Part 8 | What the Hell Is It?!

2317 Words
Wanita itu terbangun dari tidur panjangnya saat mendengar dering di ponselnya yang sebenarnya tidak seberapa keras, namun karena tidak nyamannya tidur di sofa membuat wanita itu tidak bisa tidur terlalu pulas, sepanjang malam sesekali ia akan menggeliat untuk mencari posisi yang lebih nyaman walau ia tahu posisi seperti apapun tidak akan membuatnya nyaman seperti ia tidur di ranjang. Pesan dari nomor tak dikenal di pagi hari membuat Rhea mengernyit, ia mengerjapkan kedua matanya dan beranjak dari duduknya. -Aku akan membunuhmu dan anak Arche jika kau masih bertahan dalam pernikahan konyolmu. Arche hanya milikku.- Rhea tergugu di tempatnya, pesan macam apa itu? Apa tidak ada yang lebih buruk dari ini? Menikah dengan pria itu saja ia sudah harus melewati banyak hal dan sekarang ada lagi hal lain yang membuat kepalanya bertambah sakit. Rhea menghembuskan napasnya panjang, melempar ponsel itu ke sofa, mengikat rambutnya asal menjadi satu dan beranjak merapikan selimut dan bantal sebelum keluar kamar dan memulai rutinitas seperti biasanya, memasak, membangunkan si kembar dan Arche. *** Rhea memasuki kafenya dan tersenyum saat beberapa karyawan menyapanya seperti biasa, tadi setelah urusan rumahnya selesai ia berangkat ke kafe seperti biasanya, mengecek keadaan kafenya sembari menunggu jam makan siang dan waktu untuk menjemput Keyla dan Kern. "Bagaimana kafe hari ini Emily?" tanya Rhea pada karyawan kepercayaannya itu. "Sangat baik Nyonya, dan juga tadi ada seorang pria tampan yang memastikan apakah kafe ini milikmu." "Ooh ya? Kau menanyakan namanya?" tanya Rhea dengan alis yang saling bertaut. "Maaf Nyonya, tadi pelayan lain yang melayaninya dan dia hanya menyampaikan pada saya," Rhea mengangguk walau kerutan di keningnya masih terlihat, mencoba menebak-nebak siapa pria yang mencarinya tadi. "Ya sudah, jika dia kembali, tolong tanyakan namanya, atau kau bisa memberikan kontakku, mungkin saja dia ingin menjalin kerja sama dengan kafe kita." Emily hanya menganggukkan kepalanya. "Aku akan ke atas membuat menu baru untuk bulan ini, langsung hubungi aku jika ada sesuatu." Rhea memang selalu membuat inovasi-inovasi baru untuk menu kafenya, kecintaannya pada makanan itu yang mendorongnya membuat usaha kafe, bahkan wanita itu sendiri yang membuat menu-menu baru untuk membuat kafenya semakin ramai dan terkenal, setiap bulannya Rhea akan menciptakan menu andalan di bulan itu yang selalu menjadi incaran para pelanggan karena menu khusus yang dibuat Rhea hanya ada di bulan itu dan tidak akan dibuat lagi di bulan selanjutnya, ia akan membuat menu baru yang tidak kalah menariknya, sehingga pengunjung tidak bosan dengan menu yang monoton. Dan banyak dari pengunjungnya yang selalu datang berbondong-bondong pada awal bulan untuk mencoba menu limited edition itu. *** Rhea melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang, ternyata sudah dua jam ia berkutat dengan tepung dan teman-temannya, namun ia bisa tersenyum puas dengan karya buatannya hari ini, menu special untuk bulan depan, moon cake dengan bahan dasar kacang almond dengan toping nanas juga tambahan keju serta cream lain untuk menghias cake itu hingga menyerupai bulan sabit dengan rasa kacang almond. Rhea yang sibuk memandangi cake buatannya dan mencicipinya kembali melirik jam di ponselnya dan bergegas membuatkan makan siang untuk suaminya. Mengingat waktu, Rhea hanya membuatkan nasi goreng seafood dan juga membuat jus melon untuk pria itu. Saat wanita itu tiba di kantor Rhea bisa melihat kembali bagaimana tatapan karyawan wanita yang menatapnya secara terang-terangan dengan sinis, bahkan saat ia sampai di depan ruang Arche ia bisa melihat bagaimana tatapan mencibir sang sekertaris itu. Rhea tidak menyapa atau pun meminta ijin pada sang sekertaris untuk memasuki ruangan suaminya, namun ia masih bisa mendengar desisan sang sekertaris yang membuatnya mengernyit. "Dasar wanita tidak tahu diri, lebih baik Nona Sherlley seribu kali yang menggantikan posisi Nyonya Zee," Abey, sang sekertaris mengucapkannya dengan nada sarkas, membuat Rhea yang baru saja memegang handle pintu dan akan menekannya terhenti, ia menatap Abey dengan tatapan yang tidak main-main membuat tubuh Abey kaku seketika. "Kupikir kau digaji di sini bukan untuk berkomentar kehidupan bosmu, jadi jaga sikapmu sebelum itu menjadi bumerang," Rhea berkata dengan nada dingin dan tatapan yang menghunus tajam. Ia membuka handle pintu itu dengan pelan, matanya beralih pada sofa di mana dua orang itu tengah tertawa dengan sesekali menyantap hidangan makan siang di depannya, hati Rhea mencelos seketika, rasanya jantungnya jatuh ke perut saat melihat bagaimana Arche tertawa lepas dengan hal yang menurutnya tidak terlalu lucu, ia tidak yakin bahwa dirinya sudah mencintai Arche, hanya saja saat ini perasaan itu berkembang dalam fase di mana ia merasa sesak saat Arche tersenyum untuk wanita lain dan tidak pernah sudi tersenyum atau menatap lembut ke arahnya seperti yang pria itu lakukan pada Sherlley. "Oh Rheana, kau datang pasti membawa makan siang untuk suamimu, kan? Tapi sayang sekali, dia sudah makan bersamaku, bagaimana ini?" Sherlley dengan nada suaranya yang dibuat-buat menatap remeh pada Rhea, tanpa sadar Rhea mencengkram totte bag berisi bekal itu, terlebih saat melihat bagaimana Arche yang mengacuhkannya dan tetap menyantap makan siang dari Sherlley itu. "Aku membuatkanmu nasi goreng, mungkin kau ingin memakan yang ini juga, atau kau bisa memakannya nanti saat menjelang sore Arche," Sekali lagi Rhea menekan harga dirinya yang sudah hancur di depan Arche dan Sherlley, namun Arche hanya menatapnya sekilas dan kembali melanjutkan makannya, membuat Rhea menghela napas panjang dan berjalan menuju pria itu, meletakkan nasi goreng miliknya di depan pria itu, setelahnya berbalik meninggalkan Arche dan Sherlley tanpa kata. Namun, bunyi nyaring benda yang terlempar ke lantai itu membuat Rhea membalikkan tubuhnya. Ia menatap tidak percaya pada Arche yang membuang bekal yang ia buat begitu saja di lantai, hingga isinya berhamburan. "Kau pikir aku mau memakan makanan sampah ini? Aku bahkan curiga kau memasukkan sesuatu untuk mencelakaiku, pergilah, aku muak melihat wajahmu." Rhea dengan tatapan terlukanya menatap Arche yang tidak terpengaruh sama sekali, wanita itu mengambil tempat makan yang isinya sudah berhamburan setengah, memasukkannya kembali pada totte bag dan pergi dari sana dengan hati yang lagi-lagi hancur. *** Rhea langsung melajukan mobilnya menuju sekolah Kern dan Keyla dengan perasaan sakit yang menggerogotinya, bagaimana Arche yang menghinanya di depan Sherlley, wanita yang jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaan padanya. Dengan langkah yang lesu Rhea keluar dari mobilnya, menuju kelas si kembar dan menantinya di sana karena ia memarkir mobilnya di seberang jalan. Rhea menyapa seadanya orang tua murid lain yang juga sedang menunggu anaknya. "Mommy," teriakan itu membuat Rhea langsung menatap Keyla dengan senyuman, ia melihat Keyla yang berlari dan langsung menghampirinya, sedangkan Kern dengan wajah dingin seperti biasanya berjalan di belakang Keyla, namun saat melihat Keyla yang bermanja-manja terlebih dahulu bersama Rhea, anak laki-laki itu lebih memilih berjalan di depan meninggalkan Keyla dengan kesal yang terlalu dekat dengan Rhea. "Ayo sayang. Lihat, Kern sudah meninggalkan kita," Rhea menggandeng tangan kecil Keyla dan berjalan menyusul Kern yang sudah berada di depan. "Kern, tunggu sayang kita menyebrang bersama-sama," Rhea berteriak saat Kern sudah mencapai bahu jalan, sepertinya anak laki-laki itu tidak mendengarkannya, membuat Rhea mempercepat langkahnya begitu juga Keyla yang bisa melihat raut khawatir Rhea. Rhea terus memanggil Kern untuk jangan menyebrang terlebih dahulu, matanya dengan awas mengawasi mobil yang sedang ramai berlalu lalang, ia merasa bodoh kenapa harus memarkirkan mobil di seberang jalan? Ini pasti karena pikirannya dipenuhi Arche yang membuatnya tidak fokus, tapi selain itu di bahu jalan depan sekolah Keyla dan Kern memang sudah penuh oleh mobil-mobil wali murid lain yang juga menjemput anak-anaknya. Dan mata Rhea membulat seketika melihat Kern yang dengan nekat menyeberang jalan sendirian, belum selesai dengan keterkejutannya, ia merasa jantungnya mencelos melihat sebuah mobil hitam yang melaju kencang ke arah Kern, membuat Rhea seketika melepas genggaman tangannya pada Keyla dan berlari untuk memeluk Kern. Kern membatu di tempatnya saat melihat ada sebuah mobil yang menuju ke arahnya dengan kencang, ia menyesal tidak menunggu Rhea dan Keyla, ia bahkan mengabaikan peringatan wanita yang sudah menjadi Mommy-nya itu, dan yang bisa dilakukan Kern hanya memejamkan matanya hingga ia merasa tubuhnya di tarik dengan keras dan ia tahu dirinya berada dalam dekapan seseorang, wangi parfum yang beberapa hari ini menemaninya, namun sekarang Kern bisa mencium dengan jelas wangi vanila itu, dalam pelukan itu Kern merasa sangat nyaman dan hangat. Kern tahu dirinya terjatuh. Namun, ia tidak merasakan sakit sama sekali, yang ia rasakan justru perasaan terlindungi, dan saat anak laki-laki itu menyadari dirinya terjatuh tanpa rasa sakit, seketika matanya membuka dan ia bisa melihat bagaimana dirinya yang jatuh dalam pelukan Mommy-nya, Kern bisa melihat bagaimana wajah shock dan juga takut Rhea saat memeluknya, bahkan Mommy-nya itu masih memejamkan mata, dengan ragu Kern berusaha membelai wajah Mommy yang selama ini ia benci kehadirannya, dan saat kulitnya bersentuhan dengan wajah halus Rhea, Kern bisa merasakan bagaimana rasa yang sudah lama hilang perlahan kembali, rasa dari seorang ibu yang menyayangi anaknya, membuat Kern memejamkan mata dan semakin erat memeluk Rhea, ia merasa nyaman, dan sudah lama sekali tidak merasakan pelukan seorang ibu. Rhea dengan kecepatan gilanya berusaha untuk meraih Kern sebelum mobil itu menabrak tubuh anaknya, dan saat ia berhasil meraih lengan Kern, dengan cepat ia memeluk tubuh anak itu dan berniat membawanya ke tepi, namun sialnya ia justru tersandung oleh heels-nya sendiri, membuat dirinya jatuh di aspal yang cukup keras itu, Rhea memejamkan matanya saat bahunya harus membentur aspal, setidaknya ini lebih baik karena dia tidak harus melihat mobil sialan itu menyakiti Kern. Rhea bisa merasakan tubuh Kern yang bergetar dalam pelukannya, wanita itu mengusap bahu Kern dengan gerakan menenangkan, dirinya sendiri juga masih begitu terkejut, hingga yang dilakukan wanita itu hanya tetap memeluk Kern dengan posisi jatuh dimana bahu dan tangan kirinya yang ia jadikan tumpuan, kedua tangannya masih memeluk Kern erat, memastikan anak itu baik-baik saja. "Mommy. Kern!!" teriakan keras Keyla membuat keduanya tersadar seketika, Rhea berusaha bangun dan melepaskan pelukannya pada Kern, ia menatap dengan cemas pada Kern yang masih menunduk. "Kern baik-baik saja, sayang?" Rhea berusaha meneliti setiap inchi tubuh Kern , takut-takut jika tubuh itu terluka, namun yang dilakukan Kern hanya menundukkan kepalanya, anak itu bahkan diam saja saat Rhea menangkup wajahnya dengan tatapan khawatir. "Mommy, Kern, kalian baik-baik saja?" Keyla datang menghampiri keduanya, membuat Rhea mengalihkan tatapannya pada Keyla yang sudah berada di sampingnya, dan Rhea menyadari jika beberapa orang berkerumun atas kejadian tadi. "Kami baik-baik saja, tidak apa-apa," Rhea berusaha memberitahukan keadaannya yang sudah mengundang perhatian umum, dan perlahan kerumunan masa itu membubarkan dirinya. "Mommy, Kern, aku takut sekali melihat ... kalian terluka," Keyla sudah akan menangis membuat Rhea seketika menangkup wajah anak wanita itu dengan satu tangannya, karena tangan yang lain masih ia gunakan untuk menggenggam tangan Kern, ia berjanji tidak akan membiarkan Kern berjalan seperti tadi. "Tidak apa-apa sayang, Kern dan Mommy baik-baik saja," Rhea tersenyum lembut, meyakinkan Keyla yang kini sudah menangis. "Benarkah? Kern juga baik-baik saja?" kini Keyla menatap Kern, membuat Kern mendongak karena sejak tadi ia menundukkan kepalanya, menyadari kebodohannya yang hampir saja membuat dirinya dan Mommy-nya celaka. "Ya, aku baik-baik saja," "Mommy, bajumu robek dan sikumu berdarah," Keyla yang pertama kali menyadari jika Rhea berdarah, membuat Kern menatap luka yang terbuka cukup lebar itu. Rhea tersenyum dan mengusap bahu Keyla lembut. "Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil, sebaiknya kita ke kafe Mommy dulu ya, sepertinya kalian membutuhkan es krim," Rhea mengusap puncak kepala Keyla dan Kern bergantian. "Mommy, tapi kau terluka," Keyla kini kembali menangis membuat Rhea mencubit gemas hidungnya. "Nanti Mommy akan mengobatinya di kafe, sebaiknya kita pergi sekarang ya," Keyla dan Kern hanya mengangguk, Rhea menggandeng kedua anaknya itu untuk menyebrangi jalan dan menuju mobil. "Bukankah Mommy sudah mengatakan untuk menunggu kita menyebrang? Kenapa kau melawannya? Lihat akibatnya!" Keyla menyalahkan Kern saat sudah di mobil dan yang dilakukan Kern hanya menunduk, Rhea yang mendengar itu mengusap pelan kepala Keyla, Keyla memang duduk di sisinya, di samping kemudi, sedangkan Kern lebih memilih di belakang. "Sst, jangan menyalahkan Kern sayang, ini menjadi pelajaran untukmu juga, jangan pernah mengacuhkan permintaan Mommy, Mommy hanya ingin yang terbaik untuk kalian dan ingin kalian baik-baik saja, mengerti?" Keyla mengangguk, namun masih menatap ke belakang dengan bibir yang mengerucut pada Kern seolah mengatakan –dengarkan ucapan Mommy dan jangan bertindak bodoh lagi.- *** Mereka tiba di kafe, sejak turun dari mobil Kern masih terdiam, namun anak laki-laki itu tidak menolak saat Rhea menggenggam tangannya dan berjalan bersama menuju kafe, dan dalam hati Rhea tersenyum setidaknya dengan kejadian ini Kern tidak menolak lagi saat ia sentuh. "Kalian duduk di sini dulu, oke? Mommy akan membawakan es krim vanila kesukaan Kern dan juga red velvet Keyla, apa ada tambahan lain Tuan dan Nona?" Rhea terkekeh dan mengacak gemas rambut Kern dan Keyla. "Aku ingin cake cokelat, Mommy," ujar Keyla dengan antusiasnya. "Bagaimana dengan Kern? Kau juga ingin cake seperti Keyla?" Tidak ada jawaban dari Kern membuat Rhea menghembuskan napasnya dan menatap Keyla meminta bantuan, Keyla yang mengerti tatapan itu langsung mencubit tangan Kern dan menatapnya gemas. "Mommy bertanya cake apa yang kau inginkan?" Keyla mengancam Kern dengan tatapan matanya, membuat Kern menatap Rhea dengan menggigit bibir bawahnya. "Aku ingin cake cokelat sama seperti Keyla," Rhea mengangguk dan tersenyum mengusap puncak kepala keduanya sekali lagi dan meninggalkan mereka. "Nyonya, tadi ada kiriman untukmu," Rhea yang baru saja akan memasuki pantry berhenti saat Emily menyerahkan sebuah kotak berwarna hitam padanya. "Baiklah, terima kasih, ahh ya Emily tolong siapkan es krim vanila dan red velvet serta cake cokelat untuk anakku, aku harus membersihkan ini dulu," Rhea menunjuk sikunya yang berdarah membuat Emily terkejut dan menatap cemas Rhea. "Apa yang terjadi, Nyonya?" "Tidak apa-apa, tolong jaga mereka sebentar ya, aku akan ke atas dan mengganti baju," Rhea menepuk-nepuk bahu Emily dan menuju lantai atas. Begitu tiba di kamarnya Rhea segera mengganti bajunya dan mengambil kotak P3K yang sangat jarang digunakan, ia mengambil kapas lalu meneteskan antiseptik pada kapas tersebut untuk membersihkan lukanya, lalu ia memberikan betadine dan menutupnya dengan plester. Rhea kembali melirik pada kiriman yang ia tidak tahu dari siapa, dengan rasa penasarannya ia membuka kotak itu. "WHAT THE HELL IS IT?!! Rhea berteriak membuang kotak itu begitu saja, kotak yang hanya berisi secarik kertas dengan tulisan dari darah yang membuatnya merinding seketika, dan ia yakin pesan tadi pagi juga bukanlah hal yang main-main. -Bagaimana dengan kejutanku untuk Kern, Rhea? Cukup membuatmu terkena serangan jantung kan?- To be continue... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD