"Paksaan Bersandiwara"

1040 Words
“Aku sudah mendapatkan calon menantu untukmu!” ucap Steven pada ibunya yang sedang menyendok makanan ke dalam mulutnya. Gerakan tangan wanita paruh baya itu terhenti. Matanya menatap pada putranya lalu mengangkat sebelah alis. Cepat sekali! Ya! Padahal baru tadi pagi mereka berdebat tentang skandal yang terjadi di luar sana yang menjelekkan nama mereka. Lalu sekarang? putranya sudah menemukan wanita yang akan dinikahi olehnya. “Siapa dia?” Tanya Joana langsung menyuap makanan ke dalam mulutnya. “Anak tukang kebun di rumah ini.” Jawab Steven santai dan memakan makanannya. Kening Joana mengerut. “Maksudmu— pelayan baru yang tampak polos itu?” tanya Joana. Steven mengangguk. “Yeah! Memangnya ada salah. Bukankah kita harus mencari yang seperti itu? Aku sudah mendapatkannya dan dia mau untuk menikah. Bersikap baik dan tidak melawan. Dia hanya gadis lemah yang begitu menyayangi ayahnya yang miskin itu.” Gelak Steven mengejek, mengingat bagaimana Gressa yang begitu takut melihat muncung pistol di kening ayahnya dan akan menembak kepala ayahnya. “Kau yakin? Bisa saja dia hanya pura-pura polos dan nanti dia akan membuat ulah sama seperti wanita lain yang menyebarkan rumor sampah dan semakin membuat nama baik keluarga kita menjadi rusak!” Steven tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya ini. “Mama tenang saja. Kali ini wanita yang aku pilih menjadi istri tentu saja sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mama tidak mau melihat dia duku?” tanya Steven. Mata lelaki itu melihat pada Gressa yang membawa makanan dengan menunduk. Ia menggigit bibirnya melihat belahan d**a Gressa yang begitu menggoda. “Gressa! Duduk!” Perintah Steven. Kening Gressa mengerut lalu dia menatap pada orang tua Steven yang menatap sinis padanya. Ia menggeleng, tidak mau duduk di sana. Untuk apa dia duduk disaat keluarga Roberto sedang menikmati makan malam mereka. “Kau tidak mendengar apa yang dikatakan oleh putraku?! Kau duduk dan bicarakan tentang pernikahan!” Kali ini Joana yang bersuara tidak mau dibantah oleh Gressa. Gressa ketakutan dan perlahan duduk di samping Steven. Tubuh Gressa tersentak ketika tangan lelaki itu mengusap pahanya lembut dan mata Steven masih melihat ke depan tidak melihat pada Gressa yang tubuhnya sudah menegang. “Jadi, kau yang dipilih oleh Steven untuk menikah dengannya? Berapa yang kau inginkan?” Joana bertanya meletakan sendok di atas piring. Mata tajam wanita paruh baya tersebut mengintimidasi Gressa yang sudah berkeringat takut. “Kau bisu? Kau menikahi wanita bisu Steven?” Joana melihat putranya sinis. “Mana mungkin Steven mau menikahi wanita bisu. Ma! Steven masih mau mendengar suara desahan Gressa saat Steven melakukan itu dengannya. Bukankah begitu sayang?” Steven meremas paha Gressa. Gressa mengangguk kaku. Tubuhnya meremang mencoba untuk menyingkirkan tangan Steven dari pahanya. Namun lelaki itu masih meremas paha Gressa. Gressa masih berusaha untuk menyingkirkan tangan Steven. “Gressa!” Panggil Joana datar. Gressa langsung menegapkan tubuh dan menatap takut pada nyonya besar yang begitu menakutkan sekali. Gressa kembali menepis tangan Steven yang masih saja bermain dengan pahanya. “I-ya Nyonya.” Gressa menunduk dan berucap begitu gugup. Joana menyeringai melihat Gresaa yang tampak takut padanya. “Kau sungguh mau menikah dengan anak saya?” tanya Joana tidak mengalihkan pandangan matanya dari wajah cantik Gressa. Gressa mengangguk kaku. Kalau dia menjawab tidak mau menikah dengan Steven— tetapi tangan lelaki itu sudah meremas pahanya kuat. Gressa tidak bisa menyuarakan pendapatnya tentang pernikahan yang dilakukan secara paksa ini. “Jawab! Bukan hanya mengangguk. Saya tidak mau kau hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaan saya.” Tuntut Joana tidak suka dengan orang yang hanya mengangguk, menggeleng, dan diam tanpa bicara. “Iya saya mau menikah dengan Tuan Muda!” Sekali tarikan napas Gressa menjawab dengan cepat sambil memejamkan matanya. “Kau diancam mau menikah dengan anak saya?” “Ma! Sudahlah. Mama seharusnya menerima saja Gressa menjadi calon menantu Mama. Bukan malah Mama mengintimidasi Gressa seperti ini. Tidak baik Ma. Steven sudah memutuskan untuk menikah dengan Gressa dua bulan lagi.” Aku tidak mau! Jerit hati Gressa menggeleng dan tidak bisa membayangkan dirinya akan menikah dengan Steven dua bulan lagi. Menjadi istri dari Tuan Muda yang sudah menikah tiga kali lalu setelahnya bercerai dan sekarang terlibat skandal kalau Tuan Muda adalah gay dan impoten. No! Gressa ingin menolak. “Baiklah. Tapi Mama mau, kau!” Joan menunjuk Gressa dan tatapannya tidak berubah lembut dan semakin tajam pada wanita tersebut. “Jangan pernah seperti wanita-wanita yang pernah menikah dengan Steven. Jadilah istri yang baik dan patuh pada Steven. Lalu mulutmu itu, jangan lancangnya berbicara yang tidak-tidak tentang keluarga kami apalagi tentang anak saya. Saya tidak akan segan-segan untuk melakukan sesuatu padamu dan juga ayahmu itu.” Ibu dan anak sama saja! Pekik Gressa di dalam hati mendengar ancaman dari calon ibu mertuanya itu. Ya. Bisa dibilang kalau wanita arogan dan sombong di depannya adalah calon ibu mertuanya sekarang bukan? Ia sebentar lagi akan menikah dengan Steven— Tuan Muda yang menjebaknya untuk melakoni pernikahan yang memperbaiki nama baik mereka semuanya. Steven tergelak mendengar ucapan ibunya barusan. “Ma! Jangan mengancam calon menantumu ini. kasihan sekali dia. Lihat, dia tampak takut dan tangannya gemetar. Sayang, sudah jangan takut. Mama hanya bercanda saja cantik— tapi kalau kau berani macam-macam kau tahu apa yang terjadi sayang.” Bisik Steven diangguki kaku oleh Gressa. Gressa tidak mengeluarkan suara sama sekali. Matanya menatap kosong ke bawah. Ia tidak mau menikah dengan cara seperti ini. Dulu Gressa punya mimpi. Ia dipinang dengan cara yang penuh cinta oleh lelaki dan ia juga mencintai lelaki tersebut. Namun mimpinya memang tidak sesuai kenyataan yang dihadapi olehnya sekarang. “Gressa, kau tahu masalah yang dihadapi oleh keluarga kami bukan. Kau sebagai calon menantu kami. Cobalah untuk bicara dengan media, mengatakan kalau kau dan Steven saling mencintai dan menikah karena cinta. Membantah apa yang dikatakan di luar sana.” Permintaan Johan barusan ditertawai lirih oleh Gressa di dalam hatinya. Ini belum menikah, tapi Gressa sudah harus berbicara untuk publik tentang hubungannya dengan Steven. Hubungan yang dipaksakan sepihak oleh Steven. “Tta-pi saya dan Tuan Muda belum menikah. Bagaimana bisa untuk-“ “Kau akan segera menikah dengannya! Jangan membantah Gressa! Tugasmu menjadi calon menantu kami, untuk memperbaiki nama baik kami. Dan seperti apa yang dikatakan oleh istri saya… JANGAN MEMBANTAH!” Penekanan itu diangguki oleh Gressa tanpa berani melihat pada Tuan Besar yang berucap barusan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD