Bab 9. Desiran Aneh

1173 Words
Jantung Sasha seolah berkejaran merasakan sensasi aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ini adalah pertama kalinya ia bisa melihat wajah tampan sang pujaan dari jarak sedekat ini. Masalahnya, Gala benar-benar tidak menyadari jika sentuhan tangannya pada puncak kepala Sasha, membuat gadis itu rasakan debaran yang belum pernah dirasakannya. “Om—“ “Sstt ….” Gala spontan menghentikan gerak bibir Sasha dengan telunjuknya yang semakin membuat Sasha merasakan panas dingin. “Kamu tadi bilang laper, kan? Ayo kita cari makan.” Suara berat nan maskulin Gala, seolah mampu menghipnotis Sasha untuk mengikuti semua perintah Gala. Ia bahkan spontan mengangguk tanpa lepaskan tatapannya dari sang pujaan. “Kalau gitu, ayo pergi,” ajak Gala sambil menautkan jemarinya pada pundak Sasha dan menggiring gadis itu berjalan keluar. Awalnya Sasha memang bersorak gembira atas perubahan sikap Gala yang terkesan mendadak romantis ini. Ia juga menikmati setiap detik yang berlalu ketika Gala merangkulnya berjalan menuju pintu keluar dari toko buku. Hanya saja, kebahagiaan Sasha langsung sirna, saat ia menyadari kebodohannya. Matanya tak sengaja menangkap sosok Karin di ujung sana yang ternyata telah mengamati gerak-gerik Gala dengan raut penuh kebencian. Sasha baru sadar jika dirinya dijadikan alat oleh Gala supaya Karin cemburu. Bodohnya lagi, ia hanya bisa pasrah dalam rangkulan Gala tanpa bisa protes. Benar saja, Gala langsung melepaskan tangannya dari pundak Sasha begitu mereka sampai di depan mobil. Gala bahkan kembali ke mode cueknya ketika mereka hanya berdua. “Ayo masuk mobil!” ajak Gala yang berjalan lebih dulu meninggalkan Sasha. Hanya saja, Sasha yang menyadari sikap romantis Gala ternyata hanya untuk membuat Kari kepanasan, ia langsung mendadak kesal. Bibirnya bahkan mengkerucut maju dengan kedua tangan terlipat di depan d**a. Dia bahkan tidak mengikuti Gala untuk masuk ke dalam mobil dan tetap berdiri di tempatnya. Gala yang baru saja memasang sabuk pengaman, baru menyadari jika gadis yang digandengnya tadi tidak turut masuk ke dalam mobil. Dia melihat sekeliling dan baru menyadari jika Sasha masih berdiri di sana dengan raut cemberut. “Astaga! Ngapain sih tuh bocah berdiri di sana?” Tak mau repot-repot turun dari mobil, Gala mengklakson mobilnya berharap Sasha paham dengan maksudnya. Namun, bukannya mendekat dan masuk ke dalam mobil, Sasha justru semakin merengut dan berjalan pergi menjauhi mobil Gala. “Ngapain lagi sih tuh bocah?” Gala berdecak kesal sambil melepas sabuk pengamannya. Mau tidak mau, ia turun dari mobil dan mengejar gadis itu. “Sha!” Gala menangkap pergelangan tangan Sasha mencoba menghentikan langkah gadis itu. “Apa sih, Om?” Rengutan Sasha semakin kentara ketika Gala menatapnya. “Kamu ngapain marah?” Sasha sendiri tidak mengerti kenapa dirinya menjadi sangat kesal saat tahu sikap romantis Gala ternyata hanya untuk membuat Karin cemburu. Padahal, dari awal ia sudah sepakat dengan perjanjian yang Gala tawarkan. Hanya saja, Sasha tidak bisa menutupi rasa kesalnya. “Om pikir sendiri, deh!” ucap Sasha sambil melepaskan tangan Gala darinya dan langsung melangkah menjauhi pria itu. “Astaga!” Gala berkacak pinggang sambil mendengkus. Entah karena bodoh, atau pura-pura bodoh, Gala benar-benar tidak mengerti atas dasar apa Sasha bisa semarah ini. “Sha! Kita mau fitting baju. Waktuku gak banyak!” teriak Gala karena Sasha sudah jauh darinya. Dia mencoba mengingatkan tujuan mereka dan berusaha menghentikan Sasha tanpa mengejarnya. “Ogah! Om fitting baju aja sana sendiri sama kucing!” balas Sasha dengan teriakan yang sama tanpa repot-repot berhenti ataupun menoleh. “Giliran fitting baju aja bilangnya gak ada waktu. Tapi giliran mantau wanita itu, bisa berlama-lama!” omel Sasha sambil terus berjalan tanpa berhenti. “Astaga! Belum jadi istri aja udah bikin aku repot kayak gini,” keluh Gala sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Gala lantas berbalik, hampir kembali ke mobil. Namun, sadar jika Sasha mungkin saja bisa mengadu ke Nadia, ia buru-buru memutar badan dan kembali mengejar Sasha. “Sha?” panggilnya sembari berusaha mensejajari langkah gadis itu yang telah berjalan menuju trotoar. “Sha?” Gala kembali memanggil karena Sasha tidak menyahut. Menoleh pun tidak. Kesal karena merasa diabaikan, Gala malah mengambil tindakan yang benar-benar tidak pernah dipikirkannya. Entah inisiatif dari mana, Gala tiba-tiba menggendong tubuh kecil Sasha hingga membuat gadis itu mendelik kaget. “Om!” teriak Sasha yang terkejut mendapat perlakuan mengejutkan dari Gala. “Apa?” jawab Gala santai tanpa turunkan gendongannya. Ia bahkan tidak merasa kesulitan sama sekali saat menggendong tubuh Sasha menuju arah moobil. Jelas tidak ada pilihan untuk Sasha selain menurut. Mau memberontak pun, tenaganya tidak akan bisa menandingi Gala. Buktinya, dari tadi ia hanya bisa menendang-nendang udara saat berusaha menolak gendongan Gala. “Turunin, Om!” teriaknya mencoba protes. “Enggak! Entar kamu kabur lagi.” Akhirnya, tak ada pilihan bagi Sasha selain menuruti kemauan Gala. Hanya saja, sadar menjadi pusat perhatian untuk segelintir orang yang turut berada di sekitar, membuat Sasha spontan menenggelamkan kepalanya pada d*da Gala. “Om, malu dilihatin orang-orang,” ucapnya. Gala yang sama sekali tidak merasakan kesulitan saat menggendong Sasha, semakin mempercepat langkah tanpa menggubris teriakan Sasha. “Ngapain ngurusin orang lain.” Setelah berhasil mencapai mobil, Gala segera membuka pintu mobil tanpa turunkan Sasha dari gendongannya. Ia lantas meletakkan gadis itu di bangku penumpang tanpa kesulitan yang berarti. “Udah. Kamu duduk diem di sini!” Perintah Gala seolah tak bisa terbantahkan, meski Sasha ingin sekali menolak. Ia hanya pasrah duduk dan menunggu laki-laki itu masuk ke dalam mobil. Munafik jika Sasha tidak menikmati perlakuan yang diberikan Gala barusan. Apalagi berada dalam gendongan Gala, adalah sesuatu hal yang tidak pernah Sasha bayangkan sebelumnya. Hanya saja, ia tidak bisa mendefinisikan perasaannya sekarang. Semuanya terlalu bercampur aduk dalam otaknya. “Pernikahan kita akan berlangsung beberapa hari lagi. Kamu masih aja bersikap kekanak-kanakan?” Kalimat pertama yang keluar dari mulut Gala ketika pria itu sudah berada di bangku pengemudi, seketika membuat Sasha merengut kembali. “Ngapain kamu pake kabur kayak tadi?” “Dasar laki-laki gak peka!” gumam Sasha pelan sambil melengos ke arah jendela mobil. “Apa? Barusan kamu bilang apa?” Gala yang tidak begitu jelas mendengar keluhan Sasha langsung mempertanyakan. Hanya saja, gadis itu masih betah dengan rengutannya dan masih enggan menatap Gala. Entah kenapa, sikap Sasha justru membuat Gala tersenyum samar. Raut kesal yang ditunjukkan Sasha justru terasa menghibur bagi Gala. Ia jadi punya ide jahil lainnya. “Sha di pundak kamu ada laba-laba!” teriak Gala sambil berlagak terkejut menunjuk pundak kanan Sasha. “Aaa!!!” Sasha spontan berteriak sambil mengibas-ngibaskan tangannya pada pundak sambil bergeliat ke kanan dan kiri. Sasha merasa geli. Awalnya senyuman Gala semakin melebar karena merasa berhasil mengerjai gadis itu. Hanya saja, ia tidak menyadari jika ketakutan Sasha justru membuat jiwanya terancam. Bagaimana tidak, gadis itu spontan melompat ke pangkuan Gala setelah bergerak ke kanan dan kiri. “Om! Di mana, Om! Buangin!” teriak Sasha masih panik karena belum menyadari kejahilan Gala. Baru beberapa detik, mereka baru menyadari jika tidak ada lagi jarak di antara mereka. Wajah mereka bahkan sangat berdekatan hingga bibir mereka hampir saja menempel. Baik Gala maupun Sasha, mereka sama-sama saling terpaku, menatap lawan jenis di hadapannya. Anehnya lagi, Gala merasakan sengatan aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya karena sentuhan tangan Sasha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD