Semakin dekat

2046 Words
Maria dan Nana kene duduk di di depan kelas berdua saja melihat acara penyambutan siswa-siswi baru yang masih berlangsung. Maria terdiam, ia mencoba untuk bertanya kepada kekasihnya yang ada di sampingnya itu tentang dirinya yang tadi pagi menghampiri kelasnya dan ingin menjelaskan tentang apa yang ia lihat. Namun ia urungkan, ketika mendapati Nana yang bersikap biasa saja, baginya selama tidak bertanya langsung kepadanya. Dia tidak akan membahasnya ia takut juga untuk salah berbicara atau menjelaskan hal yang tidak sesuai dengan pikiran kekasihnya itu. Maria sangat bahagia ketika melihat senyum pria yang ternyata selama ini ia rindukan membuat Maria menjadi lain dari biasanya. "Oh ya Sayang? Apa kamu duduk dengan seorang pria?" tanya Nana. Nana melihat ke arah Maria dengan senyum ramahnya. Maria tertegun ketika mendapati pertanyaan dari kekasih hatinya itu, ia lalu tersenyum dan mencoba untuk menjelaskan apa yang kekasihnya itu pikirkan. "Iya, aku juga tidak tahu kenapa dia berada tepat duduk di mejaku, tapi aku tidak ada apa-apa dengan dirinya," jelas Maria tersenyum. "Ya, aku percaya padamu. Tapi jangan terlalu dekat seperti itu lagi aku tidak suka!" ucap Nana. "Apa pria bodoh ini cemburu?" tanya Maria menggoda Nana. "Jelas saja aku cemburu! Itu termasuk hak aku!" jawab Nana. "Hahaha, ya ... yah, itu hak kamu untuk cemburu. Tapi ketahuilah hanya ada kamu di dalam hatiku," jelas Maria. Nana mengerutkan dahinya menatap lekat ke arah Maria yang kini terlihat jauh lebih cantik seperti sebelumnya. Nana tersenyum dan semakin menatap wajah Maria. Maria mengerutkan dahinya ketika melihat Nana yang sedari tadi menatapnya tanpa henti. Bahkan ia malah tersenyum dalam aktivitasnya melihat Maria. "Ada apa? Apa ada yang salah denganku?" tanya Maria mengerutkan dahinya. "Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu berubah?" tanya Nana. "Berubah? Maksudnya apa? Aku tidak berubah sama sekali!" jawab Maria. "Iya kamu berubah!" ucap Nana lagi. "Berubah apanya?" tanya Maria. "Kamu menjadi semakin cantik dan manis!" ucap Nana tersenyum. "Eeh ...." Maria tersipu malu mendengar penuturan Nana tentang dirinya yang membuatnya merasa malu, bahkan tidak pernah ada yang memuji atau berkata semanis itu kepada Maria. Hanya Nana seorang yang untuk pertama kalinya berbicara semanis itu kepada dirinya. "Kamu juga berubah!" ucap Maria. "Tidak! Aku tetap mencintai kamu," balas Nana tersenyum. "Iya kamu berubah!" ucap Maria. "Berubah apanya?" tanya Nana mengerutkan dahinya. "Kamu menjadi semakin pintar menggombal!" jawab Maria. "Itu bukan gombalan, tapi itu memang kenyataannya! Kamu memang tambah cantik dan bahkan sekarang semakin manis. Seingatku kamu dulu begitu jutek dan sangat galak kepadaku," ucap Nana. "Sudah tahu galak, masih saja mau mendekatiku!" ucap Maria. "Tapi aku sangat menyukainya," ucap Nana. Maria tersenyum mendengar ucapan kekasih hatinya itu, mereka berbincang berdua saja tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya yang berlalu-lalang. Begitupun dari kejauhan banyak sorotan mata yang tidak suka melihat adegan dimana Maria dan Nana berbicara. Bahkan sembari tertawa bahagia. Sorotan mata kebencian yang sudah melekat di dalam diri Ina. Kebenciannya semakin membesar bahkan tumbuh dengan kebenciannya yang tidak pernah putus kepada Maria. "Aku tidak percaya, jika sebuah foto itu pun tidak membuat Nana pergi meninggalkan Maria," ucap Ina. Ina sangat geram dan kesal dengan kekesalan di dalam hatinya, ia meremas ponsel yang ada di tangannya. Setelah itu ia pergi darimana ia berdiri dan memasuki kelas duduk di kursinya. Dengan hentakan yang cukup keras, saat melihat Ina yang datang dengan kekesalan dan amarah yang sangat besar. Dede datang menghampirinya dengan senyum licik menghampiri Ina. "Wow, ada apa ini? Sepertinya kamu sedang sangat kesal sekali ya?" tanya Dede menghampiri Ina. Ina yang sedang tampak kesal begitu jelas bahkan terlihat oleh teman-teman sekelasnya suasana hati Ina yang sedang buruk. Bahkan dalam keadaan kesal. "Ya ... aku sangat kesal sekali dan aku sangat ingin menyingkirkan seseorang. Namun sama sekali tidak bisa aku lakukan, mengingat lawanku cukup kuat dalam jangkauanku," jawab Ina. Ina berbicara dengan wajah yang merah padam tampak kesal mendapati Maria dengan mesranya bercanda dengan Nana. Pria yang sangat disukai dan dicintai oleh Ina sedari dulu. Bahkan hanya dia seorang yang mengetahui tentang perasaannya kepada Nana. Ina adalah seorang gadis yang sangat mementingkan keperluan dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya, termasuk sahabatnya sendiri. Maka dari itu tidak ada dari teman sekolah sedari dulu yang dapat bertahan berteman dengannya bahkan Maria pun sekalipun. Ambisinya yang selalu ingin memiliki seutuhnya sesuatu, membuatnya dihindari oleh teman-teman sekitarnya termasuk teman sekelasnya. Maka dari itu, Ina selalu membenci orang-orang yang sangat dekat atau dengan akrabnya tanpa harus melihat sebuah materi. Seperti halnya Maria yang hanya gadis miskin dipandang olehnya, bahkan sangat jauh dari kehidupan Ina tentang dirinya dan juga Maria. Tapi karena sifat tidak kesukaannya kepada orang-orang yang bahagia. Ina seringkali membuat dirinya dalam keadaan atau posisi selalu memojokkan orang lain termasuk mengadu domba orang, yang dia tidak suka itu. Termasuk apa yang pernah terjadi kepada Maria. Sebenarnya dia lah yang menulis tentang Aku mencintai Nana ataupun surat yang diberikan kepada Nana adalah tulisan dirinya. Namun Ia membuat atas nama Maria. Di luar dugaannya, justru karena ulahnya. Nana dan Maria kini resmi menjadi sepasang kekasih bahkan sudah bertahan selama 1 tahun terpisahkan pun mereka tetap bersama bahkan terlihat sangat bahagia saat ini. Yang membuat dirinya semakin tidak menyukai Maria, bahkan rasa bencinya kepada Maria semakin tumbuh besar dan besar. "Bagaimana, jika kita bekerja sama untuk mengerjai anak itu?" tanya Dede tersenyum licik. "Maksud kamu apa? Aku sudah mencobanya dulu. Tapi ternyata gagal malah membuatnya semakin disukai oleh banyak orang dan orang lain semakin membenci diriku," ucap Ina kesal mengingat hal itu sedari dulu. "Jangan terburu-buru! Kita tunggu time yang tepat untuk melakukannya nanti!" jawab Dede tersenyum licik. Ina mengangguk dan ikut tersenyum dengan Dede yang juga tersenyum licik, membayangkan hal apa yang akan terjadi. Jika mereka melakukan hal buruk lagi kepada Maria. Yang memang membuat keduanya sangat tidak menyukai gadis itu. Maria yang hanya seorang gadis miskin, bahkan sangat jauh dari sepadan dengan mereka namun begitu banyak dikagumi oleh banyak pria tampan di sekolah itu. ***** Setelah berbincang dan melepas rindu dengan kekasihnya itu Maria kini berjalan dengan hati yang dan wajah tersenyumnya. Ia pulang bersama dengan Atika sahabatnya itu, yang melihat Maria terheran-heran bahkan mengerutkan dahinya. Namun Atika tidak berani bertanya, ia akan ikut senang dan bahagia ketika melihat sahabatnya itu tetap tersenyum seperti ini, bahkan kebahagiaan Maria adalah kebahagiaannya saking besarnya rasa cinta Atika kepada Maria. Begitupun dengan Maria sangat menyayangi sahabatnya itu. Mereka berdua adalah sepasang sahabat yang saling mengisi satu sama lain, yang satu seorang gadis yang kuat tegar dan ceria, yang satu lagi seorang gadis yang baik hati lemah lembut pendiam yang sangat baik jika menghadapi Maria banyak berbicara. Bahkan gadis itu terlihat sangat ceria jika mereka sedang berdua saja. Persahabatan yang cukup mereka jalani sejak di Sekolah Menengah Pertama mereka. Keduanya tampak bahagia, mereka kini tengah menuju pulang ke rumah masing-masing. Namun tidak mengurangi kedekatan mereka meski rumah keduanya cukup berjarak jauh berjarak cukup jauh yang tidak memungkinkan mereka berdua berbagi bersama setiap saat. Lain dengan Maria seorang gadis terbuka dan ceria ia dengan mudahnya bermain dengan siapa saja dan dimana saja. Bahkan karena sifatnya yang selalu terbuka kepada siapa pun membuatnya banyak teman untuk jika hanya untuk bermain saja. Sore ini, Maria mengerjakan tugas rumahnya dengan secepat mungkin. Mengingat dirinya belum mengerjakan tugas rumahnya, hingga larut malam Maria terlentang di atas ranjang tidurnya. Ia memikirkan dan terbayangkan wajah kekasihnya yang sangat ia rindukan selama ini. Kini telah hadir dan datang dengan sejuta kebahagiaan di dalam hatinya untuk sekarang yang jaga hari esok dan selanjutnya, keduanya akan selalu bersama dan bahkan ia bertemu satu sama lain. Mengingat tahun yang lalu mereka berpisah bahkan tanpa komunikasi sama sekali ternyata Nana yang sebagai kekasihnya itu masih mengingat dirinya bahkan mengatakan bahwa Maria adalah kekasihnya sedari dahulu. "Aku tidak pernah tahu jika jatuh cinta itu seperti ini! Rasanya jantungku akan meloncat untuk berlari tanpa menghiraukan pemiliknya," ucap Maria. Maria tersenyum mengingat tentang kekasihnya itu yang kini sudah dia terima di dalam hatinya, yang selama ini ia tutup bahkan tidak terpikirkan olehnya dirinya mempunya seorang kekasih yang justru membuatnya jatuh hati. Seperti saat ini, Maria tengah tersenyum di atas tempat tidurnya membayangkan wajah kekasihnya Nana yang seharian tadi bersamanya. "Ya ampuun, bisa gila aku jika memikirkan dia terus," ucap Maria tersenyum. Saat Maria tidak bisa tertidur, tidak ba tiba adik perempuannya Lia, datang memasuki kamarnya dan menghampiri Maria hingga berbaring tepat di samping kakaknya itu. Maria terkejut dia juga tersenyum melihat adiknya yang tiba-tiba masuk dan tidur di samping Maria. ia memeluk adik perempuan itu dengan gemas dan mencium pipi adiknya itu. "Ada apa dengan adik cantik Kakak ini? Apa tidak bisa tidur?" tanya Maria sembari mencium pipi adiknya itu. "Lia kesal sama Yana dan Yunus! mereka tidurnya gundam, Lia tidak kebagian tempatnya Kak," jawab Lia. "Oh ya sudah, ayo tidur sama kakak saja di sini! Biar Kakak temani juga kamu tidurnya," ucap Maria memeluk adik perempuannya itu, sembari menepuk kaki adiknya. "Kak? Dongemg donk Kak!" pinta Lia di dalam pelukan kakaknya. "Eeh, dongeng? Kenapa harus dongeng?" tanya Maria. "Katanya kalo mendengarkan dongeng, bisa mimpi indah Kak!" jawab Lia. "Benarkah? Tapi Kakak mimpi indah terus kok, tanpa ada yang mendongengkan," ucap Maria. "Benarkah? Kakak mimpi indah apa? Kok Lia tidak pernah mimpi indah Kak?" tanya Lia antusias. Maria tersenyum ketika mendapati pertanyaan dari adik perempuan itu, yang begitu antusias mendengarkan cerita tentang mimpinya. Saat Maria melihat wajah polos adik perempuannya itu, dia tersenyum selalu memikirkan satu hal dan mencoba untuk menceritakan sebuah dongeng untuk adiknya agar bisa tertidur secepatnya. "Bagaimana kalau Kakak menceritakan tentang mimpi kakak dan jadikan ini sebuah dongeng, tapi setelah itu kamu harus tidur!" ucap Maria tersenyum lalu mencubit pangkal hidung adiknya. Lia mengangguk, dia mengerti akan apa yang diucapkan oleh kakaknya, dia begitu antusias mendengarkan cerita kakaknya yang membuatnya selalu penasaran. Maria terdiam, ia merenungkan apa yang akan diceritakan kepada adiknya tentang mimpinya dan cerita, yang akan membuat adik perempuannya itu tertidur, agar dia bisa tidur juga. Apalagi dia harus datang ke sekolah lebih pagi, bukan karena pelajaran ataupun hal lainnya Maria ingin sesegera mungkin masuk sekolah, hanya untuk melihat sang kekasih hatinya. Terdengar bodoh memang, tapi Maria benar-benar merasakan tentang sebuah jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dia sangat ingin bertemu dan berbincang dengan kekasihnya Nana. Saat di pertengahan cerita yang Maria ceritakan untuk menidurkan adiknya, tiba-tiba adiknya Lia mengejutkan Maria dia bangun dari tidurnya lalu duduk menghadap ke arah kakaknya yang masih terbaring menatap Lia. "Apakah jatuh cinta dengan pangeran itu, Kakak?" tanya Lia duduk menghadap Maria. "Kamu ini nakal sekali! Bukannya tidur kamu malah terbangun bahkan sekarang sepertinya kamu tidak mengantuk lagi!" ucap Maria mengerutkan dahinya lalu mencubit pangkal hidung adiknya. "Habisnya cerita Kakak itu sangat seru, dan Lia sangat menyukainya. Akan jauh lebih bagus ketika Lia mengetahui semua mimpi Kakak yang terdengar sangat bagus, Kak!" ucap Lia dengan senang. "Eeh, adik Kakak ini nakal sekali, ayo tidur! Biar Kakak lanjutkan ceritanya asal kamu merem dan tertidur!" ucap Maria. Maria menarik adiknya untuk tertidur kembali dan mengecup kening adiknya dan mencoba untuk menceritakan kembali lanjutan mimpinya yang Maria Ceritakan tentang Mimpi indahnya bersama dengan kekasihnya. Dia tersenyum tipis ketika mendapati adiknya yang sangat menyukai tentang cerita mimpi yang Maria ceritakan kepadanya. Meski tidak ada karangan sama sekali dalam cerita itu. Namun Maria mempermudah ceritanya tentang kehidupan nyatanya, hingga membuat adiknya begitu mengagumi isi cerita Maria. Hingga pada akhirnya, Lia mencoba untuk bertanya di setiap apa yang diceritakan oleh Maria, namun karena ancaman Maria kepada Lia. Adik perempuan hanya mendengarkan saja dan mencoba untuk tertidur membuat kakaknya bahagia. Saat Maria mencoba untuk mencerna tentang ceritanya, bahkan yang belum ia buat, Maria menceritakan semua pengalamannya bertemu dengan seorang pangeran yaitu Nana, kekasihnya. Maria hanya bisa tersenyum ketika membayangkan tentang ceritanya bersama dengan Nana, seorang pangeran berkulit putih dengan wajahnya manis menjadi kekasih Mariah. Selama setengah jam Maria menceritakan isi mimpinya, bahkan bisa membuat adik perempuannya tertidur sangat pulas. Tidak seperti biasanya adiknya itu ingin tidur bersamanya. Maria tersenyum lalu menarik selimut memakaikannya kepada Lia. Yang kini tengah tertidur. Maria tersenyum lagi ketika mengingat dirinya menceritakan tentang pertemuan pertama Maria dengan Nana. Dia menceritakan dengan isi cerita yang beralasan Maria bertemu dengan seorang pangeran yang sangat mencintainya, bahkan menyukainya. Meski Maria selalu mengetahui pria itu dengan kenyataan bodoh. Namun Maria sangat bahagia ketika mendapati adik perempuannya kini tengah tertidur dengan sangat pulas. Dia mengecup kening adiknya, berbaring sembari memeluk adik perempuannya itu, mereka berdua tertidur dengan pulas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD