"Mengajak Menikah"

995 Words
Steven memasukan tangannya ke dalam saku celana. Melihat ayah dan anak yang duduk bersama di halaman belakang yang ditempatkan oleh beberapa pelayan untuk menikmati makan siang mereka. Steven menatap tajam pelayan yang di sana melihat kepadanya dan menyuruh mereka untuk pergi melalui tatapannya. Para pelayan itu yang mengerti langsung beranjak pergi dan tidak mau berurusan dengan Tuan Muda yang seringkali berlaku kasar dan tidak segan untuk memecat mereka. Kalau mereka memiliki satu kesalahan saja. Steven terfokus pada ayah dan anak itu. Yang kini hanya tinggal mereka saja. Steven semakin melangkah mendekat pada mereka berdua. “EHEM!” Steven berdehem keras menarik perhatian dua orang itu. Lelaki paruh baya itu segera bangun dan menarik tangan anaknya. Dengan cepat menyuruh anaknya untuk menunduk dan menyapa lelaki di depannya. “Selamat siang Tuan Muda.” Gressa terkejut lalu melihat pada lelaki yang begitu tampan dan gagah di depannya. Jadi… ini anaknya Nyonya Joana yang sering diceritakan oleh para pelayan di sini. Mereka semua selalu membicarakan bagaimana tampannya anak Nyonya Joana. Namun disayangkan sekali, lelaki itu sudah menikah tiga kali lalu bercerai dalam waktu singkat. Tidak pernah bertahan lama pernikahannya dengan mantan-mantan istrinya. Ahh! Gressa baru ingat. Skandal yang baru-baru ini menyeret nama Tuan Muda di depannya. Kalau Tuan Mudanya gay? Apakah benar. Ada juga yang mengatakan kalau Tuan Mudanya tidak bisa itunya berdiri. Ehem… impoten. “Kalian bisa melanjutkan makan malam kalian. Saya hanya mau berbicara sedikit pada kalian.” Ucap Steven, lalu menepuk tangannya beberapa kali menyuruh orang-orangnyab membawakan kursi untuknya. Ia tidak yakin kalau tempat duduk yang tersedia di sini bisa untuk diduduki. Steven duduk dan matanya melihat secara terang-terangan pada gadis cantik yang sedang menyuap makanan yang begitu sederhana ke dalam mulutnya. Hem. Memang makanan orang susah! “Ja-di apa yang mau anda bicarakan Tuan?” tanya ayah Gressa menelan saliva kasar penuh ketakutan. Apa yang akan dibicarakan oleh lelaki di depannya ini padanya dan juga anaknya— mungkin. “Kau tidak sabar sekali mau mendengar apa yang aku katakan ternyata. Baiklah! Aku tidak terlalu suka dengan basa-basi. Apalagi dengan kalian yang tidak terlalu penting tentunya.” Sinis Steven. “Aku hanya mau meminta putrimu ini menikah denganku! Lalu memberikanku anak dan memperbaiki nama baikku dan keluarga tentang skandal omong kosong yang tersebar luas di luar sana. Bagaimana? Tentu saja kalian menerima bukan? Siapa yang mau menolakku?” tanya Steven menyombongkan dirinya. Gressa dan ayahnya terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Muda mereka. Gressa sampai mengusap telinganya beberapa kali. Takut dia salah mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki ini padanya. Mungkin dia memang salah mendengar. Apa yang dikatakan oleh lelaki itu memang tidak seperti apa yang— “Kau! Namamu siapa?! Essa? Kau menikah dengan saya!” Steven menunjuk Gressa yang mematung dan setelahnya ia menggeleng. “M-maaf. Saya tidak mau Tuan Muda. Nama saya Gressa bukamm Essa. Saya tidak mau menikah dengan anda. Saya tidak mau berurusan dengan keluarga kaya raya seperti anda. Saya sudah—” Steven memotong dengan tertawa kencang dan matanya menatap tajam wanita di depannya yang sudah berani sekali menolak Steven. Steven mengeluarkan sebuah pistol dibalik punggungnya. Lalu memainkan dihadapan Gressa dan ayah wanita itu. Keduanya tampak takut dengan pistol yang ada di tangan Steven. “Berani menolak hmm? Memangnya kau siapa berani menolak ajakanku untuk menikah denganmu hah?!” Tanya Steven mengusap pipi Gressa dengan muncung pistolnya. Ayah Gressa menggeleng, khawatir dan takut melihat benda berbahaya itu berada di pipi putrinya. “Tuan… saya mohon… jangan sakiti anak saya. Anda bisa mencari wanita lain untuk anda nikahi. Tapi jangan anak saya.” Mohon ayah Gressa sudah menangis, mencoba memegang tangan Steven. Namun dengan cepat Steven menyentak tangan lelaki tua itu. “Jangan pernah beraninya kau menyentuhku! Saya bisa menembak kepalamu sekarang! Kalau kau menyentuhku!” Steven segera mengarahkan pistol tersebut ke kepala ayah Gressa. Membuat Gressa takut terjadi sesuatu pada ayahnya. “Tuan Muda… jangan apa-apakan ayah saya. Saya mohon.” Gressa menangis dan memegang tangan Steven. Steven kembali melihat pada Gressa yang menangis. Lelaki itu mengusap air mata di pipi Gressa begitu lembut. Tidak mau melihat wanita cantik ini menangis. “Kau mau ayahmu selamat sayang?” tanya Steven lembut. Gressa mengangguk dan menatap ayahnya yang tampak ketakutan dengan pistol yang ada di keningnya sekarang. “Kau harus menerima pernikahan ini Gressa. Menjadi istriku dan memberikanku anak. Atau kau mau—” Steven semakin mengancam dengan menekan pelatuk- “JANGAN! Hiks! Jangan lakukan itu Tuan Muda. Saya mohon… hanya Ayah yang saya punya.” Gressa menangkup tangannya di depan. Menatap lelaki itu penuh permohonan dan menggeleng ketakutan melihat Steven menarik pelatuk pistol. “Terima pernikahan ini sayang dan ayahmu tidak jadi mati. Tapi kalau kau menolak… hem… aku tidak menjamin ayahmu akan hidup dan kau masih bisa melihatnya.” Steven menatap Gressa yang tampak berpikir dan sekali-kali mata teduh wanita itu melihat pada lelaki tua yang berpakaian kumuh dan keringat ketakutan sudah keluar dari pelipis lelaki tua itu sedari tadi. Takut Steven sungguh menembaknya. “Gressa! Jangan terlalu lama berpikir. Saya termasuk orang yang tidak suka dengan berpikir lama. Iya atau tidak. Maka nyawa ayahmu tergantung dengan jawabanmu itu sayang.” Gressa menelan salivanya kasar dan menarik napas perlahan lalu melepaskannya perlahan. Gressa bisa melihat ayahnya menggeleng. Namun Gressa sudah memutuskan, untuk- “Aku menerimanya. Aku mau menikah denganmu!” Sudah menjadi keputusan Gressa menikah dengan Tuan Muda yang terlibat skandal yang menjelekkan nama baiknya di luar sana. Steven tersenyum senang menjauhkan pistol tersebut dan kening lelaki tua yang dipanggil ayah oleh Gressa— calon istrinya yang cantik ini. “Keputusan yang sangat tepat sekali sayang. Kau memilih hal yang memang harus kau pilih. Kau tidak akan menyesal menikah denganku. Asalkan— kau patuh dan tidak membangkang Gressa!” Steven mencengkram rahang Gressa kuat. Gressa meringis kesakitan dan mengangguk pelan. “B-baik Tuan. Saya akan patuh.” Kata Gressa. Tanpa sadar kehidupannya tidak seperti yang sebelumnya lagi. Gressa harus menghadapi setengah iblis dan setengah manusia di kehidupannya ke depan. Menerima pernikahan ini adalah awal kehancuran hidup Gressa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD