Festival Bunga

3040 Words
    “Tuan Archie, Nona tidak membutuhkan perlindungan.” Vyra pada akhirnya turun tangan dan membuat Reina tersenyum tipis, karena mengira Vyra yang membantu dirinya menyingkirkan Archard dari hadapannya.     “Tapi Nona membutuhkan teman untuk menikmati festival bunga yang akan kami kunjungi,” lanjut Vyra membuat Reina benar-benar ingin memukul punggung pelayannya itu dengan keras.         Karena ucapan Vyra yang membocorkan rencana kunjungan Reina ke festival bunga, Archard pun mengikuti kepergian Reina. Hal itu sungguh membuat suasana hati Reina memburuk. Padahal, sebelumnya Reina merencanakan untuk menghabiskan waktunya dengan tenang, sembari mencari peluang bisnis baru. Sebagai seseorang yang sejak kecil belajar mengenai mengembangkan bisnis, tentu saja Reina tidak bisa menghabiskan waktu begitu saja, tanpa memikirkan cara untuk melebarkan sayap bisnisnya. Meskipun hal itu membuat Reina terlihat perhitungan dan mata duitan, tetapi Reina tidak peduli. Pada dasarnya, semua manusia memang dilahirkan seperti itu, bukan? Hal yang membedakan adalah cara mereka memuaskan hasrat mencari uang.     Apakah mereka menggunakan cara yang jujur, atau malah menggunakan cara yang merugikan orang lain. Namun, Reina tidak memilih di antara keduanya. Reina memilih untuk menjadi pebisnis yang cerdas dan fleksibel. Ia bisa menjadi seorang pebisnis yang jujur ketika berhadapan dengan rekan yang jujur, tetapi akan berubah menjadi sosok yang licik begitu orang yang berhadapan dengannya juga adalah orang yang licik. Semua itu tentu saja Reina pelajari di bawah didikan kepala pelayan sudah lama berpulang. Hal itu yang membuat Reina bisa sukses berbisnis dan menjadi orang yang memiliki kuasa serta tidak mudah dibodohi oleh orang-orang yang lebih dewasa daripada dirinya.     Karena kemampuan itu pula, Reina sudah terbiasa mengeleminasi orang-orang yang berada di sekitarnya. Benar, Reina terbilang sering mengeleminasi orang-orang yang ia anggap tidak akan bermanfaat jika berada di sekitarnya. Reina akan mendorong orang itu menjauh, ketika dirinya tidak mendapatkan manfaat apa pun saat berinteraksi dan memiliki relasi dengan orang itu. Didasari oleh hal itulah, Reina tidak memiliki rasa nyaman ketika bersama dengan Archard. Reina selalu ingin mendorong Archard menjauh karena dirinya memiliki firasat, jika Archard bukanlah seseorang yang akan membawa dampak positif, entah bagi dirinya sendiri atau bagi bisnisnya.     “Nona, jangan memasang ekspresi seperti itu. Nona terlihat menyeramkan,” bisik Vyra pada Reina yang sejak tadi memang memasang ekspresi buruk ketika berjalan menyusuri hamparan bunga.     Dalam acara festival bunga ini, para petani bunga akan membuka kebun mereka dan membiarkan para pengunjung untuk menikmati keindangan bunga secara bebas. Selain itu, taman desa dan perbukitan akan sepenuhnya dihiasi oleh bunga-bunga berbagai jenis dan warna yang bermekaran menebarkan keharumannya ke sepenjuru desa. Ini adalah kali pertama Reina mengunjungi acara festival seperti ini. Dan semula, Reina berharap jika dirinya akan mendapatkan sebuah kenangan yang menyenangkan, dengan bonus ide untuk bisnis barunya. Sayangnya, karena adanya Archard dan Nero yang mengikutinya, membuat Reina benar-benar tidak bisa menikmati keindahan bunya yang berada di hadapannya dengan leluasa. Hal itu membuat Reina memasang ekspresi masam, yang sebenarnya membuatnya tampak imut untuk dipandang.     “Aku tidak akan seperti ini, jika kau tidak berbicara secara sembarangan, Vyra,” bisik Reina menyalahkan Vyra atas suasana hatinya yang memburuk ini.     “Nona, saya tidak mengatakan hal yang sembaranga. Saya mengatakan hal yang sesungguhnya. Tuan Archie memang tidak bisa mengikuti kita untuk mengawal Nona, tetapi dia bisa ikut dengan dalih menemani Nona. Jadi, di mana letak kesalahanku, Nona?” tanya Vyra berpura-pura tidak mengerti dengan kemarahan yang tengah dirasakan oleh nona mudanya. Namun, di dalam hati Vyra mulain menyusun rencana. Ia jelas ingin membuat nonanya ini semakin dengan tuan Archie yang sejak tadi sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sang nona.     Dalam hati Vyra mengakui, jika nona mudanya memang sangat indah. Bahkan keindahannya sama sekali tidak sebanding dengan keindahan bunga-bunga yang mengelilingi mereka. Baiklah, sekarang Vyra sudah meneguhkan hatinya. Dengan cara apa pun, ia akan membuat pria itu menjadi milik nonanya. Vyra melirik pria yang melangkah di belakang Archard, Vyra mengingat jika ia mengenalkan diri sebagai Nero. Rupanya cukup tampan, tubuhnya tinggi dan tegap. Meskipun tidak menyebutkan posisinya apa, dari tindakannya, Vyra bisa menyimpulkan jika Nero adalah seorang bawahan yang patuh. Sepertinya, Vyra harus mengajak pria itu untuk bekerja sama menyatukan tuan dan nona muda mereka. Bukankah kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan untuknya juga?     Merasakan tatapan Vyra yang tertuju padanya, Nero pun menoleh dan mendapati Vyra yang masih menatapnya dengan lekat. Bukannya merasa malu karena tertangkap basah tengah menatapnya, Vyra malah memasang senyum lebar seolah-olah dirinya tidak merasa malu. Nero jelas terkejut. Biasanya, para gadis muda akan bertindak malu-malu berhadapan dengannya dan sang tuan. Namun, Reina dan Vyra benar-benar berbeda. Keduanya bertingkah alami, seolah-olah tidak menyadari pesona Archard dan Nero. Hal itu membuat Nero bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa mungkin mereka tidak tertarik dengan pesona yang dimiliki oleh Archard dan dirinya, atau mungkin mereka tidak menganggap Archard dan dirinya sebagai pria?     Nero kembali menatap Vyra yang lagi-lagi memasang senyuman yang begitu cantik hingga matanya menyipit dan ikut tersenyum. Tanpa terduga, jantung Nero berdegup dengan sendirinya dan membuat wajah Nero memerah seketika. Vyra yang melihat hal itu mengernyitkan keningnya dan secara spontan bertanya, “Apa Tuan Nero sedang sakit?”     Pertanyaan yang diajukan oleh Vyra tersebut membuat perjalanan rombongan kecil itu terhenti. Baik Reina maupun Archard sama-sama menatap Nero yang memang masih memerah. Reina pun berkata pada Archard, “Sebaiknya kalian kembali saja. Apalagi, bawahanmu tampaknya terlihat kurang sehat, Tuan Archie.”     Mendengar nama panggilan yang digunakan Reina untuk Archard. Wajah Nero tiba-tiba memucat. Ia menatap Reina dan Archard yang saling berpandangan dengan netra yang membulat. Tunggu, apa dirinya salah dengar? Tuannya membiarkan nona cantik itu menggunakan nama panggilan keramat itu? Wah, itu adalah keajaiban. Sekedar informasi, Archard sama sekali tidak membiarkan siapa pun kecuali ibunya menggunakan nama itu untuk memanggilnya. Bahkan, Archard tidak membiarkan sang ayah untuk menggunakan nama panggilan itu untuk memanggilnya. Lalu, sekarang Reina malah memanggil Archard dengan sangat leluasa menggunakan nama kecilnya yang terasa sangat manis itu?     Sungguh ini terasa tidak masuk akal bagi Nero. Namun, saat melihat netra keemasan Archard yang berbinar ketika mendapatkan panggilan manis itu dari Reina, Nero pun sadar jika tuannya ternyata benar-benar jatuh hati pada sang nona muda yang memiliki keindahan yang setara dengan bunga-bunga yang bermekaran di sekitar mereka. Nero tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya yang terkejut dan hal itu menggerakkan Vyra untuk mendekat dan meletakkan punggung tangannya pada kening Nero. Jelas saja, Nero yang mendapatkan perlakuan tersebut merasa sangat terkejut. Ia menatap Vyra dengan netra membulat. Sementara Vyra sendiri tidak terlihat terganggu dengan kedekatannya dengan Nero.     “Tidak panas, tetapi kenapa warna wajahmu berubah-ubah terus? Tadi memerah, lalu memucat. Dan oh, sekarang kembali memerah! Apa kau memiliki riwayat suatu penyakit?” tanya Vyra saat pipi Nero kembali memerah.     Reina menghela napas panjang saat melihat tingkah Vyra yang benar-benar tidak peka. Saat ini, Reina bahkan bisa dengan mudah menilai jika Nero memerah bukan karena demam. Melainkan karena malu sebab kedekatannya dengan Vyra. Reina pun berbalik dan memilih untuk melanjutkan perjalanannya. Tentu daja, Archard mengikuti langkah Reina yang ternyata ke luar dari kebun dan memasuki area dagang para pedagang yang menjajakan hasil kebun. Reina terkejut saat tiba-tiba Archard menarik tangannya, semakin terkejut saat melihat Arcahrd yang menutupi sebagian wajahnya menggunakan jubah. Sebelum Reina bertanya mengenai apa yang terjadi, Archard sudah lebih dulu menegur Reina.     “Kau harus lebih hati-hati, Reina. Kau tadi hampir tersenggol kuda yang tengah berlari dengan kecepatan tinggi!” seru Archard sembari mencengkram bahunya dengan agak kuat.     Reina meringis. “Kau menyakitiku,” ucap Reina lalu Archard pun sadar. Ia menghela napas dan melepaskan cengkraman tangannya pada bahu Reina.     “Maafkan aku,” ucap Archard penuh penyesalan. Kedua netra Archard tampak meredup seolah-olah menunjukkan betapa dirinya menyesal dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya.     Reina mengepalkan kedua tangannya. Bukan karena dirinya merasa marah pada Arcahrd. Namun, karena Reina merasa tingkah Archard di hadapannya ini sungguh menggemaskan. Archard tampak seperti anjing kecil yang tengah meminta maaf atas kesalahan yang ia lakukan. Rasanya, Reina ingin menepuk puncak kepala Archard dan mengelus helaian rambut hitam legamnya yang mengintip dari balik jubah yang ia kenakan. Namun, Reina sadar jika dirinya tidak boleh melakukan hal itu. Jika dirinya sampai melakukan hal itu, tentu saja itu terasa sangat memalukan. Membayangkannya saja sudah terasa sangat sulit bagi Reina.     Reina berdeham. “Tidak perlu. Aku berterima kasih atas tindakanmu sebelumnya. Jika terlambat, aku pasti akan terluka,” ucap Reina berusaha mengerti atas tindakan refleks yang sudah dilakukan oleh Archard.     Tentu saja ucapan terima kasih Reina sangat wajar dan benar untuk dilakukannya. Jika saja tadi Archard terlambat sedikit saja, Reina pasti sudah terluka parah. Bahkan tidak ada yang bisa menjamin jika dirinya akan selamat jika tertabrak oleh kuda yang berlari dengan kecepatan tinggi seperti itu. Jadi, Archard sudah mengambil tindakan refleks yang sudah menyelamatkan dirinya dari situasi yang berbahaya tersebut. Archard menatap Reina dengan seksama. Keduanya saling bertatapan untuk beberapa saat. Netra keemasan dan netra hijau beradu, tampak saling mengagumi keindahan netra lawan mereka.     “Kalau begitu, bagaimana jika kau memberikan aku hadiah untukku sebagai ucapan terima kasih?” tanya Archard.     Reina menelengkan sedikit kepalanya karena mendengar pertanyaan tidak tahu malu yang diajukan oleh Archard padanya. Entah kenapa, saat ini Archard merasa kesal dengan tingkah Archard. Rasanya, ia ingin mencabut ucapan terima kasih yang sebelumnya ia katakan pada Archard. Namun, Reina memilih untuk melayani Archard. Ia bertanya, “Memangnya apa yang kau inginkan, Tuan Arhcie?”     Archard menyeringai tipis sebelum menjawab, “Bagaimana jika sebuah kecupan?”     Reina mengembangkan senyumannya lalu berkata, “Sepertinya, aku harus memanggil kuda yang tadi dan memintanya untuk memberikan kecupan untukmu, Tuan Archie.”       **             “Apa?” tanya Helio sembari mengernyitkan keningnya.     Helio menatap Franz yang baru saja memberikan beberapa dokumen di atas meja kerja Helio. Franz tersenyum tipis dan mengulang apa yang sudah ia katakan. “Tuan Duke Baxter meminta cuti hari ini,” ucap Franz.     “Cuti?” tanya Helio lagi merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar.     Rasa tidak percaya yang ditunjukkan oleh Helio sebenarnya sangat wajar karena selama ini Archard sama sekali tidak pernah meminta cuti walaupun selelah apa pun dirinya. Archard selalu mencintai pekerjaannya dan gila untuk menyelesaikan pekerjaannya sesegera mungkin. Namun, kali ini Archard secara mengejutkan meminta cuti dari pekerjaannya sebagai seorang Duke. Memang, ini adalah hal yang wajar bagi Archard meminta cuti, apalagi sebelumnya ia tidak pernah meminta izin sama sekali. Jika kali ini Archard meminta cuti selama satu tahun pun, masa libur yang selama ini selalu diabaikan oleh Archard masih belum habis digunakan olehnya. Namun, hal yang membuat Helio bertanya-tanya adalah, alasan mengapa Archard mengambil cuti seperti ini?     “Kenapa dia mengambil cuti seperti ini?” tanya Helio lagi.     “Saya tidak tahu Yang Mulia, tetapi semua pekerjaan yang sudah Tuan Duke telah diselesaikan,” jawab Franz membuat Helio semakin mengernyitkan keningnya.     Helio merasa penasaran, ke mana perginya Archard pergi dan kenapa dirinya mengambil cuti seperti ini. Namun, Franz sama sekali tidak membiarkan Helio untuk memikirkan hal itu lebih lama. Helio memiliki pekerjaan yang lebih penting daripada hal itu. Karena itulah, Farnz berkata, “Yang Mulia, Anda harus segera membaca laporan pajak dari daerah barat. Laporan pajak dari kerajaan Isel juga sudah datang. Yang Mulia harus segera meneken segel mengenai kebijakan yang kemarin didiskusikan dalam rapat.”     “Tapi kita belum mendapatkan kesepakatan dari rapat tersebut. Aku merasa, menaikan pajak para petani akan membuat rakyat kita semakin terdesak. Mereka akan makin kesulitan. Kita tidak boleh gegabah untuk mengambil kebijakan ini,” ucap Helio tidak setuju saat dirinya didorong untuk segera meneken segel yang artinya menyetujui kebijakan baru yang kemarin baru saja didiskusikan bersama para bangsawan tingkat tinggi dan para menteri. Itu rapat yang serupa dengan adu argument yang terasa sangat alot dan memusingkan bagi Helio yang menjadi pemimpin rapat. Rasanya, Helio tidak ingin mengulang rapat, tetapi pada kenyataannya Helio harus mengulang rapat yang bahkan belum menemukan kesimpulan yang paling layak.     Helio sebelumnya juga sudah mendiskusikan hal tersebut dengan Archard. Setelah diskusi tersebut, Archard ternyata memiliki pandangan yang sama dengan Helio mengenai kebijakan yang jelas akan membuat rakyat biasa semakin kesulitan. Kebijakan yang dimaksud oleh Helio ini adalah masalah mengenai pajak yang akan diberlakukan bagi para petani dan para pedagang kecil. Sebelumnya, pajak memang sudah diberlakukan untuk mereka, demi membuat semua orang merasa adil mengenai masalah pajak. Namun, pajak yang diberlakukan bagi rakyat biasa memiliki nominal yang jauh lebih kecil daripada pajak yang diberlakukan oleh para bangsawan.     Selama ini, para rakyat biasa menunjukkan jika mereka taat dalam membayar pajak. Bahkan, mereka bisa menjadi percontohan bagi para bangsawan yang biasanya sangat lalai dalam membayar pajak. Namun, kali ini para bangsawan mengajukan jika nominal pajak yang harus dibayar oleh para rakyat dinaikkan. Tentu saja, bagi Helio dan Archard hal ini bukanlah perkara yang mudah. Mereka memikirkan pihak rakyat kecil yang jelas memerlukan ruang yang lebih luas mengenai masalah pajak. Sayangnya, baik Helio dan Archard ditekan oleh berbagai pihak masalah perpajakan ini.     “Yang Mulia semua ini sangat penting. Pajak yang kita naikkan juga bukan untuk kepentingan kita sebagai para petinggi atau para bansawan, ini juga untuk pentingan rakyat. Kita juga perlu menyiapkan dan membangun fasilitas yang akan membuat kehidupan rakyat semakin membaik. Selain itu, kita harus memperbaiki bangunan benteng serta waduk agar mencegah kerusakan yang menyebabkan kerugian yang lebih besar di masa depan nanti,” ucap Franz memberikan dorongan pada Helio untuk segera mengambil keputusan hal tersebut.     Helio masih tetap merasa ragu dengan keputusan yang rasanya sangat memberatkan bagi rakyat biasa. Helio yakin, jika dirinya harus mendiskusikan hal ini dengan Archard. Tentu saja hal tersebut sudah terbaca oleh Franz. Netra Franz berkilat seolah-olah tidak senang dengan apa yang saat ini tengah dipikirkan oleh Helio. “Yang Mulia, Anda harus segear mengambil keputusan. Anda tidak bisa bergantung terus dengan hasil diskusi Anda bersama Archard,” ucap Archard membuat Helio mengernyitkan keningnya dalam-dalam.     “Kau sendiri tahu bukan, aku melakukan hal ini karena masa depan kekaisaran. Pemimpin masa depan kita adalah Archard, dia yang akan menjadi kaisar. Tentu saja, sejak saat ini kita harus membuat Archard ikut serta dalam mengambil keputusan yang berkaitan degan kebijakan pemerintahan dan politik,” ucap Helio memberikan pembelaan.     “Namun, saat ini Yang Mulia yang menjadi kaisar. Yang Mulia, tidak perlu ragu untuk mengambil keputusan apa pun. Yang Mulia berhak menunjukkan jika Yang Mulia bisa memberikan keputusan yang tepat dan bijak selama sisa kepemimpinan Yang Mulia sebagai seorang Kaisar,” ucap Franz kembali memberikan dorongan pada Helio untuk segera memberi persetujuan atas kebijakan baru yang sudah didiskusikan bersama dengan para bangsawan.     Helio merasa bingung. Ia benar-benar tidak ingin membuat kebijakan yang membuat rakyatnya merasa terbebani. Namun, apa yang dikatakan oleh Faranz sebelumnya memang ada benarnya.Ada waduk dan benteng perbatasan yang perlu diperbaiki. Jika mereka menaikkan tariff pajak yang harus dibayarkan oleh rakyat biasa, maka uang hasil pajak tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki benteng dan waduk. Pajak yang ditarik akan kembali bagi kepentingan rakyat. Rasanya, kini Helio bisa mengambil keputusan sendiri. Sayangnya, Helio tetap berpikir jika dirinya harus berdiskusi dengan Archard untuk mengambil keputusan dari kebijakan tersebut.     “Aku tetap merasa perlu berdiskusi dengan Archard terlebih dahulu,” ucap Helio bersikukuh dengan apa yang ia pikirkan.     “Yang Mulia, Anda tidak boleh bertindak seperti ini. Yang Mulia tidak boleh terlalu lama menutup telinga Yang Mulia atas semua hal yang terjadi. Yang Mulia pasti mengetahui apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenai kepemimpinan Yang Mulia. Mereka, membicarakan Yang Mulia terus saja menanyakan pendapat Tuan Duke atas semua keputusan Yang Mulia akan ambil.”     Helio jelas tahu mengenai hal itu. Namun, Helio tidak merasa jika itu adalah hal yang memalukan. Helio memang perlu melakukan hal tersebut mengingat takhta yang harus ia berikan pada Archard di masa depan nanti. Karena itulah, Helio memang selalu melibatkan Archard. “Rasanya, itu tidak perlu dipikirkan karena itu memang hal yang seharusnya aku lakukan.”     “Tidak Yang Mulia. Anda harus bersikap tegas. Setidaknya, Anda harus menunjukkan betapa diri Anda bisa menjadi pemimpin yang baik selama sisa masa kepemimpinan Anda. Karena itulah, Anda tidak perlu merasa ragu untuk mengambil keputusan tersebut. Anda bisa membuktikan pada rakyat, jika Anda memang bisa mengambil keputusan yang terbaik. Mungkin, keputusan ini bisa membuat pergolakan di antara rakyat, tetapi Anda akan membuktikan jika keputusan menaikkan tariff pajak akan membuat kehidupan rakyat semakin membaik,” ucap Franz memberikan tekanan terakhir.     Helio menghela napas panjang dan memilih untuk memikirkan keputusan yang akan ia ambil lebih lama. Keningnya mengernyit dalam seakan-akan menimbang masalah hal ini secara seksama. Tentu saja Franz menatap dan mengamati secara teliti ekspresi serius yang ditampilkan oleh Helio saat ini. Helio pada akhirnya mengalah dan mengikuti apa yang disarankan oleh penasihatnya. “Aku akan menyetujui kebijakan ini. Namun, aku juga akan segera membuat perencanaan mengenai perbaikan waduk dan benteng. Setelah perbaikan selesai, kita akan membuat kebijakan baru untuk menurunkan tariff pajak,” ucap Helio.     “Yang Mulia tidak perlu menecemaskan masalah perbaikan waduk dan benteng, Yang Mulia bisa menyerahkan masalah itu pada kementerian pembangunan. Mereka pasti bisa mengambil alih tugas tersebut dengan baik, sementara Yang Mulia bisa fokus pada tugas Yang Mulia lainnya,” ucap Franz mencoba untuk kembali merayu Helio agar tidak melakukan apa yang ia rencanakan.     Helio tampak ragu. Namun, apa yang dikatakan oleh Franz memang ada benarnya. Ia bisa menyerahkan masalah perbaikan waduk dan benteng pada kementerian pembangunan, sementara diirnya mengurus masalah lain yang mengenai pemerintahan serta kebijakan baru yang akan ia berlakukan. “Aku rasa, aku memang harus melakukannya. Ada banyak hal yang harus aku selesaikan di penghujung masa pemerintahanku ini,” ucap Helio membuat Franz diam-diam mengulum senyumnya.     “Saya akan membantu Yang Mulia untuk mengalihkan tugas tersebut pada kementerian pembangunan.”     Helio mengangguk dan memilih untuk membuka dokumen lain yang perlu ia baca. Ternyata itu adalah masalah mengenai laporan pajak barang mewah yang diperdagangkan oleh para bangsawan kelas atas. Kening Helio tampak mengernyit dalam saat menyadari jika sebagian besar bangsawan mulai bermain dengan pajak dan tidak membayarkan pajak sesuai dengan ketentuan yang ada. Tentu saja hal tersebut membuat Helio jengkel dan menggebrak meja. “Mereka memintaku untuk menaikkan tarif pajak yang diberlakukan untuk petani dan pedagang kecil, tetapi mereka sendiri tidak membayar pajak dengan benar. Harus seperti apa aku menghadapi mereka, Franz?” tanya Helio dengan amarah yang menggebu-gebu. Para bangsawan itu tampak meremehkannya dengan bertingkah seperti ini secara terang-terangan.     Franz menghela napas panjang sebelum berkata, “Tenanglah Yang Mulia. Kita tidak bisa begitu saja menekan para bangsawan kelas atas yang melakukan perdagangan barang mewah. Jelas itu akan sangat berpengaruh dengan perekonomian kekaisaran. Saat ini, kita hanya bisa sedikit membatasi pergerakan barang mewah tersebut. Daripada membuat mereka melaporkan barang yang mereka dagangkan ke bea cukai, bagaimana dengan menempatkan bea cukai di pintu-pintu perbatasan dan pintu masuk menuju area ibu kota. Saat itulah, mereka tidak bisa mengelak untuk membayar pajak,” ucap Franz.     “Itu masuk akal. Dengan cara itu, mereka memang tidak bisa mengabaikan peraturan dan membayar pajak sesuai dengan barang yang mereka jual.” Helio tampak senang dan puas dengan solusi yang sudah diberikan Franz padanya.     Helio pun tanpa pikir panjang segera mengambil kertas dan menuliskan mengenai kebijakan baru yang akan ia terapkan mengenai penempatan bea cukai. “Aku akan menerapkan apa yang sudak kau sarankan, Franz.”     Franz yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum tipis dan mengangguk. “Kalau begitu, saya akan sangat senang Yang Mulia. Rakyat biasa pasti akan merasa jika tindakan Yang Mulia sangatlah adil,” ucap Franz tetapi dengan kilat aneh yang menghiasi netranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD