Cowok Cool

2111 Words
Lafi yang kini tertegun melihat Maria yang pergi meninggalkan mereka berdua. Maria tidak menghiraukan lapis yang melihatnya pergi tanpa berbicara apapun kepada dirinya, yang justru kini malah harus bermain catur dengan guru bahasa Inggrisnya itu "Gadis nakal! Membuat Aku terjebak di sini sehingga harus bermain catur dengan guru bahasa Inggris ini, tapi tidak apa-apa. Besok aku akan minta perhitungan dengannya," batin Lafi tersenyum, ia masih bermain catur dengan guru bahasa Inggrisnya yang kini tengah mulai menggerakkan bidak catur nya. Lafi tersenyum melihat Maria kini sudah tidak terlihat lagi di hadapannya, ia tersenyum mengingat Gadis itu sangat pintar mengambil kesempatan atau sesuatu yang bisa menguntungkan dirinya ternyata masih ada seorang wanita yang seperti Maria di zaman yang seperti sekarang ini. "Dia adalah seorang gadis yang sangat pandai dan rajin di sekolah! Dia begitu sangat mulia dan baik hati bahkan akan melakukan hal apapun untuk memasuki ke sekolah ini. Dia mengandalkan pekerjaannya dan juga kebaikan hatinya," ucap Guru Bahasa Inggris itu yang bernama Taufik. Lafi tertegun mendengar penuturan Pak Taufik yang kini tengah memperhatikan papan catur di hadapannya yang tinggal gilirannya itu. Awalnya dia tidak tertarik dengan permainan itu, namun saat mendengar cerita dari guru yang ada di hadapan itu tentang kehidupan Maria yang cukup menarik bagi love yang saat ini duduk berhadapan dengan guru bahasa Inggris bermain catur. Semakin dia mendengarkan ceritatentang Maria dari guru bahasa Inggris itu, ada rasa semakin penasaran dan tertarik di dalam diri Lafi terhadap Maria, baginya akan sangat terdengar aneh jika saat ini dia tertarik kepada seorang wanita yang justru kehidupannya sangat jauh dari kehidupan dirinya. Yang serba bergelimpangan harta dan semua terpenuhi. Lain dengan seorang gadis mungil yang berparas cantik, namun begitu kuat dan tegar dalam menghadapi kehidupannya. Bahkan ia lewati dengan tawa dan senyum nya ketulusan hatinya akan sangat terdengar aneh, jika saat ini dia tertarik kepada seorang gadis yang cukup sederhana. Namun membuat hatinya tersentuh dan tertarik saat pertama kali bertemu dengan gadis itu. Lafi kini duduk berdiam diri saja tanpa guru bahasa Inggris yang kini tengah pergi. Setelah itu ia berdiri dan berpamitan untuk pulang. Saat berjalan di tengah perjalanan, ia masih dengan pikirannya memikirkan gadis itu tanpa menghiraukan kendaraan yang berlalu-lalang melewatinya. "Ternyata di sekolah yang terpencil ini. Aku bisa tertarik bahkan melebihi sekolahan elit, yang sering aku kunjungi tanpa sebuah kehidupan. Namun sepertinya kali ini akan jauh lebih menarik ketika ada dia!" ucap Lafi. Ia kini berjalan menuju pulang ke rumahnya yang sudah seminggu iya pindah dari Jakarta ke ke kota D. Ia berjalan tanpa teman dan hanya butuh waktu sekitar satu jam dari sekolah untuk sampai ke rumah barunya yang cukup besar di kota itu. Lafi termasuk keluarga yang berada, hingga ia bisa dengan mudah berpindah-pinda tempat tinggal ataupun sekolah. Mengingat dirinya hidup tanpa kedua orang tua yang utuh. Ia hanya tinggal dengan kakek neneknya yang saat ini berada di kotanya. ******* Di tengah lapangan ada terdapat orang-orang yang tengah bermain sepakbola begitu ramai, para penonton yang melihat permainan itu di sore hari kerjanya tidak jauh dari lapangan itu Maria tengah duduk dengan adiknya nya tengah bermain dihadapannya. "Aku harap tahun ini ... aku bisa bermain jauh lebih baik lagi! Kira-kira Kegiatan apa yang bisa menghasilkan uang," gumam Maria. Ia menopang dagunya memikirkan hari esok atau kehidupannya yang sedang mengingat dirinya memang belum mengikuti kegiatan apapun di sekolah barunya. Sementara Maria bergelut dengan pikirannya adiknya yang tengah bermain bola menggunakan plastik, yang digulung-gulung oleh Maria buatannya kini terlempar tepat ke arah Maria. Maria terkejut, ia lalu tersenyum melihat kedua adiknya yang tertawa menertawakannya. Setelah cukup puas bermain bersama di tengah orang-orang yang dengan bersuara menyoraki para pemain yang sesungguhnya. Lain dengan Maria, ia tertawa menertawakan adik-adiknya yang bermain dengan sangat ria, baginya jauh lebih menyenangkan ketika melihat kedua adiknya bermain, dari pada melihat permainan yang sesungguhnya yang ada di hadapan mereka. Setelah itu mereka pulang ke rumahnya dengan suasana hati yang bahagia setelah bermain cukup lama di di lapangan bola. Di malam hari selalu belajar, meski sudah tidak cukup waktu untuknya. Jika harus belajar di tengah malam tidur dan terbangun juga di sepertiga pagi. Kegiatan yang sering ia lakukan kini membuatnya terbiasa melakukannya. Hingga saat ini, dia sudah tidak mengantuk lagi selama di sekolah. Lain dari awal dia sering begadang dan bangun lebih pagi. Maria lebih banyak tertidur di dalam kelas meski sangat sering sekali, Maria mendapatkan hukuman dari gurunya karena tertidur di dalam kelas. Namun ia menjalani dan melewati kehidupannya tanpa berkeluh kesah ataupun protes, dengan apa yang sering kali dialaminya tanpa sesuai dengan harapannya ataupun kehidupan yang sesungguhnya. Yang kebanyakan diinginkan oleh para wanita atau gadis seusianya. Adalah hidup bermanja dan di manja oleh kehidupannya. Seperti halnya gadis lain di manja oleh kedua orang tuanya atau memang kehidupannya yang memadai mereka untuk bermanjakan diri sendiri. Maria bahkan jauh dari kata seharusnya. Namun tidak menyurutkan semangat hidupnya yang justru membuatnya menjadi sosok gadis muda nan cantik tanpa rekayasa kebaikan dan kecantikannya. Maria tumbuh menjadi seorang gadis yang cukup cantik dan ceria bagi kebanyakan wanita yang tanpa hidup bergelimpangan hartapun. Tahun ajaran baru di mulai. Kehidupan Maria jauh lebih baik setelah dirinya kini duduk tepat di bangku kelas 11, Meski tidak mudah baginya melewati waktu sekolah di tahun pertama ia berada di sekolah menengah atasnya. Ia begitu sangat ceria dalam hal apapun bahkan sekarang dia jauh lebih dekat dan akrab dengan sodaranya Boyan dan juga sahabatnya Topan. Dan juga seorang pemuda tanpan di sekolah itu yang bernama Lafi, yang setiap kali selalu mencari perhatian agar bisa lebih dekat dengan Maria. Ia sekarang jauh lebih dekat dengan Maria, apalagi di kelas 11 juga mereka satu kelas lagi. Begitupun dengan teman sebangkunya Ani yang kini pergi dan tanpa duduk di samping Maria lagi. Ia sudah tidak tahan dan tidak kuat jika harus duduk dengan orang yang bahkan setiap detiksetiap waktu selalu acuh padanya. Mengingat Maria yang setiap kali masuk ke kelas meski jam pelajaran belum dimulai. Maria hanya tertidur di dalam kelas dan bangun saat jam pelajaran dimulai. Tanpa menyempatkan waktu untuk bersepah atau berbicara dengannya selama duduk bersama dengan dirinya. Baginya hanya akan sangat menyia-nyiakan waktunya ketika dia duduk atau mendekatkan dirinya dengan seseorang tanpa menghasilkan sesuatu. Ani akan pergi dengan sendirinya, sesuai apa yang dipikirkan oleh Maria, yang telah diberitahu oleh salah satu teman sekelasnya. Tentang sifat Ani yang di luar dari pemikiran orang lain. Maria kini tersenyum dengan bebas, bahkan dia sangat bahagia ketika dirinya kini tidak duduk bersama dengan gadis yang justru mencari keuntungan kepada dirinya. Saat ini Maria tersenyum dengan nafas lega, saat ia duduk dan memperhatikan kelas barunya di kelas 11. Tiba-tiba ada seorang pria yang duduk di bangku sebelahnya. Maria terkejut dan ia mengerutkan dahinya ketika melihat pria itu adalah pria yang selama ini cukup menyebalkan bagi Maria. Baginya terlalu banyak berbicara bagi seorang pria yang kebanyakan atau sering meriah temui. Pria yang selama 1 tahun ini selalu berbicara dan mengganggunya setiap waktu kini duduk tepat di samping Maria Maria mengerutkan dahinya dan memasang wajah cemberut melihat kearah lafi yang kini tersenyum melihat Maria. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Maria dengan tegas. "Kamu tidak lihat kalau aku sedang duduk di sini kan? Lagi pula ini kelasku juga aku bebas duduk di mana pun yang aku suka," jawab Lafi dengan senyum di wajahnya pria yang cukup tampan itu, sangat murah senyum ketika berhadapan dengan Maria. Namun tidak kepada orang-orang sekitarnya Lafi lebih banyak acuh dan menjawab seperlunya saja, jika ada yang bertanya kepadanya atau hanya sekedar menegur sapa. Hal itulah yang membuat Maria tampak sama sekali tidak disukai oleh para gadis di kelasnya ataupun di kelas lainnya. Meski Maria tahu adalah hal yang tidak baik, jika disampingnya itu duduk tepat bersamanya Lafi. Karena akan banyak sorot mata yang memusuhinya dari gadis-gadis yang mengagumi pria yang kini duduk di samping Maria. "Sebaiknya kamu cari bangku kosong yang lain! Jangan duduk denganku!" ucap Maria. Maria mendorong Lafi untuk pergi, jangankan pergi dari tempat duduknya, Lafi bahkan tidak merubah posisinya dari senyumnya ke arah meriah. Maria mengerutkan dahinya, ia tampak kesal kepada pemuda yang kini duduk tepat berada di sampingnya itu, yang malah tersenyum kepada dirinya. "Dasar gila!" cerut Maria. Ia berpaling dan berjalan menghampiri saudaranya Boyan, yang kini duduk di kursi paling depan jauh darinya. Ia kini duduk tepat di samping Boyan dengan hentakan yang keras dan memasang wajah yang cemberut. Boyan mengerutkan dahinya ia bahkan terkejut ketika melihat saudarinya dalam suasana hati yang tidak baik duduk di sampingnya. "Ada apa denganmu?" tanya Boyan dengan rasa penasarannya kepada saudaranya itu. "Aku malas duduk di tempat duduk ku. Lihatlah akan ada banyak serangan mata tidak suka kepadaku jika pria itu duduk tepat disamping aku," jawab Maria sesekali ia mengarahkan pandangannya ke arah pria yang kini duduk tepat di kursinya. "Sudahlah! Dia itu temanku kok. Begitu saja dengannya akan jauh lebih baik, kamu duduk tidak akan ada lagi yang berusaha mendekatimu dengan alasan bermuka dua seperti yang tahun lalu seseorang lakukan padamu," ucap Boyan memberi semangat kepada saudaranya itu. "Tapi dia bukan pria biasa kan! Lihatlah, begitu banyak gadis yang menyukainya. Lalu kenapa dia malah duduk denganku? Bisa berabe dan bisa membuatku pusing. Jika dia duduk tepat bersama denganku," balas Maria dengan malas. Boyan tersenyum, ia melihat Maria yang kini menundukkan kepalanya bersandar di atas mejanya. Maria bahkan terlihat tidak bersemangat ketika duduk yang hanya ditempat oleh Boyan saja. Meski Maria tidak menyukai duduk bersama dengan Lafi, namun ia kini duduk di samping pria itu tanpa menghiraukannya, dan kini ia sedang belajar mengikuti pelajaran yang baru dan pembukaan pertama dari wali kelas barunya itu. Saat jam sekolah mulai istirahat. Maria hanya berdiam diri didalam kelas saja. Namun saat ia tengah terdiam ada seorang wanita teman sekelasnya berteriak dengan kegirangan, ketika mereka memasuki kelasnya membuat Maria merasa risih dan terganggu. Hingga ia kini membuka kedua matanya dan melihat apa yang terjadi dengan teman sekelasnya itu. "Gila ... di sana itu ada pria yang sangat tampan sekali! Bahkan dia lebih tampan dari yang biasa kita lihat anak-anak sekolah ini," ucap seorang gadis kepada temannya. "Iya ... dia memang tampan dan juga terlihat cool! Aku sangat penasaran siapa dia ya? Dia sepertinya murid baru di kelas 11 Ayo kita lihat ya ke sana!" ajak seorang gadis lagi. Maria mengerutkan dahinya, ia bahkan tidak menghiraukan pembicaraan para gadis itu. Namun dia lupa bahwa di sampingnya ada teman sebangkunya bahkan masih ada seorang pria yang justru tersenyum kepada Maria. "Apa kamu tidak penasaran dengan pria tampan yang baru masuk sekolah ini itu?" tanya Lafi tersenyum kepada Maria. Maria melirik sekilas kearah Lafi yang tiba-tiba berbicara kepadanya, ia melupakan teman sebangkunya itu yang memang sangat banyak berbicara, jika sedang berhadapan dengannya. Maria mengedikan bahunya lalu, ia tertidur menutup kedua matanya untuk menghindari Lafi, dengan malasnya ia menanggapi begitu banyaknya pertanyaan dari Lafi. Pemuda yang setiap kali bertemu dengannya pasti akan berbicara banyak dan tidak pernah berhenti nya bertanya. Lafi yang mendapati Maria mengacuhkannya. Ia hanya tersenyum tipis namun tidak mengurangi kekagumannya kepada gadis yang kini tertidur tepat di hadapannya di atas meja. Dengan sangat manis terlihat oleh Lafi yang memang menyukai Maria. Pemuda itu tidak keluar dari kelasnya, namun Boyan menghampirinya dan duduk tepat di bangku di hadapan Maria dan Lafi. Ia duduk tersenyum kearah lebih yang memang adalah temannya. "Kenapa? Dia menyebalkan ya?" tanya Boyan. "Tidak! Dia bahkan menyenangkan menurutku," jawab Lafi dengan senyum tipisnya. "Ya ... dia lain dari gadis yang lain. Lihatlah dia tertidur tanpa menjaga image seorang wanita, tidur di depan seorang pria yang bahkan belum ia kenali atau tidak dekat sama sekali. Dia memang tidak waspada, tapi tidak akan ada yang berani menyakitinya karena dia sangat galak, hahaha," balas Boyan. "Jangan berisik! Nanti singa betina itu akan terbangun jika mendengar suaramu," ucap Lafi pelan dan tersenyum ke arah Boyan. "Baiklah! Ayo kau tidak pergi keluar kita cari makan!" ajak Boyan kepada Lafi. Namun Lafi menggelengkan kepalanya menolak ajakan Boyan, yang mengajaknya untuk keluar dari kelas. Setelah temannya itu keluar dari kelasnya, Lafi hanya memasangkan headset di telinganya dan mendengarkan lagu, sembari ia memainkan game di ponselnya menemani Maria yang tertidur di dalam kelas. Dan tidak ada murid lain di dalam kelas itu yang menemani mereka berdua. Meski di luar ada acara penyambutan siswa-siswi baru. Namun Maria dan Lafi sama sekali tidak tertarik akan hal itu dan memilih berdiam diri di dalam kelas saja. Meski tahu itu ada hal yang menarik untuk ditonton, adalah acara di mana penerimaan murid baru. Dimana memang selalu ada hal-hal baru yang akan dilakukan oleh senior-senior dalam membimbing murid baru. Dengan hal yang tidak masuk akal seperti halnya yang dilakukan oleh tahun lalu, namun tidak ada ada yang membuat keduanya tertarik dan memilih untuk berdiam diri saja di dalam kelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD