Rania melenguh panjang saat Wijaya mencabut miliknya dari lubang kenikmatan Rania, setelah bergelut cukup lama dan sama-sama mencapai puncak, keduanya pun terbaring lelah diatas tempat tidur.
Wijaya menggeser tubuhnya, menarik Rania untuk berbaring di lengannya. Mengusap rambut yang menutupi wajah Rania, lantas menyelimuti tubuh mereka bersama.
"Kau tidak mandi?" tanya Rania sambil merapatkan selimutnya merasa dingin.
"Sebentar lagi."
"Honey, boleh aku bertanya?" Rania menatap Wijaya yang sedang menutupi wajahnya dengan tangan.
"Iya."
"Kenapa kau mau berhubungan denganku? aku pikir Nyonya sudah sangat cantik untuk membuatmu puas."
"Cantik belum tentu bisa memuaskan. Aku beri tahu satu hal, rahasia ini hanya kau yang tahu."
"Apa?" menatap serius pada Wijaya yang kini sudah menjauhka
