Keadaan Tiara tidak baik-baik saja begitu Emanuel mengabulkan permintaan Rosemary yang semula dianggap Tiara sebagai wanita yang sedang ngambek. Tidak pernah terpikirkan Emanuel langsung mengabulkan permintaa Rosemary begitu saja.
Sehari setelah kepulangan Rosemary ke rumah yang selama ini dia tinggali, Stefan Maxim Grigori memanggilnya dan mulai menginterogasinya bertepatan dengan kepergian Lev bertemu dengan kliennya.
Tiara sudah mengetuk pintu dan oleh asistennya Maxim dia sudah disuruh masuk tetapi Maxim sama sekali tidak mengangkat wajahnya, Dia masik sibuk dengan layar laptopnya.
Setengah jam berlalu dan Maxim baru mengangkat wajahnya lalu menyuruhnya duduk melalui isyarat tangannya.
Tidak ada senyuman atau pun sikap ramah yang diperlihatkan oleh Maxim pada Tiara. Lelaki itu seperti pertama kali Tiara mengenalnya terlihat kejam dan tidak kenal yang namanya kompromi.
Cukup lama Maxim menilai Tiara sehingga dia mulai meresa tidak nyaman dan Tiara harus mengakui pendapat setiap orang yang pernah berhadapan langsung dengan Maxim, maka orang tersebut kehilangan ketenangan.
“Bagaimana reaksi Lev?”
“Reaksi? Maksud Anda setelah pertemuannya dengan Rosemary?”
“Bukan. Reaksinya setelah kau memutuskan untuk meninggalkan Lev dan menyuruhnya menikahi Rosemary.”
Tanpa sadar mulut Tiara terbuka dan matanya mendelit sesaat begitu dia mendengar ucapan Maxim. Mengapa Maxim berpikir dirinya langsung meninggalkan Lev, apakah dia tidak berhak bahagia dengan lelaki yang selama ini sudah menemaninya?
“Atau kau tidak memiliki empati terhadap anakmu sendiri? Sangat mengecewakan sekaligus memalukan bila seorang ibu sudah tidak peduli lagi pada anaknya. Atau…di dalam hatimu kau memang tidak pernah merasa menjadi seorang ibu?”
Ucapan Maxim semakin membuat Tiara tidak bisa berkata-kata. Apakah dia sebagai ibu tidak berhak untuk bahagia?
“Sayang sekali bukan seorang anak yang pintar dan mandiri harus mempunyai ibu seperti dirimu.”
Banyak kata dan kalimat yang terpaksa didengar Tiara dan tidak ada yang bisa dia jawab. Tiara seperti terdakwa yang duduk di atas kursi pesakitan. Dia kalah dan tidak berdaya.
Semua ucapan Maxim membuatnya seperti wanita yang tidak memiliki harga diri dan juga tidak pantas mendapat kehormatan apalagi menyebut dirinya sebagai seorang ibu.
“Semua yang harus aku katakan sudah kau dengar. Sekarang keputusan ada di tanganmu. Apakah kau memilih menjadi seorang ibu yang baik atau menjadi ibu dengan predikat yang tidak kau sukai. Sekarang pergilah dan pikirkan semua yang sudah aku katakan.”
Dengan rasa tidak berdaya, Tiara bangun dari duduknya tetapi belum lagi dia sempat membuka pintu, dari belakangnya dia mendengar ucapan Maxim yang sangat jelas.
“Sejujurnya aku lebih setuju Lev menikah dengan Rosemary. Mereka pasangan yang pantas dan tidak membuatku malu.”
Apakah belum cukup Maxim menghina dirinya? Tiara memang bersalah tetapi apakah harus dia semua yang menanggung rasa bersalah tersebut? Bagaimana dengan Lev? Bukankah lelaki itu juga yang lebih dulu memulainya?
“Terima kasih atas kejujuran Anda, Tuan. Aku memang bersalah tetapi perlu Tuan ketahui, bukan aku yang memulainya lebih dulu dan Tuan bisa bertanya pada putra Tuan kalau dia lah yang memulainya walaupun aku sudah berulang kali menolaknya.”
Tiara sudah tidak mampu lagi menahan diri. Kemana Lev dan mengapa Maxim memanggilnya tepat pada saat Lev sedang pergi keluar?
Tiara tidak peduli dirinya dikatakan pengecut pada saat dia lebih memilih meninggalkan ruangan Maxim tanpa mendengar bantahan dari Maxim atas ucapannya.
Di dalam ruang kerjanya, Tiara kembali memikirkan semua ucapan Maxim dan dia membutuhkan jawaban atas semua pertanyaan yang sejak Rosemary datang sudah ada di dalam hatinya. Tetapi siapa yang bisa menjawabnya sementara Rosemary lebih memilih pergi menghindarinya.
Sion Harismaya adalah jawabannya dan Tiara yakin mantan suaminya bisa memberikan dia penjelasan tentang kejadian yang membuat Rosemary bisa mengenal Lev sekaligus membuat Rosemary sangat membenci Lev.
Rosemary beruntung dirinya masih menyimpan nomor telepon Sion dan dia juga beruntung karena mantan suaminya itu tidak pernah mengganti nomor teleponnya sejak dia mengatakan kalau Rosemary akan menemuinya.
Sudah 5 kali Tiara berusaha menghubungi Sion tetapi belum juga mendapatkan sambungan sampai dia mulai putus asa. Tiara tidak tahu sudah berapa kali teleponnya berdering begitu saja sampai akhirnya dia mendengar suara lelaki yang parau dan Tiara langsung menduga kalau suara tersebut adalah milik Sion.
“Halo, Sion, apakah ini kau?”
Beberapa detik berlalu tanpa ada jawaban yang didengar Tiara sampai akhirnya dia mendengar tarikan nafas Sion yang terdengar berat.
“Benar. Aku terkejut karena akhirnya kau memutuskan meneleponku,” jawab Sion dari tempat yang jauh.
Tiara tidak tahu apa yang sedang dirasakan oleh Sion pada saat dia menghubunginya tetapi belum sempat Tiara bertanya tentang hubungan Rosemary dengan Lev, Sion sudah memulainya lebih dulu.
“Bagaimana keadaan Rosemary. Aku tahu dia meninggalkan Indonesia sebelum dia memaafkan aku. Tapi aku bersyukur karena dia masih menganggapku sebagai ayah pada saat dia memberi kabar kalau dia sudah melahirkan. Apakah keadaannya baik dan tidak ada masalah yang membuatnya menderita?”
Tiara tidak langsung menjawab. Dia sadar dirinya telah mendapat jalan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tetapi mengapa Sion harus mengatakan kalau kepergian Rosemary karena marah pada Sion.
“Keadaan Rosemary dan anaknya baik dan sehat. Tetapi aku tidak tahu kalau dia pergi karena marah padamu. Apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak pernah berhasil membuatnya bicara.”
Senyum tipis terlihat di bibir Sion dan Tiara tidak mengetahuinya. Siapa yang coba di bohongi Tiara pada saat dia mengatakan kalau dia tidak berhasil membuat Rosemary bicara? Bukankah Tiara yang terlalu sibuk bekerja?
“Rosemary marah karena aku setuju dengan tawaran dari pengacaranya Lev yang menginginkan pernikahan mereka terlaksana. Aku tahu tindakanku tidak sesuai dengan keinginannya dan yang aku lakukan hanya untuk kebaikannya.”
“Siapa yang menduga bahwa yang kulakukan justru membuatnya semakin menderita hingga dia terpaksa pergi meninggalkan Jakarta dan memilih tempat yang jauh dari keramaian,” jawab Sion.
Seandainya saja Sion melihat keadaan Tiara yang pucat dan berdiri seperti patung dengan tangan gemeran dan masih memegang ponsel dia pasti bertanya dan terus bertanya,
“Marry sudah menikah? Dan anak yang dia lahirkan berada di dalam perkawinan?”
Begitu pelan hingga Sion tidak bisa menangkap nada lain selain perhatian yang diberikan oleh seorang ibu pada anaknya.
“Benar. Walaupun aku sudah bersalah karena menikahkan mereka setidaknya anak Rosemary mempunyai seorang ayah yang jelas. Aku tahu siapa Rosemary dan dia adalah wanita yang mampu menjaga kehormatannya.”
Tidak ada jawaban dari Tiara dan Sion mulai bertanya kembali tentang Rosemary pada Tiara.
“Apakah kalian sudah bisa berhubungan baik? Lalu, pernahkah Rosemary bertemu dengan Lev?”
“Ada apa, kenapa kau bertanya seperti itu? Aku mendengar kau sangat khawatir kalau Marry bertemu dengan Lev,” tanya Tiara.
Dengan suara yang jauh dari kata tenang, Sion mulai bercerita tentang kejadian yang menimpa Rosemary dimulai dari awal kejadian yang menghancurkan kepercayaan Rosemary sampai Lev meninggalkan Rosemary setelah menghinanya.
Tubuh Tiara seolah tidak bertulang begitu Sion menyelesaikan ceritanya. Tiara tidak menduga bahwa Lev sudah membuat Rosemary pergi jauh dari negaranya.
“Tiara, selama ini Rosemary tidak pernah mendapatkan kasih sayang darimu sebagai seorang ibu. Aku minta kau berjanji, kalau kau tidak bisa menyayangi Rosemary sebagai anakmu, aku ingin kau menyayangi sebagai orang yang berasal dari negara yang sama denganmu,” ucap Sion.
“Apa maksudmu? Kau menuduhku tidak peduli pada Rosemary dan hanya peduli pada diriku saja?”
Tiara tidak terima dengan tuduhan yang diberikan oleh Sion walaupun semua yang baru saja diucapkan Sion lebih banyak benarnya daripada salahnya.
“Aku mengenalmu dan aku hanya berharap kau menyayangi dan selalu melindunginya. Maafkan aku karena harus menutup teleponnya.”
Tanpa menunggu jawaban dari Tiara, Sion menutup pembicaraan dan entah mengapa Sion mengira kalau Tiara memang tidak pernah peduli pada anak mereka.
Sion sudah menutup pembicaraan tetapi Tiara masih duduk mematung seolah tubuhnya dipaku hingga tidak bisa bergerak. Hanya gerakan mulut dan gerakan tangan yang berulang kali melakukan gerakan mengusap rambu secara berulang-ulang.
Apa yang harus dia lakukan? Setelah mendengar cerita Sion, masihkan dia bertahan di samping Lev? Apakah dia masih mempunyai harga diri dan muka apabila bertemu dengan Rosemary kembali?
Walaupun dia menyukai Lev tetapi dia yakin pada saat Lev mengetahui penyakitnya lelaki itu pasti akan berpaling darinya. Bukankah lebih baik kalau Lev mengingatnya sebagai wanita yang selalu berhasil membuatnya puas?