“Aw aw aw aw aw aw! Pelan-pelan dong, Bang! Sakit, nih!”
Jovanka meringis dan berjengit ketika cutton bud yang sebelumnya di tetesi obat merah, menyentuh bibir bawahnya.
“Makanya jangan pecicilan. Kualat, kan.” Johannes menahan dagu Jovanka dengan tangannya, lalu dengan pelan membersihkan darah yang merembes dari bibir adik kembarnya itu.
Jovanka merengut mendengar ucapan sang kakak. Adegan accidental kiss yang terlihat romantis dan membuat jantung berdebar di sinetron, ternyata kenyataannya tidak seindah itu. Gaya gravitasi dan benturan keras saat jatuh, tentu saja akan membuat ciuman itu menjadi brutal dan menyakitkan.
Giginya dan gigi Aziel beradu saat Jovanka menindih tubuhnya, otomatis merobek bibir bagian dalam yang tergigit akibat benturan tersebut.
“Habis ini lu minta maaf sama Aziel. Salah lo yang nindih dia. Apalagi gue liat bibir dia lukanya lebih parah daripada lo,” ucap Johannes sambil membereskan kotak P3K. Darah di bibir adiknya sudah mengering, tinggal menunggu lukanya menutup beberapa hari lagi.
“Dih! Seharusnya dia yang minta maaf! Dia yang pertama buat gue jatoh! Kenapa jadi gue yang salah!?” amuk Jovanka tidak terima. Saat tragedi menyebalkan itu, Jovanka masih syok dan fokus pada ciuman kecelakaan itu. Barulah saat dirinya diseret oleh Johannes ke UKS dan menjadi lebih tenang, Jovanka menyadari bahwa kakinya sempat menendang sesuatu secara tidak sengaja sebelum ia jatuh.
“Tapi lo gak apa-apa—“
“Bibir gue berdarah! Gak apa-apa gundulmu—“
Jtuk!
“Aw!”
Johannes menatap sang adik gemas. Jovanka mengusap dahinya yang disentil, merasa cenat-cenut akibat sentilan Johannes yang cukup keras.
“Cuma bibir. Dia? udah bibir luka, p****t sakit, d**a juga sakit karena lo pukulin, perutnya mules karena lo dudukin dia waktu lo gebukin.”
“Cih! Salah sendiri, siapa suruh ngerjain gue.”
Johannes hanya bisa menghelas napas pasrah melihat sang adik yang keras kepala dan tidak mau mengalah itu.
***
“Pfft!”
Suara tawa tertahan lolos dari celah bibir yang ditutup dengan tangan.
“Itu ... erm ... pfft! Apa ada yang bisa saya bantu?”
“Diam atau saya lembar kamu dengan ini!”
Harris yang sejak tadi bersusah payah untuk menahan tawanya, seketika menutup mulut rapat-rapat. Asbak dengan hiasan berbentuk koral yang teracung di tangan bosnya, terlihat sangat menyeramkan dan menyakitkan jika benda itu benar-benar melayang dan mengenai kepalanya.
Brak!
“Ck! Semuanya gara-gara cewek gila itu!”
Aziel mencengkeram asbak sampai buku jarinya memutih dan menggebraknya ke atas meja dengan keras. Ia tidak bisa menahan emosinya. Apalagi dengan Harris yang dengan puas menertawakannya ketika ia menceritakan kenapa bibirnya bisa berdarah, mood Aziel seketika anjlok dan bawaannya ingin marah terus.
Benar apa yang Johannes katakan pada Jovanka. Seluruh tubuh Aziel sakit akibat peristiwa itu. Apalagi Aziel yang berada di posisi bawah, menjadikan bibirnya terluka lebih parah. Sudah ciuman dengan cewek reog dan ugal-ugalan, ditambah hasilnya malah lebih brutal.
Tadinya Aziel mau sikat gigi karena merasa jijik berciuman dengan cewek itu. Namun, apa daya, bibirnya yang terluka terasa sangat perih ketika bersentuhan dengan pasta gigi.
Jadinya ia hanya bisa kumur-kumur dengan air hangat saja.
“Awas saja! Tunggu pembalasa gue nanti!” desis Aziel sambil menatap ke luar jendela di kantornya. Harris yang berdiri dekat pintu hanya meringis melihat bosnya benar-benar marah kali ini.
***
Beberapa hari kemudia Aziel tidak hadir di sekolah dengan alasan sakit. Jovanka masih tetap masuk walau dengan bibis perih karena dipaksa sang kakak. Mau tidak mau Jovanka menurut karena ancaman Johannes yang akan mengadu pada orang tua mereka tentang kenakalan cewek itu.
“Cepuin aja terus,” cibir Jovanka ketika mendengar ancaman Johannes. Bibirnya manyun beberapa senti, membuat Johannes gemas ingin menariknya, tetapi sadar bahwa bibir Jovanka sedang terluka.
“Jangan banyak bacot. Sekolah yang bener. Setidaknya walau kelakuan lo minus, prestasi lo gak ikutan minus.”
“Sialan.”
Johannes hanya tertawa geli ketika Jovanka mengumpat. Melihat perilaku Jovanka di luar dan di dalam rumah yang berbeda 180 derajat, tidak hentinya membuat Johannes takjub. Seolah ada tombol on dan off di dalam tubuhnya, Jovanka akan berubah drastis dari barbar menjadi super manja ketika di rumah.
Bukannya Johannes tidak mengetahui kenapa Jovanka bersikap seperti itu. Sebaliknya, ia sangat paham dan sengaja membiarkan Jovanka berbuat sesuka hatinya ketika berada di luar. Namun, terkadang ia juga menyesali keputusannya, di saat kelakuan liar Jovanka menyebabkan orang lain ikut terkena imbasnya.
Seperti sekarang ini. Johannes merasa bersalah pada Aziel yang sampa harus izin sakit sehabis kecelakaan itu. Johannes sama sekali tidak tahu, bahwa alasan sebenarnya kenapa Aziel tidak masuk sekolah, adalah hanya karena ia merasa malu.
Sekali lagi, hanya karena ia merasa malu.
“Aw!”
Aziel menurunkan lagi sendoknya ke atas piring. Ia tidak bisa makan kecuali bubur saat ini. Itu karena bibirnya yang sudah menjelma menjadi bibir blobfish yang baru keluar dari laut.
Tentu Aziel ogah berangkat ke sekolah setelah melihat itu. Ia melampiskan amarahnya pada Harris dengan menyuruhnya mengerjakan seluruh pekerjaannya, tidak peduli dengan keluhan dan protes yang dilayangkan oleh pria itu.
Suruh siapa menertawakan kesialannya. Begitu pikir Aziel, ketika rasa bersalah mulai muncul di hatinya melihat Harris kesusahan.
Rasa kesalnya pada Jovanka hanya semakin bertambah, dan rencana untuk membalas dendam semakin beragam. Aziel berpikir keras, kira-kira hukuman apa yang harus ia berikan pada cewek pembawa sial itu.
Namun, kenyataan berkata sebaliknya. Seperti kata pepatah, cewek itu selalu benar. Dan seperti kata pepatah lainnya, bahwa karma akan berbalik pada orang yang berencana untuk berbuat jahat.
Hal itu menimpa Aziel pada hari pertama ia kembali ke sekolah, sejak ia absen selama tiga hari. Pria itu pulang dalam keadaan basah kuyup, membuat jok bagian belakang mobil yang didudukinya ikutan basah.
Tidak hanya itu. Bau busuk menguar dari tubuhnya, seolah Aziel sudah berendam di air got selama satu jam.
Hampir tepat. Karena yang sebenarnya terjadi adalah, Aziel tersiram oleh air got.
Dia membalas dendam dengan air keran, dan mendapat air got sebagai gantinya.
Jovanka si ratu jahil, tentu mempunyai radar yang sangat peka terhadap hal-hal yang berbau jahil juga. Sejak ia diberitahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu di bawah pohon mangga di halaman belakan sekolah, Jovanka sudah menyadari ada yang tidak beres.
Benar saja. Ketika ia sampai di sana, Jovanka melihat sebuah ember di atas ranting besar.
“Hoooo ... mau cari gara-gara sama gue, hm? Bro, lu kurang pro.” Jovanka menyeringai licik. Sekilas dari sudut matanya, ia melihat Aziel yang bersembunyi di balik semak, menyadari akal bulus yang direncakan pria itu.