“Aku dengar kamu kan bermasalah di Swalayan itu dan kamu mundur, memang kamu bekerja di mana sekarang?” tanya Agung.
“Aku nyanyi di angkringan BAYAR DHEWE-DHEWE milik mas Zuhdi yang fenomenal itu loh yang lagi viral itu loh, aku kerja di sana,” jelas Falisha.
“Setiap malam kamu menyanyi?”
“Enggak Kak, aku ngamen cuma malam Selasa dan malam Kamis kalau hari kerja. Tapi kalau malam Sabtu dan malam Minggu itu pas di hari libur, jadi hanya dua hari ssaja di hari kerja.”
Agung mencatat hari kerja Falisha, dia ingin datang ke sana memperhatikan gadis yang dia sukai itu menyanyi.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Kemarin saat bicara dengan Banyu, Nadia memang memutuskan dia tidak mau putus dengan Banyu. Nadia akan menerima Banyu menjalani satu tahun penjsajakhan.
Akhirnya Banyu dan Nadia sepakat bila sebelum satu tahun mereka bisa mengambil keputusan mereka akan mempercepat keputusan itu. Tapi maksimal satu tahun lah waktu yang mereka putuskan untuk menjsajaki hubungan mereka.
Banyu dan Nadia tidak menutup kemungkinan bila misal dalam waktu tiga bulan kedepan mereka sepakat menikah atau sepakat putus. Tapi setidaknya mereka sudah sepakat tidak akan putus saat ini. Mereka akan terus menjalani penjsajakan untuk mendalami sifat dasar masing-masing.
Sekarang Nadia bingung sendiri karena mamanya bilang bulan depan dia harus menikah. Padahal dia sudah mengatakan seperti itu pada Banyu.
Sungguh Nadia sangat bingung. Tak pernah terpikir untuk Nadia kembali dengan Damar selama Damar belum sendiri. Jadi Nadia memang hanya fokus pada Banyu saat ini. Dia sungguh bingung kalau harus tiba-tiba dinikahkan.
Banyu nggak mungkin kan disajak kawin lari bila dia dijodohkan dengan orang lain. Itu lebih tidak masuk akal dalam pikiran lelaki tersebut orang untuk menikah resmi saja yang jelas jalan resmi Banyu tidak mau apalagi suatu hal yang tak mungkin seperti kawin lari.
Ngapain kawin lari kalau mereka bisa yang resmi dengan jalan mulus itu pikiran Nadia. Jadi dia lebih berpikir bagaimana menghindari agar tidak dipaksa menikah oleh mamanya.
Mau kabur, kabur ke mana?
Persiapan kabur tidk gampang, nanti di pengasingan itu bagaimana hidupnya?
Sebagai perempuan tentu riskan thidup di pengasingan bila tak punya cadangan devisa di ATM untuk hidup minimal satu tahun.
Jangan main kabur saja. Itu pemikiran bodoh. Cuma lepas dari persoalan satu, tapi nanti malah masuk ke jurang persoalan berikutnya. Untuk makan, untuk tempat tinggal, dan untuk keamanan bagaimana?
Kalau nanti dia malah masuk ke kehidupan hitam bagaimana? Itu harus dipikir matang sebelum kabur. Jadi kabur hanya menyelesaikan satu masalah tapi tidak masalah berikutnya.
Nadia berpikir itu tak boleh terjadi, karena dia kalau mau kabur tetap harus sudah punya pegangan entah pegangan tempat tinggal, pekerjaan dan segala macamnya. Itu pikiran panjang Nadia, dia tak mau berpikir pendek asal kabur saja. Tidak, tidak seperti itu pemikiran pendek Nadia. Semua harus dipikir masak-masak.
Nadia juga tidak mau melibatkan siapa pun untuk rencana kabur, karena pasti akan bocor.
Bicara pada saudara juga pasti sampai ke mamanya, tidak ada orang yang bisa kita percayai 100%, jadi lebih baik dipendam sendiri apa yang akan dia kerjakan.
Nadia juga tidak akan mungkin cerita pada Damar, bisa saja Damar mengajak dirinya kawin lari. Tapi itu akan menjadi masalah baru. Dia makin akan dilecehkan oleh mertuanya yaitu mamanya Damar.
Pasti mamanya Damar akan membenarkan apa tuduhannya selama ini bahwa Nadia lah yang mengajak Damar berbuat buruk, tidak mematuhi Kalau dia kabur fdengan Damar akan lebih buruk buat Nadia. Nadia tidak mau dirinya tambah buruk namanya di depan mata mama Damar.
Padahal selama ini mamanya Damar sangat baik padanya ketika dulu dia masih berhubungan dengan Damar. Tapi sekarang tentu sudah beda karena dia bukan calon menantunya lagi. Nadia harus tahu diri soal itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Sudah 2 bulan kita menikah Kok belum jadi juga ya?” ucap seorang lelaki, dia baru saja menunaikan kewajiban suami istri dengan kekasih hati legalnya.
“Sabar Mas. Mungkin karena kita kan ketemunya jarang. Kita masih pisah rumah, masih ngumpet-ngumpet seperti ini. Pasti nggak seperti orang yang menikah resmi pada umumnya lah. Tapi setidaknya jalan yang kita ambil bukan jalan yang salah. Kita tidak zina.”
“Dan nanti akan terbukti kita menikah bukan karena aku hamil duluan. Buktinya sudah dua bulan dari kita tanda tangan surat nikah di KUA aku belum hamil. Itu artinya memang kita menikah bukan karena faktor adanya bayi dalam peruku. Itu bisa menjadi bukti.”
“Jadi sabarlah,” sang istri membujuk suaminya, karena pernikahan sembunyi-sembunyi mereka memang misi rahasia.
Tapi hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk memperjuangkan cinta mereka. Mereka tidak mau berpisah, mereka tidak mau dipisahkan oleh tangan-tangan kekuatan yang disebut sebagai orang tua dengan alasan untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Para orang tua menjodohkan anak-anak dengan orang yang mereka pikir akan membuat anaknya bahagia. Orang tua yang berpikir tentang harta, tidak memikirkan soal hati, tidak membicarakan kebahagiaan hati anak-anaknya.
Itu yang membuat pasangan ini menyatukan hati dengan diam-diam. Hanya mereka dan beberapa teman yang tahu semua yang bisa tutup mulut. Mereka tidak berani melakukan hal yang tidak direstui oleh agama. Dan saksi utama adalah pemilik rumah kontrakan mereka. Agar mereka aman tinggal di sana. Pemilik rumah menjadi saksi menikah pasangan gigih ini di KUA.
“Bagaimana bila kehamilan ini belum terjadi dan kamu harus segera menikah?” tanya sang suami pesimis.
“Kalau itu harus terjadi ya kita maju berdua buka fakta dengan buku nikah kita. Itu saja sih.”
“Atau kalau itu harus terjadi aku pura-pura hamil walau baru satu bulan aku bisa beli test pack dan suruh orang hamil untuk mengetesnya dan bikin surat keterangan kehamilan palsu daripada aku harus menikah dengan orang lain,” jawab perempuan itu. Dia sadar suaminya sejak awal selalu takut melangkah karena kalah power dalam hal finansial dengan calon yang orang tuanya pilihkan.
“Dan kita berikan juga bukti buku nikah kita. Beres kan? Soal kehamilan seterusnya bilang saja keguguran. Yang penting izin untuk kita berdua sudah terlaksana kan?” si perempuan dengan tegas selalu optimis, dia tak mau dipisahkan dengan suaminya.
Suami mendekap istrinya, dia sungguh bersyukur mempunyai cinta sebesar itu. Dia sungguh tak bisa membayangkan bila mereka berpisah.
Sebagai pemuda masa kini mereka juga sudah tak percaya masih saja ada pengaturan perjodohan seperti yang orang tua istrinya lakukan.