Maria yang terdiam di dalam kelas bersama dengan Lafi, yang juga sedari tadi tetap duduk di dalam kelas bersama dengan Maria. Ia mendengarkan earphone-nya dan juga bermain game di dalam kelas, menemani gadis teman sebangkunya itu.
Meski terdengar suara seru teriak di luar kelas, bahkan kegiatan yang sedang dilakukan oleh murid murid baru di lapangan sekolah. Namun tidak menjadi daya tarik bagi Maria dan Lafi. Mereka malah fokus dengan kegiatan mereka masing-masing dengan Maria yang tertidur dan juga Lafi yang sibuk memainkan gamenya.
Saat semakin terdengar suara teriakan dari luar kelas, Maria terbangun. Namun saat ia mendongakkan kepalanya ia melihat Lafi yang kini juga menyandarkan kepalanya tepat berhadapan dengan Maria.
Gadis itu mengerutkan dahinya, bahkan ia memberikan kedua matanya ketika melihat tepat wajah pria itu berada di hadapannya. Ia terkejut lalu terbangun dan membenarkan posisi duduknya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Maria.
Lafi tidak menjawab pertanyaan Maria, namun ia tersenyum dan juga terbangun dari saudaranya ke diatas meja.
"Apa kamu tidak tertarik, apa yang terjadi di luar sana?" tanya Lafi tersenyum tipis.
"Ya, aku akan keluar! Di luar sana lebih menarik daripada kamu!" jawab Maria.
Kini Maria mencoba berdiri, namun saat ia melihat ke arah pintu keluar dia melihat seorang pria berdiri di pintu kelas. Dia melihat kearah di mana Maria dengan Lafi duduk bersama.
Maria mengerutkan dahinya ketika melihat siapa yang tengah berdiri di depan pintu itu, melihat dengan pandangan yang tidak bisa di artikan. Tatapan yang selama ini Maris nantikan kini berada tepat di kelas.
Maria tersenyum, namun saat ia hendak menghampiri pria itu. Maria mengerutkan dahinya mencoba untuk mengejar pria itu seseorang yang bernama Nana yang selama ini ia rindukan, bahkan ia tunggu kedatangannya. Tapi Maria tidak mengerti apa yang terjadi dengan Nana, sehingga ia malah pergi meninggalkannya saat Maria mencoba untuk menghampirinya.
Maria keluar dari kelasnya mencoba untuk berlari mengejar Nana, yang kini berada tepat di tengah-tengah kerumunan siswa-siswi baru. Bersamaan dengan acara penerimaan siswa siswi baru itu. Maria terdiam dan dia berhenti untuk mengejar Nana.
Meski ia sangat ingin menemui kekasihnya itu, namun ia urungkan ketika melihat Nana yang kini berdiri ditengah-tengah siswa-siswi baru yang bercorak ria. Bahkan mereka sangat dekat dengan Nana.
Maria hanya terdiam ketika melihat Nana yang justru tidak menghiraukannya, apalagi sama sekali tidak berbalik ke arahnya saat Maria terdiam dalam berdirinya ditengah-tengah jalanan sekolahnya, sebuah tangan menyentuh pundaknya.
Maria terkejut, lalu melihat seorang disampingnya dan tersenyum ketika melihat Atika sahabat baiknya.
"Ada apa? Kenapa berdiri saja di sini?" tanya Atikah.
"Tidak ada, mungkin karena aku habis bangun tidur, jadi aku merasa kalau seseorang datang mencariku, namun sepertinya itu hal yang tidak mungkin," jawab Maria, ia melihat kearah Nana yang duduk tengah-tengah kerumunan siswa-siswi baru tanpa melihat padanya.
"Apanya? Ini aku mencari kamu! Ayo kita ke kantin atau kamu mau di dalam kelas? Kamh mau ke kelasku tidak?" tanya Atika.
Atika mengajak Maria untuk pergi dari kerumunan. Maria mengangguk, ia mengerti jika sahabatnya itu tidak menyukai keramaian apalagi kerumunan di sekolahnya. Maria berjalan mengikuti Atika yang berjalan terlebih dahulu darinya, sesekali Maria berbalik berharap Nana kekasih hatinya itu melihatnya atau menghampirinya.
Namun sepertinya itu hal yang tidak mungkin ketika melihat Nana berada tepat di kerumunan banyak orang apalagi begitu banyak wanita siswi yang sepertinya mendekati Nana saat ini. Meski Maria sangat sedih mendapati kekasihnya itu malah pergi tanpa menyapanya. Padahal selama ini Maria selalu menunggunya bahkan berharap waktu cepat berlalu, hingga Nana kekasih hatinya itu segera datang ke sekolahnya dan menemuinya.
Namun itu hal yang tidak mungkin bagi Maria berharap lebih dari kekasihnya itu, yang memang cukup populer di sekolahnya yang dulu dan itu hal yang tidak mungkin jika Nana tidak populer di sekolahnya yang baru ini. Maria berjalan mengikuti sahabatnya dan kini duduk disamping Atika yang juga tengah memberikan camilan kepada Maria.
Maria mengambil makanan itu dengan pikiran berharap Nana dapat mencarinya dan menghampirinya bahkan berbicara kepada dirinya.
"Kamu ada di sini?" tanya Topan.
Topan bertanya dari arah belakang dimana Maria duduk. Saat mendengar suara sahabatnya Topan, Maria berbalik dan duduk menghadap ke arah Topan.
"Iya, aku sedang bermain di sini menemani Atikah! Kamu tidak keluar melihat siswa-siswi baru itu di sana ramai loh?" jawab Maria sembari bertanya kepada sahabatnya itu.
"Tidak, aku merasa bosan di luar, lagi pula ada begitu banyak tugas nih yang membuat aku pusing juga harus mengisinya hari ini juga," jawab Topan dengan malasnya.
"Tugas, Mana? Aku lihat kali aja aku bisa membantu kamu kamu juga hatika?" tanya Maria antusias.
Ia melihat buku yang ada di tangan Topan dan membacanya. Saat Maria membacanya ia tersenyum, lalu memberitahu dan membantu mengerjakan tugas Topan dan juga Atika bersamaan.
Topan tersenyum tipis, ketika mendapati sahabatnya itu membantunya. Ia memang pernah mendengar bahwa Maria adalah gadis yang cukup pintar, namun ia tidak pernah satu kelas dengan Maria.
Topan tidak pernah tahu kebenaran bahwa Maria cukup bagus dalam mata pelajaran, ia bahkan sangat pintar dalam mengisi setiap tugas-tugas yang ada di buku Topan dan Atika.
Mereka tersenyum bahkan belajar bersama di dalam kelas, padahal jam kelas pada hari itu di tidak ada. Mengingat hari itu adalah hari penerimaan siswa-siswi baru yang akan cukup begitu ramai dan membuat sibuk para guru dan sekolah setidaknya 1 hari tidak akan ada pembelajar mengajar di sekolah Maria.
"Aku tidak tahu jika kamu sangat pintar sekali Maria?" tanya Topan tersenyum kepada Maria.
"Aku tidak pintar. Aku hanya sedikit tahu aja!" jawab Maria tersenyum sembari ia memakan camilan yang diberikan oleh Atika.
Begitupun Atika, ia sibuk belajar setiap materi yang diberikan oleh Maria. Topan yang tersenyum melihat Maria memakan camilan sembari belajar dihadapannya. Padahal selama ini, ia tidak pernah melihat wanita melakukan hal apa adanya seperti Maria.
Yang bersifat terbuka bahkan tidak pernah menjaga image-nya meski di hadapan seorang pria. Topan berdiri, ia berpamitan dulu untuk pergi ke kantin kepada Maria dan Atika. Meski hanya ditanggapi dengan anggukan saja oleh Maria.
Topan tersenyum tipis dan pergi keluar untuk membeli camilan khusus untuk sahabatnya itu. Saat kembali Maria tersenyum dengan sangat bahagia ketika mendapati Topan yang membelikan Maria sebuah coklat yang sangat disukai oleh Maria.
Topan tersenyum penuh kemenangan ketika melihat Maria yang sangat menyukai camilan yang ia berikan. Sejak pertama bertemu Topan begitu menyukai senyum dan tawa Gadis itu yang berada tepat di hadapannya.
Dari kejauhan di arah pintu kelas yang terbuka, dengan kebetulan lagi Nana melihat tawa bahagia Maria yang begitu lepas membuat Nana tersenyum di dalam hatinya.
Namun ia sangat merasa kesal ketika melihat Maria ternyata berbicara dengan seorang pria lagi. Setelah apa yang ia saksikan tadi di dalam kelas Maria, sedang bersitatap dengan seorang pria juga. Yang bahkan cukup tampan meski tidak lebih tampan dari dirinya.
Nana berjalan meninggalkan kelas itu, lalu ia duduk di halaman sekolah dalam keadaan hati yang sangat kesal. Padahal rindu dia sangat besar kepada kekasih hatinya itu. Selama 1 tahun mereka tidak bertemu dan setelah sekian lama mereka akhirnya akan bertemu.
Namun Nana menemukan kenyataan yang sangat membuatnya sedih, ketika melihat sebuah foto Maria bersama dengan seorang pria bahkan pria itu berada tepat 1 bangku dengan Maria.
"Sebenarnya aku tidak mau mempercayai foto itu! Tapi saat aku melihat kamu yang bersama dengannya tepat di depan mataku hati ini sungguh sangat sakit. Maria aku sangat merindukanmu. Aku bahkan sangat sangat sangat merindukanmu tapi aku tidak berani untuk menyapamu," ucap Nana.
"Kenapa tidak kamu hampiri saja dia dan berbicara langsung atau bertanya dan tanyakan kejelasannya," ucap seorang pria yang duduk tepat di samping Nana.
Nana mengerutkan dahinya ketika ucapannya terdengar oleh seseorang dan bagusnya itu adalah seorang pria.
"Entahlah! Aku tidak berani. Apalagi aku baru di sini," jawab Nana.
"Kamu baru di sekolah ini? Tapi tidak baru di hatinya kan? Kamu sepertinya sudah lama berada di hati dia," ucap teman di samping Nana.
"Aku juga tidak tahu aku ada di hatinya atau tidak," balas Nana.
"Kamu sangat pesimis sekali ya? Kenalkan aku Dika," ucap Dika memperkenalkan dirinya.
"Aku Nana! Aku anak baru di sini," jawab Nana tersenyum tipis.
"Aku juga baru di sini. Bagaimana kalau kita berteman saja!" jawab Dika.
Nana tersenyum, ia lalu mengangguk menanggapi ajak Andika teman pertamanya di sekolah itu, mereka berbincang bersama kesana kemari saling memperkenalkan diri satu sama lain. Dengan begitu akrab sesekali Dika bertanya tentang gadis yang dimaksud oleh Nana.
Namun hanya menceritakan tentang gadis itu yang sudah mengisi kehidupan dan hati Nana selama 1 tahun ini. Ia bahkan mengungkapkan bahwa dia sangat merindukan kekasih hatinya itu.
Namun Nana tidak memberitahukan nama kekasihnya itu kepada Dika teman barunya itu. Dika adalah teman yang baik saat pertama berkenalan, mengingat Nana yang Justru malah nyaman ketika bercerita dengan Dika, hingga pada akhirnya mereka menjadi teman selama di acara penerimaan siswa-siswi baru itu.
Setelah belajar bersama dengan Topan dan Atika. Maria keluar dari kelasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya yang bahkan tidak bisa bertemu atau bersapa dengan kekasih hatinya itu. Saat Maria berjalan dengan gontai dan malas tidak sengaja Maria menabrak tubuh seseorang yang membelakanginya.
Maria mengaduh lalu menyentuh pangkal hidungnya yang terasa sakit, namun sebuah tangan menyentuh tangan Maria yang kini terkejut dan terdiam, lalu ia mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang memegang kedua tangannya itu. Saat melihat orang yang memegang tangannya, Maria tertegun dengan debaran jantungnya yang berdebar sangat kencang.
Seorang pria yang selama ini ia rindukan, bahkan ada di dalam pikirannya sedari tadi kini berada tepat di hadapannya dengan senyuman manisnya menunjukkan kedua lesung pipi di kulitnya yang putih wajahnya yang tampan itu.
"Kenapa kamu selalu seperti ini Sayang? Cara kamu menyapaku?" ucap Nana tersenyum menatap Maria.
Maria semakin tertegun ketika mendengar panggilan sayang dari kekasih hatinya, yang sudah lama ia rindukan itu. Bahkan ia tidak berani atau tidak bisa berkata-kata ketika menatap senyum wajah kekasihnya itu.
"Apa kamu lupa menjawab pacarmu ini Sayang?" tanya Nana lagi tidak mengurangi kesenjangan senyum bahagianya melihat Maria.
"Aku... aku rindu kamu," ucap Maria pelan.
Ia tersenyum bahkan menggelengkan kepalanya tidak mempercayai apa yang telah diucapkan barusan tepat di hadapan sang kekasih
Nana tersenyum ketika mendapati pernyataan Maria yang diluar dugaannya bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Nana bahwa Maria bisa mengatakan hal seperti itu kepada dirinya. Saat Nana mencoba untuk berbicara lagi kepada Maria ia mendekatkan wajahnya ke arah Maria. Maria yang tertegun ketika melihat wajah Nana yang semakin mendekat ke arahnya.
"Aku juga sangat merindukanmu Sayang," bisik Nana tepat ditelinga waria.
Maria tertegun, ia bahkan sangat terkejut ketika mendengar ucapan kekasih hatinya itu,yang membuat debaran jantungnya semakin berdetak kencang. Bahkan tidak karuan, Maria tersenyum dan juga Nana yang tersenyum menunjukkan lesung pipinya yang sangat manis. Maria melihat tangannya yang masih dipegang oleh Nana Iya tersenyum lagi menatap ke arah Nana.
"Mau sampai kapan kamu memegang tangan aku? Ini di depan umum," ucap Maria sembari tersenyum menatap Nana.
"Aku tidak peduli! aku bukan memegang tangan siapapun! Aku memegang tangan Kekasihku!" jawab Nana.
Nana tersenyum ke arah Maria, yang kini wajahnya bersemu merah menahan malu, dengan debaran jantungnya yang sangat kencang, bahkan kedua pipinya kini bersemu merah menahan malu dengan kebahagiaannya yang sangat besar didalam hatinya kini.
"Apa Kabarmu Sayang?" tanya Nana dengan senyumnya yang terlihat tampan.
"Saat ini aku sangat baik-baik saja! Apalagi ketika melihat kamu berada tepat di hadapan aku! Menjawab semua kerinduan aku selama ini," jawab Maria.
Maria tidak tahu apa yang dia ucapkan itu. Ia benar-benar tidak percaya dirinya bisa mengatakan hal seperti itu kepada seorang pria. Nana yang berada tepat di hadapannya itu tersenyum tipis, bahkan hatinya pun sangat bahagia ketika mendapati Maria yang kini sudah bisa terbuka kepada dirinya.
"Apa saat ini kamu sudah bisa menerima aku sebagai kekasihmu Sayang?" tanya Nana dengan lembut dan tidak mengurangi senyumnya kepada Maria.
"Sedari dulu aku sudah menerimamu! Bahkan aku menunggumu dengan sabar Selamat datang di sekolah baru dan jangan lupa semangat!" jawab Maria.
Nana tersenyum, ia mengangguk lalu berbincang dengan Maria hanya berdiri di samping kelas, yang bahkan bukan kelas Maria ataupun kelas Nana. Mereka berdua berbincang kesana-kemari bertanya satu sama lain melepas Kerinduan mereka yang selama 1 tahun ini tidak bertemu. Bahkan Kerinduan mereka sangat besar dan tidak akan tergantikan hanya dengan berbincang satu hari saja ataupun beberapa hari.
Bagi keduanya pertemuan ini adalah hal yang sangat bai,k bahkan sangat membuat hati Maria dan juga Nana begitu berbunga-bunga. Seperti halnya mereka pertama kali bertemu. Keduanya tampak bahagia bahkan Maria sesekali bersipu malu mendapati tangannya bahkan sama sekali tidak dilepas oleh Nana sedari tadi. Selama mereka berbincang bersama. Maria untuk kali ini sangat bahagia mendapati kekasih hatinya itu kini berada tepat di hadapannya, bahkan untuk hari-hari kedepannya mereka akan saling bertemu.