaimana dendam pria itu kepada ayahnya yang dibalaskan melalui dirinya. Setelah merapikan ketiga kamar –miliknya dengan Arche serta Keyla dan Kern-, dan mencuci baju kotor milik suami dan anaknya, Rhea memilih membersihkan diri dan bersiap untuk ke kafe, ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, ia akan melihat kafenya dulu sebelum mengantar makan siang dan menjemput si kembar. "Christy, aku akan ke kafe dan pulang setelah menjemput anak-anak," ujar Rhea pada wanita yang berusia lebih tua beberapa tahun darinya, Christy yang sedang membersihkan ruang keluarga dengan vacuum cleaner menatap Rhea dengan senyum mengembang. "Baik, Nyonya." Setelah mendengar jawaban Christy, Rhea langsung meninggalkan rumah, lalu menuju garasi dan mengeluarkan jazz putih miliknya, memang setelah menikah ia tidak mau terlalu bergantung pada Arche apalagi menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, ia akan tetap menjalankan bisnis kafenya, seperti yang pernah dikatakan ibunya dulu, jika dirinya boleh tetap berkarir asal semua urusan keluarganya telah terselesaikan, lagi pula saat menikah dengan Arche bahkan saat membuat kesepakatan dengan pria itu, Arche tidak meminta apa pun atau tentang surat kontrak dan sebagainya, yang jelas pria itu menikah untuk menyakitinya, tapi Rhea pikir Arche tidak sejahat itu, atau belum? Semua pria bisa menjadi sangat menyeramkan bila ia kehilangan seseorang yang dicintainya, dan Rhea selalu siap menerima kemungkinan terburuk tentang apa yang akan direncanakan oleh Arche, ia hanya berusaha mengimbangi apa yang selalu dilakukan oleh Arche dengan hal baik yang akan selalu ia berikan untuk Arche dan anak-anaknya, karena hanya dengan itu ia bisa menebus sedikit demi sedikit kesalahan yang diperbuat oleh ayahnya walau hingga saat ini ia belum percaya jika ayahnya melakukan hal itu. Rhea memasuki kafenya dan mendapaat sapaan ramah dari pegawainya seperti biasa, ia menuju meja kasir menghampiri Emily. "Ooh Nona, kau datang? Kupikir kau memiliki beberapa libur bersama suamimu." Emily tersenyum menggoda membuat Rhea ikut tersenyum walau hatinya justru menertawakan kebodohannya, liburan apa? Bermimpi saja dirinya mendapat liburan pernikahan. "Banyak yang harus aku urus selain liburan Emily, jika kau lupa aku sudah menjadi seorang ibu sekarang," Rhea tertawa kecil membuat Emily ikut tertawa dan menganggukan kepalanya. "Jadi bolehkah aku memanggilmu Mommy sekarang?" "Aku tidak pernah merasa memiliki anak sepertimu," Rhea mengubah mimiknya menjadi serius, namun melihat ekspresi Emily yang tidak enak hati membuat Rhea seketika tertawa dan memukul pelan bahu Emily. "Cukup panggil aku seperti biasa. Ah ya, untuk laporan penjualan bulan ini bisa kau selesaikan semuanya hari ini?" tanya Rhea membuat Emily mengangguk. "Baiklah. Aku ada di atas, jika ada yang mencariku kau bisa menelponku," Rhea menuju lantai dua kafenya, tempat yang sengaja Rhea bangun sebagai tempat tinggalnya yang kedua, ruangan yang memiliki ukuran setara dengan apartemen yang tidak terlalu besar itu memiliki satu kamar, lengkap dengan kamar mandi, ruang tamu, ruang kerja serta kitchen set mini, benar-benar rumah yang nyaman bagi Rhea, bahkan dulu saat masih tinggal bersama ayahnya, Rhea kerap memilih bermalam di kafenya karena melihat bagaimana semakin buruknya perangai ayahnya, ia juga lebih memilih bersembunyi di sana dari pada harus mendapat bentakan atau luka fisik dari ayahnya. Selama satu jam di kafenya yang dilakukan Rhea hanya tidur di single bed-nya yang selalu nyaman, tidur yang tidak benar-benar tidur karena ia masih memikirkan bagaimana kesehatan ayahnya di sana. Wanita itu bangkit saat melihat layar ponsel yang sudah menujukkan pukul sebelas siang, ia langsung menuju kitchen set-nya, memasak makan siang untuk Arche, dan ia akan melakukan itu setiap hari sebagai perwujudan istri yang berbakti dan perhatian kepada suaminya. Rhea memang selalu mengisi kulkasnya dengan bahan makanan lengkap, ia tidak terlalu suka memakan junk food yang hanya memperburuk kesehatan dan setelah menjemput Kern dan Keyla nanti ia memang berencana untuk belanja. Setelah satu jam berkutat di dapur akhirnya Rhea selesai menyelesaikan masakan untuk makan siang Arche, wanita itu hanya membuat mashed potato dengan scrambled egg and sausage serta salad buah sebagai penutupnya. *** Rhea memasuki kantor Arche dengan anggunnya, berusaha mengabaikan tatapan mencibir para karyawan ke arahnya. Rhea tahu kabar pernikahan dirinya dengan Arche sudah menyebar begitu juga dengan kenyataan bahwa Rhea merupakan anak dari pembunuh mendiang istri pria itu, dan Rhea juga mendengar beberapa karyawan yang dengan sengaja bergosip saat dirinya berada di lift menuju lantai di mana Arche berada, para wanita penggosip itu dengan keras mengatakan jika Rhea bahkan telah menggoda Arche dan memang sengaja melakukan rencana pembunuhan pada Zee melalui ayahnya. Rhea hanya bisa mengepalkan tangannya dan menatap tajam para wanita itu sebelum benar-benar meninggalkan lift, hatinya begitu sakit saat dituduh dengan keji seperti itu, bahkan ia baru saja bertemu dengan Arche beberapa hari yang lalu dengan kesepakatan gila pria itu, dan seenak jidatnya para wanita itu menggunjing dirinya begitu hina. Begitu tiba di depan ruang kerja Arche, Rhea harus kembali mendapatkan tatapan tidak suka dari seorang wanita yang Rhea yakini adalah sekertaris Arche, Rhea masih berusaha bersikap baik dengan bertanya baik-baik pada wanita itu walau yang Rhea dapatkan justru ucapan ketus dari sang sekertaris. "Apa seperti ini caramu bekerja? Dengan menunjukkan wajah masam pada tamu? Terlebih aku istri bosmu?" Rhea sudah tidak bisa lagi bersikap baik saat wanita itu dengan terang-terangan mengusirnya, mengatakan jika Arche tidak bisa diganggu, padahal wanita itu belum menghubungi Arche. Dengan menatap sinis Rhea, sang sekertaris menghubungi Arche, Rhea menunggu dengan tatapan matanya yang berpendar melihat desain interior ruangan itu. "Silahkan masuk, beliau sudah menunggu di dalam." Rhea tersenyum puas menatap sang sekertaris dengan tatapan menangnya, dan langsung menuju ruangan Arche. Saat memasuki ruangan Arche yang pertama Rhea lihat adalah ruangan milik Arche terlihat begitu mewah dan elegan dengan nuansa cokelat, lalu tanpa sengaja netranya langsung menatap pada figura pernikahan Arche dan Zee yang cukup besar, membuat hati Rhea seolah dihantam kerikil kecil tajam yang tak kasat mata namun sakitnya tetap terasa. "Aku membawakan makan siang untukmu," saat itu pandangan Arche yang sedang fokus pada berkas-berkas di depannya langsung teralihkan pada Rhea, ia menatap wanita itu tajam dan penuh intimidasi. Melepas kaca mata bacanya dan berjalan dengan langkah tegas menghampiri Rhea, membuat Rhea menatap takut-takut pada Arche. Arche langsung membanting kotak bekal yang dibawakan Rhea hingga menimbulkan bunyi nyaring benturan antara tempat makan aluminium itu dengan lantai, belum selesai dengan keterkejutannya Rhea merasakan dagunya dicengkram dengan kuat membuatnya harus mendongak dan langsung mendapati tatapan tajam Arche yang selalu berhasil menghunus jantungnya. "Sudah kukatakan kau bukan siapa-siapa. Jadi jangan pernah berperan menjadi istri, karena itu terlihat menjijikan. Anak pembunuh sepertimu tidak pantas untuk berperan sebagai istri yang baik." Arche melepaskan cengkramannya pada Rhea dan mendorong tubuh wanita itu dengan kasar membuat Rhea terhuyung dan terjatuh di sofa. Di balik rambut yang menutupi wajahnya, air mata wanita itu jatuh membasahi pipinya, hatinya tetap saja merasakan sakit saat niat baiknya justru dihadiahi oleh umpatan dan hinaan oleh sang suami, bahkan lebih menyakitkan saat Arche yang mengatakan dia anak pembunuh dan tidak pantas menjalankan perannya sebagai istri, itu sangat menohok hatinya. Rhea menghapus kasar air matanya dan menatap Arche dengan senyum walau hatinya berdenyut sakit, dilihatnya pria itu yang masih menatap benci padanya dengan rahang mengeras. "Ah, sayang sekali, makanannya telah hancur, baiklah aku akan meminta sekertarismu untuk membelikanmu makan siang yang lain, kau harus tetap makan siang, suamiku." Rhea berusaha menyentuh bahu Arche namun dengan cepat pria itu mencengkramnya sangat kuat membuat Rhea merintih sakit, detik berikutnya Arche menghempaskan tangan kecil Rhea begitu kencang dan menatap Rhea masih dengan tatapan yang menghunus. "Keluar sekarang!!!." teriak Arche membuat Rhea menghembuskan napasnya lelah, dan berjalan meninggalkan ruangan. Di depan ruangan, Rhea bisa melihat sekertaris itu tersenyum mengejek ke arahnya, membuat Rhea menghembuskan napas kasar dan berlalu meninggalkannya, ia seperti w************n yang diusir setelah digunakan dan ditertawai oleh sekertaris sang bos. Benar-benar memalukan. *** Rhea memarkirkan mobilnya di depan sekolah Keyla dan Kern, ternyata sekolah sudah selesai, wanita itu melirik jam yang menunjukkan jika kelas memang sudah berakhir sejak lima belas menit yang lalu, ia mengumpat pada dirinya sendiri karena telat menjemput kedua anaknya di hari pertama, dengan berjalan tergesa ia menghampiri Kern dan Keyla yang terlihat tengah terlibat percakapan dengan murid lain. "Haha setelah ditinggal mati Mommy-mu, secepat itu kalian mempunyai Mommy baru? Aku yakin Mommy kalian akan menjadi seperti nenek sihir yang suka menyiksa, bukan menyayangi kalian, kasian sekali dirimu Keyla dan Kern." Ejek seorang anak laki-laki kepada anak kembar sepasang tersebut. Keyla yang diejek sudah akan menangis berbeda dengan Kern yang tanpa aba-aba langsung mendorong keras anak yang tadi mengejeknya hingga membuat adiknya menangis. "Berhenti mengganggu kami!!." Kern dengan tatapan tajamnya menatap anak itu dan langsung menarik Keyla untuk pergi, dan saat membalikkan badannya Kern bisa melihat Rhea yang menghampiri keduanya dengan tatapan khawatir. "Hai sayang, kalian sudah menunggu lama? Maafkan Mommy karena tadi harus mengantar makan siang Daddy dulu," Rhea sudah berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan kedua anaknya, ia mengernyit mendapati tatapan Keyla yang ingin menangis dan Kern yang menatap benci ke arahnya. "Aku membencimu!!." ujar Kern keras dan berlari menuju mobil, meninggalkan Rhea yang menatapnya terkejut dan juga meninggalkan luka yang kembali ia dapatkan dari ayah dan anak itu. "Keyla kenapa sayang? Apa yang membuat Keyla sedih heum?" Rhea mengusap puncak kepala anak perempuan itu, membuat Keyla langsung memeluk Rhea dan terisak di d**a wanita itu. "Apa Mommy akan menjadi jahat seperti nenek sihir di film kartun yang aku tonton?" pertanyaan polos Keyla lagi-lagi membuat Rhea mengernyit, dari mana anaknya mendapatkan pemikiran seperti itu? "Hei, apa wajah Mommy semenyeramkan nenek sihir? Kenapa Mommy harus menjadi nenek sihir?" Rhea mengurai pelukannya pada Keyla melihat wajah anak perempuan itu yang sudah basah oleh air mata. "Teman Keyla bilang jika ibu tiri itu jahat seperti nenek sihir, dan mereka bilang Mommy akan menyiksa Keyla dan Kern karena Mommy ibu tiri," Rhea tersenyum miris, ternyata semuanya semakin sulit setiap waktunya, ia mengusap puncak kepala Keyla dan menangkup wajah kecil itu, mencium kedua matanya turun ke hidung dan bibirnya. "Dengarkan Mommy, Mommy menyayangi Keyla dan Kern, kalian adalah anak-anak Mommy, jadi bagaimana mungkin Mommy menyakiti kalian? Ap Keyla percaya jika Mommy akan menyakiti kalian?" Keyla menggeleng menjawab pertanyaan Rhea, membuuat Rhea tersenyum lembut pada anak perempuan itu. "Mommy menyayangi kalian dan tidak mungkin menyakiti kalian, mungkin teman kalian yang iri karena kalian memiliki Mommy yang begiitu menyayangi kalian," Rhea tersenyum dan mencubit gemas kedua pipi Keyla membuat senyum kembali terbit di bibir Keyla. "Nahh sekarang kita pulang oke? Kern sudah menunggu, kalian juga harus tidur siang," Rhea menggandeng tangan Keyla dan berjalan menuju mobil. *** Setelah menidurkan Keyla tadi, Rhea berpamitan pada Christy untuk ke supermarket dan menjenguk ayahnya. Di rumah sakit ia hanya bisa melihat ayahnya dari balik jendela ruang perawatan karena ayahnya yang tidak ingin bertemu siapa pun dengan mengunci pintunya. Ia juga menemui Sean untuk menanyakan keadaan ayahnya, dokter muda itu mengatakan jika sejauh ini belum ada perkembangan yang berarti untuk kondisi ayahnya, membuat Rhea hanya mampu menghela napas. Namun, ia berharap ke depannya ayahnya akan segera sembuh, sadar sepenuhnya dan bisa menceritakan apa yang terjadi sebenarnya, karena Rhea yakin ada sesuatu yang terjadi dan terlewatkan saat peristiwa pembunuhan itu, ia yakin ayahnya tidak mungkin melakukan hal gila itu. Sudah dua jam ia berputar mencari kebutuhan dapur dan juga beberapa kebutuhan rumah tangga, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, membuat Rhea bergegas untuk kembali, ia yakin Kern dan Keyla sudah bangun dari tidur siangnya. Rhea mengernyitkan keningnya begitu tiba di rumah, melihat mobil Arche yang sudah terparkir di garasi. Ia lupa menanyakan pada Christy kapan jadwal Arche pulang dari kantornya, tapi jika belum berubah seharusnya jam kerja akan berakhir jam lima sore dan Arche kini sudah tiba di rumah sebelum jam lima, ia hanya menggidikkan bahunya acuh, mungkin pria itu merindukan anak-anaknya. Rhea baru saja akan mengucap salam jika dirinya telah pulang, namun pemandangan di depannya membuat suaranya tercekat begitu saja di tenggorokan, bibirnya mengukir senyum melihat bagaimana tawa bahagia Arche, Keyla dan Kern yang sedang bermain di ruang tamu, mereka bermain kuda-kudaan dan Arche dengan suka rela memberikan punggungnya menjadi kuda untuk Keyla, di satu sisi Kern juga ikut menarik-narik Arche yang memintanya untuk bermain robot-robotan bersamanya, membuat Arche tertawa karena menjadi rebutan kedua anaknya, ia menurunkan Keyla dari punggungnya dan seketika Kern menarik tangan kirinya, Keyla yang tidak terima Daddy-nya direbut ikut menarik tangan kanan Arche membuat pria itu tertawa, dan dengan gerakan cepat, tangan yang sejak tadi di tarik-tarik itu langsung menggenggam balik kedua tangan anaknya dan membawanya ke dalam pelukannya. "Sejujurnya dia malaikat, ya dia malaikat untuk anak-anaknya," Rhea tanpa sadar tersenyum, menghapus setetes air mata yang jatuh di pelupuk matanya, begitu terharu sekaligus sedih, terharu karena akhirnya bisa melihat tawa manis kedua anak itu, dan ikut bersedih karena anak kecil itu harus kehilangan ibunya. "Aunty membuat orange juice untuk kalian serta chocolate cake favorit kalian," suara lain itu membuat Rhea mengalihkan netranya dan mendapati seorang wanita cantik berjalan ke arah Arche dan si kembar dengan senyum yang mengembang, dan Rhea hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan sakit tak kasat mata yang menghantam dadanya saat melihat bagaimana Arche membalas senyum wanita itu dengan lembutnya.   To be continue... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD