BAGIAN TIGA

1066 Words
            Sabtu pagi yang cerah, Alma sudah rapih dengan setelan golf  nya. Hari ini, Alma di ajak oleh Bima untuk bermain golf bersama dengan keluarga nya. Tante Famy, ibu Bima sangat suka bermain golf, maka dari itu beliau mengajak Alma, si calon menantu kesayangannya untuk bermain golf bersama, ya walaupun Alma juga tidak tahu cara bermain golf bagaimana.             Alma tampil cukup kasual, ia memakai baju polo berwarna pink pastel dengan rok putih se-paha serta sepatu yang berwarna senada dengan rok nya. Alma sudah siap sejak tiga puluh menit yang lalu, namun Bima belum juga datang untuk menjemputnya. Baru saja ingin menelepon pria itu, Bima sudah berada di depan rumah Alma. Buru-buru gadis itu turun, menemui Bima yang sudah menunggu di dalam mobilnya.             “Maaf ya, saya lama. Tadi mampir ke kantor dulu sebentar.” Ucap Bima yang hanya di balas dengan anggukan oleh Alma. Bima tampil cukup menawan, topi abu-abu, baju putih, celana berwarna yang sama dengan topi nya. Membuat Alma cukup terpesona selama beberapa detik, sebelum ia sadar bahwa Bima juga menatapnya.             “Saya tahu saya ganteng, tapi biasa aja natapnya, gak usah berlebihan.” Ucap Bima yang sukses membuat Alma melongo, bisa-bisa nya ia kepedean seperti itu, di hadapan Alma.             “Dih PD banget.” Balas Alma yang berusaha menutupi rasa malu nya, Bima hanya tertawa, tawa pertama yang ia tunjukan kepada Alma dengan bebas selama berpura-pura menjadi sepasang kekasih selama delapan bulan lama nya.             “Gila, delapan bulan kenal sama kamu, ini kali prtama kamu ketawa di depan aku loh mas, asli, keajaiban dunia.” Ucap Alma sembari menatap kagum Bima yang masih tertawa, matanya menyipit ketika tertawa, jadi ketampanannya semakin terlihat jelas. Alma bahkan bisa melihat lesung pipi pada pria itu yang selama ini tidak pernah ia tahu kalau lesung pipi itu ada.             “Nah gitu dong, ketawa kek mas, atau senyum aja minimal. Kan cakep.” Ucap Alma spontan, Bima sampai salah tingkah sendiri di buatnya.  Jadilah mereka berdua hanya diam sampai mereka tiba di lokasi mereka akan bermain golf.             Sesampainya di sana, Tante Famy sudah menunggu, bersama dengan Mba Eci yang merupakan asisten pribadi dari Tante Famy. Wanita paruh baya itu tampil dengan sangat segar, bahkan ia sama sekali tidak terlihat tua, tapi menurut Alma semua itu wajar, Tante Famy sangat enjoy dengan kehidupannya sendiri, ia hidup dengan harta nya yang menurut Alma tidak akan habis jika ia pakai sendiri hingga ia tutup usia.             Baru saja Alma hendak melangkah, tiba-tiba Bima menarik kunciran rambutnya hingga rambutnya kembali yang sudah di ikat rapih kini kembali tergerai. Alma hampir saja mengamuk jika saja sekarang mereka sedang tidak berada di area yang di mana ada keluarga Bima di sana.             “Mas! Kenapasih?” Tanya Alma dengan suara yang tentu saja ia pelankan.             “Gerai aja rambutnya.” Jawab Bima singkat.             “Ya biar apa?” Tanya Alma, nada nya cukup sarkas dan terdengar sangat kesal. Bima yang melihatnya justru menganggap bahwa Alma sangat lucu ketika sedang marah. Bima hanya tersenyum diam-diam sembari menunduk, takut-takut jika Alma melihatnya tersenyum.             “Dih ngeselin.” Desis Alma sembari berjalan mendahului Bima yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara itu Alma meghampiri tante Famy, perempuan yang langsung menyambut Alma dengan senyum hangat. Semenjak di kenalkan dengan tante Famy beberapa bulan yang lalu, kini Alma menjadi favorite dari wanita paruh baya tersebut. Bukan hanya karena Alma adalah kekasih dari putra sematawayang nya melainkan karena sifat Alma yang baik dan juga selalu nyambung jika di ajak mengobrol oleh tante Famy.             “Jahil ya mas mu.” Ucap Tante Famy yang saat ini sedang memperhatikan Alma, rambut gadis itu masih sedikit acak-acakan, akibat ulah anak nya sendiri.             “Iya nih bu, mas Bima aneh ih, jahil banget.” Ucap Alma yang memang sekarang sedang kesal, Bima kemudian berdiri di sebelahnya, menarik Alma ke dalam rangkulannya sembari sesekali mengacak rambut gadis itu.             “Maaf ya sayang.” Ucap Bima sembari menatap mata Alma. mata mereka saling beradu, Alma jadi salah tingkah sendiri ketika setiap kali Bima melakukan itu kepadanya, Alma tahu dan Alma sadar bahwa mereka berdua sedang ber-akting, namun tatapan Bima selalu menghipnotisnya.             “Ekhmm… malah tatap-tatapan depan ibu.” Tante Famy malah meledek kedua sejoli yang sedang saling bertatapan itu. buru-buru, Alma dan Bima buru-buru saling melepas pandangan mereka satu sama lain, kemudian Bima jadi salah tingkah sendiri, ia mengambil tongkat golf nya kemudian mengajak ibu nya untuk bermain.             “Main yuk bu.” *****             Setelah beberapa  saat mereka bermain, mereka berdua langsung pulang, sebenarnya mereka akan ke mall dulu untuk menemani Bima membeli setelan kerja baru nya. Namun tiba-tiba Bima langsung mengantar Alma pulang karena menurut Bima hari baju yang Alma pakai terlalu seksi jika harus di pakai ke mall.             “Apaansih ya allah mas, lebay banget. ini tuh biasa aja, gak seksi, ya wajar sih kan abis main golf, kalau abis       qosidahan trus pake baju kayak gini mah ya gak wajar. Kenapasih kamu tuh?” Alma mengeluh ketika Bima sejak tadi mempermasalahkan setelan yang ia kenakan saat ini, rasanya cukup menyebalkan setiap kali ia bertanya namun Bima hanya diam dan enggan untuk menjawab.             “Alma Anindya, ada tiga alasan bagi saya mengapa kamu harus saya antar pulang dulu. Yang pertama. Baju yang kamu kenakan sekarang terlalu terbuka, maaf kalau saya kasar. Rok kamu terlalu mini, bahkan ketika kamu duduk sekarang, jika saya tidak menjaga pandangan mata saya, saya sudah bisa lihat apa yang tidak boleh saya lihat. Yang kedua, baju kamu, baju kamu bahkan terlalu sempit bukan? Kancing di dadanya tidak bisa di kaitkan, salah kamu kenapa pakai baju yang kekecilan. Dan yang ketiga, saya risih kalau kamu nantinya di pandang aneh oleh orang-orang.” Ucap Bima, yang akhirnya bersuara. Alma ingin marah namun saat ini ia juga sedang merasa malu. Buru-buru Alma menutupi bagian paha nya dengan tas miliknya yang tadi ia bawa, bagaimana mungkin ia terlambat menyadari bahwa rok yang saat ini ia kenakan terlalu pendek dan bahkan bisa membuatnya menjadi tontonan para lelaki hidung belang di luaran sana.             “Yaudah kalau gitu Mas gak usah lirik-lirik. Awas aja kalau sampai ngelirik, beneran ya aku bakal marah banget.” Ancam Alma, sementara itu Bima hanya bisa tertawa, menurutnya Alma selalu lucu ketika marah. “Al…” Panggil Bima di tengah keheningan mereka setelah mendengar marah-marahnya Alma. “Kenapa lagi?” Alma sedikit sewot, hari ini ia sudah mendapat berapa kali kritikan dari pria yang duduk di sebelahnya itu. “Menikah dengan saya Al.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD